5 Tata Cara Lamaran dengan Adat Jawa, Kaya Makna Filosofis

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Lamaran dalam adat Jawa bukan hanya soal menyampaikan niat menikah. Setiap tahapan di dalamnya memiliki nilai budaya dan filosofi yang diwariskan turun-temurun. Mulai dari tahap congkong hingga penyerahan seserahan, semua mengandung makna mendalam tentang kesungguhan dan penghormatan.

Berbeda dengan lamaran modern yang hanya dilakukan dalam satu hari, adat Jawa mengenal rangkaian acara yang bertahap. Rangkaian ini bertujuan mempererat hubungan dua keluarga dan memastikan kesiapan kedua calon pengantin. Setiap langkah disusun dengan makna simbolis yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.

Dalam tradisi pernikahan adat Jawa, calon pengantin harus menjalani sejumlah prosesi terlebih dahulu. Mulai dari congkong, salar, nontoni, ngelamar, hingga penyerahan seserahan lamaran. Oleh karena itu, lamaran adat tidak bisa dilakukan secara instan karena dianggap sebagai bagian dari persiapan sakral menuju pernikahan.

1. Congkong: Awal Silaturahmi dan Penjajakan Keluarga

Tahap pertama dari lamaran adat Jawa dikenal dengan congkong, yakni kunjungan perwakilan dari keluarga pria ke rumah keluarga wanita. Tujuannya adalah untuk mencari informasi awal tentang calon mempelai wanita, termasuk status, kesiapan menikah, serta latar belakang keluarga. Dalam masa lalu, ini penting karena pernikahan kerap dijodohkan, sehingga proses congkong digunakan untuk menilai bibit, bebet, dan bobot.

Kini, meski pasangan sudah saling mengenal, prosesi congkong tetap dijalankan sebagai simbol penghormatan. Biasanya dilakukan secara informal, tetapi tetap membawa pesan keseriusan dari pihak pria. Hal ini menjadi jembatan awal komunikasi dua keluarga yang akan menjadi satu dalam pernikahan.

Dalam konteks modern, congkong sering dijadikan formalitas namun tetap sakral. Pada zaman modern ini, prosesi congkong menjadi kesempatan untuk mempererat silaturahmi antara kedua keluarga. Prosesi ini juga memberi kesan bahwa lamaran tidak hanya urusan dua insan, tetapi juga urusan dua keluarga besar.

2. Salar: Penegasan Serius atau Sekadar Silaturahmi

Jika tahap congkong berjalan lancar dan kedua pihak menunjukkan respon positif, dilanjutkan ke tahap salar. Pada proses ini, perwakilan dari keluarga pria kembali datang untuk menyampaikan maksud lebih serius tentang lamaran. Salar menjadi momen penting untuk memastikan kesiapan kedua pihak melangkah ke tahap selanjutnya.

Pihak keluarga wanita biasanya memberikan jawaban atas penjajakan yang sebelumnya telah dilakukan. Jika jawaban bersifat positif, maka hubungan antar keluarga mulai dipererat dengan komunikasi lebih intensif. Tahapan salar menjadi penegasan bahwa hubungan ini tidak lagi sekadar silaturahmi, tetapi sudah memasuki tahap serius menuju pernikahan.

Pada praktiknya, orang yang diutus untuk salar bisa jadi orang yang sama dengan yang melakukan congkong. Ini dimaksudkan agar tidak ada kesalahpahaman dalam penyampaian informasi. Tahap ini menggambarkan bahwa pernikahan tidak boleh terburu-buru, namun harus penuh pertimbangan dan saling memahami.

3. Nontoni: Momen Pertama Bertemunya Dua Hati

Setelah pihak wanita menyetujui kehadiran keluarga pria, prosesi selanjutnya adalah nontoni. Ini adalah pertemuan resmi antara kedua calon mempelai dan keluarga besar masing-masing. Tujuannya adalah saling mengenal, baik antar pasangan maupun antar keluarga.

Pada masa lalu, tahap ini sering menjadi momen pertama calon pengantin bertatap muka. Kini, meskipun calon pengantin sudah berpacaran sebelumnya, nontoni tetap dilakukan sebagai simbol pertemuan antar dua keluarga besar. Proses ini bisa disertai dengan pembicaraan ringan mengenai rencana-rencana ke depan, termasuk tanggal pernikahan.

Nontoni menjadi tahap penyelarasan niat antara kedua keluarga. Proses ini juga menghindari kesalahpahaman dalam menyusun rencana selanjutnya. Dalam tradisi Jawa, keserasian antar keluarga sama pentingnya dengan keserasian antar pasangan.

4. Ngelamar: Wujud Niat dan Komitmen Menuju Pernikahan

Setelah semua tahapan sebelumnya dilalui, tibalah prosesi utama yaitu ngelamar. Di sini keluarga calon mempelai pria datang secara resmi untuk melamar calon mempelai wanita. Mereka datang membawa seserahan sebagai simbol keseriusan dan tanggung jawab.

Selain menyampaikan niat secara langsung, tahap ini juga biasanya disertai dengan tukar cincin dan diskusi mengenai tanggal pernikahan. Dalam adat Jawa, tanggal pernikahan biasanya dihitung berdasarkan weton, yang dianggap bisa memengaruhi kehidupan rumah tangga kelak. Oleh karena itu, proses musyawarah di tahap ini sangat penting dan penuh pertimbangan.

Pada tahapan ini, kedua keluarga bermusyawarah untuk menentukan tanggal pernikahan, memilih lokasi acara, serta membahas detail-detail lainnya. Ngelamar menandai bahwa hubungan telah resmi dan hanya tinggal menunggu hari baik untuk melangsungkan pernikahan.

5. Seserahan: Simbol Tanggung Jawab dan Niat Menafkahi

Satu tahap yang tidak kalah penting dalam prosesi lamaran adat Jawa adalah penyerahan seserahan. Dalam budaya Jawa, seserahan disebut juga dengan peningset, yang bermakna simbol kesiapan pria untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Barang-barang yang dibawa dalam seserahan memiliki nilai simbolis yang dalam.

Isinya bisa berupa kebaya, jarik, alat mandi, perhiasan, pisang raja, jajanan pasar, dan perlengkapan pribadi wanita. Setiap item memiliki makna filosofis tersendiri—misalnya, jajanan lengket melambangkan harapan agar rumah tangga selalu lengket dan harmonis. Proses ini juga menjadi ajang unjuk kesiapan mental, emosional, dan finansial dari calon suami.

Seringkali, orang menyamakan seserahan dengan hantaran, padahal maknanya berbeda. Seserahan bersifat simbolik dan sakral, sedangkan hantaran lebih kepada buah tangan atau oleh-oleh yang dibawa sebagai bentuk penghormatan. Dengan demikian, seserahan menandai akhir dari rangkaian lamaran dan awal perjalanan menuju pernikahan.

Pertanyaan Seputar Topik

Apakah tahapan lamaran adat Jawa harus dijalankan semua?

Tidak wajib, tapi dianjurkan untuk menghormati tradisi dan memperkuat hubungan antar keluarga.

Apa bedanya seserahan dan hantaran dalam adat Jawa?

Seserahan bersifat simbolis sebagai tanda kesiapan pria, sedangkan hantaran lebih kepada oleh-oleh antar keluarga.

Kenapa harus ada congkong dan salar?

Untuk menjajaki kesiapan dan kecocokan calon pengantin sekaligus membuka komunikasi awal antar keluarga.

Apakah calon pengantin wajib hadir saat congkong?

Tidak, biasanya hanya diwakili oleh keluarga sebagai bentuk penjajakan awal.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |