Doa Niat Puasa Pengantin Wanita atau Mutih: Lengkap Tata Cara dan Manfaat

3 weeks ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Mempersiapkan pernikahan adalah momen sakral. Bagi calon pengantin wanita, persiapan spiritual seringkali mencakup praktik-praktik keagamaan dan tradisi, termasuk doa niat puasa pengantin wanita.

Praktik ini diyakini dapat membawa keberkahan dan kelancaran dalam acara pernikahan yang akan datang. Salah satu tradisi yang kerap dilakukan adalah puasa mutih.

Doa niat puasa pengantin wanita menjadi bagian penting dari ritual ini, menegaskan tujuan spiritual di balik setiap usaha. 

Mengutip dari Terapi Ruqyah Syariyah vs Terapi Tenaga Dalam oleh Yuyu Wahyudin Kusnadi (2006: 48), puasa mutih adalah puasa yang saat berbuka hanya makan nasi putih dan tidak ditambah lauk pauk.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Rabu (24/9/2025).

Bacaan Doa Niat Puasa Pengantin Wanita

Dalam konteks persiapan pernikahan, selain niat puasa mutih secara umum, terdapat pula doa khusus yang dapat dilafalkan oleh calon pengantin wanita. Doa ini bertujuan untuk memohon keberkahan dan kesucian diri menjelang hari pernikahan, memperkuat spiritualitas dan memancarkan aura positif.

Berikut adalah lafal niat puasa mutih yang umum digunakan, diikuti dengan doa khusus sebelum menikah, sebagaimana dikutip dari Maslakul Akhyar oleh Sayyid Utsman bin Yahya:

Niat Puasa Mutih (Bahasa Jawa):

"Niat ingsun puasa mutih kangge mutih aken awak kiambek supados saged dados kados lare bayi kang nembe mawon lahir.”

Artinya: "Saya niat puasa putih agar putih jiwaku, putih tubuhku, putih seperti air suci karena Allah Ta’ala." (Mamluatun Khanifah, 2021: 59)

Doa Niat Puasa Sebelum Menikah:

اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ بِنُوْرِكَ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهَ أَوْلِيَائِكَ وَلَا تُسَوِّدْ وَجْهِيْ بِظُلُمَاتِكَ يَوْمَ تَسْوَدُّ وُجُوْهَ أَعْدَائِكَ

Arab Latinnya: "Allâhumma bayyidh wajhî bi nûrika yauma tabyadhdhu wujûha auliyâ’ika. Wa lâ tusawwid wajhî bi zhulumâtika yauma taswaddu wujûha a‘dâ’ika."

Artinya: “Wahai Tuhanku, putihkan wajahku dengan cahaya-Mu pada hari Kau Putihkan wajah para wali-Mu. Jangan Kau hitamkan wajahku dengan kegelapan pada hari Kau hitamkan wajah para musuh-Mu.”

Doa ini dibaca setelah melafalkan niat puasa mutih, biasanya pada malam hari setelah salat Isya atau sebelum fajar tiba.

Tujuannya adalah untuk memohon kesucian batin dan pancaran aura positif bagi calon pengantin, agar terlihat memukau di hari pernikahannya, sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Mamluatun Khanifah (2021: 58-59).

Memahami Puasa Mutih: Tradisi dan Niatnya

Puasa mutih merupakan tradisi puasa yang dikenal luas di masyarakat Jawa, khususnya dalam konteks persiapan pernikahan. Istilah "mutih" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti memutihkan, melambangkan upaya membersihkan diri, baik jiwa maupun raga, dari segala dosa dan hawa nafsu.

Hal ini dijelaskan dalam jurnal Makna Tradisi Puasa Mutih bagi Calon Pengantin di Desa Lebaksiu Lor Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal oleh Mamluatun Khanifah (2021: 34).

Dalam pelaksanaannya, puasa mutih mengharuskan pelakunya hanya mengonsumsi nasi putih dan air putih tanpa rasa atau bumbu apa pun, yang sering disebut "ngasrep".

Puasa ini dilakukan selama 24 jam penuh, di mana pelaku hanya makan dan minum sekali dalam sehari, biasanya dengan jumlah hari ganjil seperti 1, 3, atau 7 hari. Mamluatun Khanifah dalam karyanya (2021: 34) juga menguraikan detail pelaksanaan puasa ini.

Bagi masyarakat Desa Lebaksiu Lor, puasa mutih sangat diyakini memiliki tujuan agar calon pengantin wanita terlihat "pangkling" (sangat menawan) dan tidak mudah berkeringat saat resepsi, sehingga riasan wajah tetap awet dan tidak luntur.

Tradisi ini juga dianggap sebagai bentuk tirakat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon kelancaran hajat pernikahan. Niat puasa mutih umumnya diucapkan dalam bahasa Jawa, mencerminkan akar budaya tradisi ini, seperti yang disebutkan oleh Mamluatun Khanifah (2021: 65).

Tata Cara Pelaksanaan Puasa Mutih bagi Calon Pengantin

Pelaksanaan puasa mutih bagi calon pengantin memiliki tata cara khusus yang diwariskan secara turun-temurun, terutama dalam tradisi Jawa. Tata cara ini dirancang untuk mencapai tujuan spiritual dan fisik yang diharapkan dari puasa tersebut, memastikan ritual dilakukan dengan benar dan penuh makna.

Berikut adalah poin-poin penting dalam tata cara pelaksanaan puasa mutih:

  • Niat Puasa Mutih: Niat puasa mutih sebaiknya dibaca pada malam hari sebelum tidur atau saat sahur. Niat ini menegaskan tujuan puasa untuk membersihkan diri dan memohon kelancaran hajat pernikahan.
  • Durasi Puasa: Puasa mutih umumnya dilakukan selama satu, tiga, atau tujuh hari, dengan hitungan ganjil. Pelaksanaannya dimulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, sama seperti puasa pada umumnya.
  • Menu Sahur dan Berbuka: Selama puasa mutih, calon pengantin hanya diperbolehkan mengonsumsi nasi putih tanpa lauk pauk atau bumbu apa pun, serta minum air putih. Makanan dan minuman harus berwarna putih dan tawar.
  • Waktu Pelaksanaan: Puasa mutih biasanya dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah. Misalnya, jika akad nikah pada tanggal 6 Juni, puasa mutih dapat dilakukan pada tanggal 3, 4, dan 5 Juni.
  • Amalan Tambahan: Beberapa tradisi menyarankan amalan tambahan seperti mandi keramas sebelum memulai puasa. Selain itu, calon pengantin dianjurkan untuk membaca wirid dan doa-doa tertentu pada malam hari.
  • Menghindari Perbuatan Buruk: Selama menjalankan puasa mutih, calon pengantin dilarang melakukan perbuatan buruk seperti mencuri, menipu, berjudi, atau berkata kotor. Hal ini sejalan dengan tujuan puasa untuk memperbaiki kualitas batin dan akhlak.
  • Salat Hajat: Beberapa praktik juga menyertakan salat hajat dua rakaat dengan niat melancarkan hajat pernikahan. Pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah sekali dan Al-Ikhlas sebelas kali, sedangkan pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah sekali dan Al-Insyirah sebelas kali.

Detail tata cara ini banyak diuraikan dalam jurnal Mamluatun Khanifah (2021: 58-59) dan buku Maslakul Akhyar oleh Sayyid Utsman bin Yahya, menunjukkan kekayaan tradisi yang menyertai doa niat puasa pengantin wanita.

Manfaat Puasa Mutih dalam Perspektif Tradisi dan Kesehatan

Puasa mutih, khususnya bagi calon pengantin, diyakini membawa berbagai manfaat baik dari segi spiritual, fisik, maupun tradisi. Manfaat-manfaat ini menjadi alasan utama mengapa praktik ini terus dilestarikan dan menjadi bagian integral dari persiapan pernikahan di beberapa budaya.

Secara spiritual, puasa mutih dipercaya dapat memperbaiki kualitas batin, moral, akhlak, serta perilaku hingga mencapai kondisi "putih" dan bersih.

Hal ini membantu calon mempelai terhindar dari:

  • dosa,
  • kesalahan, dan
  • pengaruh nafsu keduniawian, seperti yang dijelaskan dalam Maslakul Akhyar oleh Sayyid Utsman bin Yahya.

Dengan membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan, permohonan calon pengantin kepada Allah diyakini akan lebih mudah dikabulkan.

Dari sisi tradisi, puasa mutih melatih kemampuan mengendalikan hawa nafsu, tidak hanya terkait makanan dan minuman, tetapi juga nafsu syahwat dan emosi. Ini penting untuk membangun landasan pernikahan yang sakinah.

Dalam tradisi Jawa, puasa mutih dipercaya dapat membuat calon pengantin wanita:

  • terlihat lebih cantik,
  • karismatik, dan
  • "pangkling" (memancarkan aura yang berbeda dan memukau) di hari pernikahannya,
  • serta mengurangi keringat sehingga riasan wajah lebih awet. Informasi ini didukung oleh Mamluatun Khanifah (2021: 36, 58).

Dari sisi kesehatan, hanya mengonsumsi nasi putih dan air putih dapat:

  • membantu tubuh melakukan detoksifikasi,
  • membersihkan organ seperti hati dan ginjal dari racun.

Pembatasan asupan kalori juga dapat berkontribusi pada penurunan berat badan, meskipun perlu diimbangi dengan pola makan sehat. Nasi putih yang mudah dicerna juga dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dan menenangkan pikiran, seperti yang diulas dalam jurnal Mamluatun Khanifah (2021: 36).

Larangan dan Risiko Puasa Mutih

Meskipun memiliki banyak manfaat, puasa mutih juga memiliki larangan dan potensi risiko yang perlu diperhatikan, terutama dari sudut pandang kesehatan. Memahami hal ini penting agar pelaksanaan puasa tetap aman dan efektif, serta tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Sesuai namanya, puasa mutih melarang konsumsi makanan berwarna, termasuk sayuran, buah-buahan, atau lauk pauk yang memiliki warna. Hanya nasi putih dan air putih yang diperbolehkan, tanpa tambahan bumbu atau rasa.

Selain itu, seperti puasa pada umumnya, pelaku puasa mutih dianjurkan untuk menjaga perilaku santun dan menghindari tindakan yang dapat merusak kehormatan diri atau orang lain, seperti berkata kotor atau berbohong. 

Dari tinjauan medis, puasa mutih dapat menyebabkan kekurangan gizi karena tidak terpenuhinya asupan vitamin, protein, mineral, dan zat besi yang biasanya diperoleh dari makanan bergizi seimbang.

Konsumsi nasi putih dalam jumlah besar juga dapat meningkatkan kadar karbohidrat dan gula darah, yang berisiko bagi penderita diabetes. Konsultasi dengan dokter sangat disarankan bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti yang diungkapkan oleh Mamluatun Khanifah (2021: 37).

Batas Waktu dan Durasi Puasa Mutih

Penentuan batas waktu dan durasi puasa mutih seringkali disesuaikan dengan tujuan dan tradisi lokal, terutama dalam konteks persiapan pernikahan. Pemahaman yang tepat mengenai hal ini penting untuk melaksanakan puasa secara benar dan sesuai dengan harapan.

Puasa mutih biasanya diterapkan dalam waktu satu hari, tiga hari, atau tujuh hari, dengan hitungan ganjil. Durasi ini seringkali dipilih berdasarkan keyakinan atau hajat tertentu yang ingin dicapai.

Umumnya, puasa mutih dilaksanakan mulai dari pagi hari sebelum subuh hingga pukul 18.00 atau waktu salat Magrib tiba, mengikuti pola puasa pada umumnya, seperti yang diuraikan oleh Mamluatun Khanifah (2021: 38).

Menurut beberapa sumber, puasa mutih dapat dilakukan dengan dua cara.

  1. Pertama, puasa mutih dilakukan hanya dengan satu kali makan saat berbuka puasa, kemudian dilanjutkan hingga bangun tidur di hari kedua, di mana saat itu diperbolehkan makan dan minum, tetapi tetap yang berwarna putih.
  2. Kedua, puasa mutih dilakukan dengan makan dan minum beberapa kali dalam satu hari sesuai waktu makan, namun makanan dan minuman harus tetap berwarna putih. Mamluatun Khanifah (2021: 38) menjelaskan variasi pelaksanaan ini.

Dalam tradisi calon pengantin di Desa Lebaksiu Lor, puasa mutih umumnya dilakukan selama tiga hari sebelum akad nikah dimulai. Perubahan durasi ini, dari yang dulunya satu hari menjadi tiga hari, menunjukkan adanya perkembangan dalam praktik tradisi seiring waktu.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum mengenai doa niat puasa pengantin wanita dan puasa mutih:

  1. Apa itu doa niat puasa pengantin wanita? Doa niat puasa pengantin wanita adalah lafal niat dan doa khusus yang diucapkan oleh calon pengantin wanita sebelum melangsungkan pernikahan, biasanya dalam rangka menjalankan puasa mutih. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri secara lahir dan batin, memohon kelancaran acara, dan memancarkan aura positif di hari pernikahan.
  2. Mengapa calon pengantin wanita melakukan puasa mutih? Calon pengantin wanita melakukan puasa mutih sebagai bentuk tirakat atau upaya spiritual untuk mempersiapkan diri menjelang pernikahan. Tradisi ini diyakini dapat membersihkan jiwa dan raga, mengendalikan hawa nafsu, serta membuat pengantin terlihat lebih cantik dan menawan ("pangkling") di hari pernikahannya.
  3. Bagaimana bacaan niat puasa mutih untuk pengantin wanita? Bacaan niat puasa mutih yang umum digunakan adalah dalam bahasa Jawa: "Niat ingsun puasa mutih kangge mutih aken awak kiambek supados saged dados kados lare bayi kang nembe mawon lahir." yang berarti "Saya niat puasa putih agar putih jiwaku, putih tubuhku, putih seperti air suci karena Allah Ta’ala."
  4. Apakah ada doa khusus setelah niat puasa mutih untuk pengantin wanita? Ya, setelah melafalkan niat puasa mutih, calon pengantin wanita dapat melanjutkan dengan doa: "Allâhumma bayyidh wajhî bi nûrika yauma tabyadhdhu wujûha auliyâ’ika. Wa lâ tusawwid wajhî bi zhulumâtika yauma taswaddu wujûha a‘dâ’ika." Doa ini memohon agar wajah dipancarkan dengan cahaya Allah dan dihindarkan dari kegelapan.
  5. Berapa lama durasi puasa mutih bagi calon pengantin? Durasi puasa mutih bagi calon pengantin bervariasi, namun umumnya dilakukan selama satu, tiga, atau tujuh hari dengan hitungan ganjil. Di beberapa daerah, seperti Desa Lebaksiu Lor, tradisi ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut sebelum akad nikah.
  6. Apa saja yang boleh dikonsumsi saat puasa mutih? Selama puasa mutih, pelaku hanya diperbolehkan mengonsumsi nasi putih tanpa lauk pauk atau bumbu apa pun, serta minum air putih. Semua makanan dan minuman harus berwarna putih dan tawar, tanpa tambahan garam, gula, atau bahan lainnya.
  7. Apakah puasa mutih memiliki risiko kesehatan? Ya, puasa mutih memiliki potensi risiko kesehatan karena pembatasan makanan yang ekstrem dapat menyebabkan kekurangan gizi, seperti vitamin, protein, dan mineral. Bagi penderita diabetes atau individu dengan kondisi kesehatan tertentu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalankan puasa ini.
Read Entire Article
Photos | Hot Viral |