Liputan6.com, Jakarta Lebaran di Pontianak bukan sekadar hari raya keagamaan, melainkan perayaan budaya yang kaya dan unik. Tradisi Lebaran di Pontianak menawarkan perpaduan menarik antara ritual Islam dan kearifan lokal masyarakatnya. Mulai dari tradisi saling mengunjungi dan sungkeman hingga kemeriahan suara meriam karbit, semuanya menciptakan suasana Idulfitri yang khas dan tak terlupakan. Artikel ini akan mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat tradisi Lebaran di Pontianak yang kian memikat.
Salah satu tradisi yang paling menonjol dalam tradisi lebaran di Pontianak adalah kebiasaan saling mengunjungi sanak saudara dan kerabat, khususnya yang lebih tua, untuk meminta maaf dan bertukar ucapan selamat Idulfitri. Tradisi sungkeman, di mana anak meminta maaf dan restu kepada orang tua, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini. Hal ini menunjukkan penghormatan dan rasa syukur yang mendalam kepada para leluhur. Tradisi ini juga memperkuat ikatan keluarga dan mempererat silaturahmi antar anggota keluarga.
Selain sungkeman, tradisi lain yang tak kalah ikonik dalam tradisi lebaran di Pontianak adalah suara gemuruh meriam karbit yang menggema di malam Lebaran. Warga Pontianak secara bersama-sama menyalakan meriam karbit di berbagai penjuru kota, menciptakan suasana meriah dan semarak yang khas.
Meskipun tahun 2025 belum ada informasi adanya festival resmi, eksibisi meriam karbit tetap dilaksanakan di berbagai lokasi, menawarkan potensi wisata dan dampak ekonomi positif bagi masyarakat setempat. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana Lebaran di Pontianak.
Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Sabtu (22/2).
Halal Bihalal bukan merupakan tradisi Islam melainkan tradisi bangsa Indonesia sehingga kegiatan bermaaf-maafan yang satu ini hanya ada di Indonesia.
Meriahnya Meriam Karbit di Malam Lebaran
Meriam karbit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Lebaran di Pontianak. Dentumannya yang menggelegar menjadi pertanda datangnya hari kemenangan bagi umat Muslim. Suara-suara tersebut menciptakan suasana yang meriah dan penuh semangat, membangkitkan keceriaan dan kebersamaan di tengah masyarakat. Tradisi ini menjadi simbol kegembiraan dan perayaan bersama, menyatukan warga dalam suasana penuh sukacita.
Di tahun 2024, meskipun tanpa festival resmi, eksibisi meriam karbit tetap diadakan di beberapa lokasi di Pontianak. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya tradisi ini di hati masyarakat. Selain sebagai tradisi, eksibisi meriam karbit juga diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata, menarik kunjungan wisatawan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Pemerintah daerah pun mendukung upaya pelestarian tradisi ini, dengan menyediakan lokasi yang aman dan terkendali untuk menyalakan meriam karbit. Hal ini bertujuan untuk mencegah kecelakaan dan memastikan keamanan serta kenyamanan warga selama perayaan berlangsung. Dengan demikian, tradisi meriam karbit tetap dapat dinikmati dengan aman dan nyaman.
Keberadaan eksibisi meriam karbit juga diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Para pedagang kaki lima dan pelaku usaha lainnya dapat memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan pendapatan mereka. Dengan demikian, tradisi meriam karbit tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan.
Tradisi Lebaran yang Mulai Luntur
Sayangnya, beberapa tradisi Lebaran di Pontianak mulai jarang dijumpai. Informasi yang tersedia menyebutkan tradisi sedekah makanan, Keriang Bandong (yang informasinya masih terbatas), dan makan saprahan di awal Syawal mulai ditinggalkan. Kurangnya informasi detail mengenai tradisi-tradisi ini menyulitkan upaya pelestariannya.
Minimnya dokumentasi dan pengetahuan tentang tradisi-tradisi tersebut menjadi tantangan tersendiri. Upaya untuk melestarikan tradisi-tradisi ini membutuhkan riset dan dokumentasi yang lebih komprehensif, agar generasi muda tetap mengenal dan menghargai warisan budaya leluhur.
Pentingnya pelestarian tradisi Lebaran ini tidak hanya untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk memperkuat identitas dan jati diri masyarakat Pontianak. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai luhur yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi penerus.
Oleh karena itu, upaya untuk mendokumentasikan dan melestarikan tradisi-tradisi tersebut harus terus dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti wawancara dengan tokoh masyarakat, penelitian lapangan, dan pembuatan film dokumenter.
Takbir Keliling dan Silaturahmi
Tradisi takbir keliling juga menjadi bagian dari perayaan Lebaran di Pontianak, meskipun detailnya masih kurang informasi. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam Lebaran, dengan warga berkeliling sambil melantunkan takbir. Suasana ini menambah semarak perayaan Idulfitri.
Selain takbir keliling, saling mengunjungi dan bersilaturahmi merupakan tradisi yang tetap lestari. Masyarakat Pontianak sangat menjunjung tinggi nilai silaturahmi, dan Lebaran menjadi momen yang tepat untuk mempererat tali persaudaraan.
Tradisi sungkeman, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, juga menjadi bagian penting dari silaturahmi Lebaran di Pontianak. Tradisi ini mengajarkan nilai hormat dan kasih sayang antar anggota keluarga.
Dengan demikian, tradisi Lebaran di Pontianak merupakan perpaduan unik antara ritual keagamaan dan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan.
Tradisi Lebaran di Pontianak, baik yang masih lestari maupun yang mulai luntur, mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakatnya. Upaya pelestarian tradisi ini penting untuk menjaga warisan budaya dan memperkuat identitas masyarakat Pontianak. Semoga tradisi-tradisi tersebut dapat tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang.