Liputan6.com, Jakarta Kamu mungkin sering mendengar orang berkata "saya tidak pernah melakukan itu" saat membela diri. Menurut ahli hukum dan persidangan Jefferson Fisher, kata "tidak pernah" justru bisa jadi petunjuk bahwa seseorang sedang berbohong. Hal ini diungkapkan dalam episode terbaru podcast Diary of a CEO.
Fisher menjelaskan bahwa pembohong cenderung menggunakan kata-kata ekstrem seperti “selalu” atau “tidak pernah”. Kata tersebut dianggap sebagai cara untuk meyakinkan lawan bicara secara berlebihan. Padahal, pernyataan mutlak jarang sesuai dengan kenyataan.
Dalam sebuah simulasi, Fisher diminta menjawab pertanyaan apakah ia berkirim pesan saat mengemudi. Jawabannya, “Saya tidak pernah berkirim pesan teks saat saya mengemudi," ujar Fisher.
Penggunaan kata ekstrem menurutnya adalah tanda klasik bahwa seseorang tidak sedang mengatakan hal yang sebenarnya. Menariknya, para peneliti menemukan bahwa kebohongan bisa menjadi kebiasaan yang merusak, bahkan tanpa disadari.
Berikut penjelasan selengkapnya dirangkum Liputan6.com dari New York Post, Rabu (30/4/2025).
Narcissistic Personality Disorder atau Gangguan Kepribadian Narsistik adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya paling penting, sangat membutuhkan perhatian, dan kekaguman berlebihan. Dampak dari gangguan kepribadian narsistik menyebabkan rasa e...
Kata Favorit Pembohong yang Sering Diabaikan
Menurut Jefferson Fisher, kata seperti “tidak pernah” atau “selalu” jadi ciri umum pembohong. Kata tersebut dipakai untuk memperkuat alibi yang sebenarnya lemah. “Kata-kata ekstrem adalah tanda yang jelas bahwa mereka biasanya tidak mengatakan kebenaran,” jelasnya.
Fisher mencontohkan respons seperti, “Saya tidak pernah berkirim pesan teks saat saya mengemudi.” Kalimat itu terdengar meyakinkan tapi justru mencurigakan. Alasannya, hampir semua orang pernah melakukannya setidaknya sekali.
Ia juga menambahkan bahwa orang yang jujur biasanya tidak merasa perlu berbicara dalam bentuk mutlak. “Itu selalu atau tidak pernah benar. Jadi itu hal yang penting,” kata Fisher. Kata ekstrem kerap menjadi pelindung bagi kebenaran yang sedang disembunyikan.
Kesehatan Mental yang Terganggu Akibat Kebiasaan Bohong
Kebiasaan berbohong bukan hanya berdampak pada hubungan sosial. Studi dari Universitas Twente menunjukkan bahwa terlalu sering berbohong bisa memengaruhi kesehatan mental. Otak bisa kehilangan sensitivitas terhadap rasa bersalah.
Berbohong secara konsisten membuat seseorang makin terbiasa untuk tidak jujur. Ketika otak tidak lagi memberi sinyal negatif, kebohongan besar jadi lebih mudah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan buruk tersebut bisa terbentuk secara perlahan.
“Berbohong bagaikan lereng gunung yang licin,” kata para peneliti dalam laporan studi. Dalam jangka panjang, seseorang bisa kesulitan membedakan antara kenyataan dan kebohongan. Ini yang menyebabkan stres, kecemasan, dan gangguan emosional.
Mengapa Banyak Orang Memilih Berbohong?
Hasil survei dari Universitas Wake Forest menunjukkan bahwa alasan utama orang berbohong adalah untuk melindungi diri. Ada juga yang berbohong demi menghindari rasa malu atau emosi negatif. Ini membuktikan bahwa kebohongan sering digunakan sebagai mekanisme pertahanan.
Sebanyak 60 persen orang bahkan tidak bisa bertahan 10 menit tanpa berbohong setidaknya sekali. Rata-rata orang bisa berbohong hingga 11 kali dalam sehari. Fakta ini memperlihatkan bahwa berbohong adalah kebiasaan yang sangat umum.
Dalam banyak kasus, orang berbohong bukan karena ingin menyakiti. Mereka melakukannya agar tidak disakiti. “Terkadang, kebohongan dipakai untuk hal yang dianggap baik,” menurut peneliti.
Cara Efektif Menghadapi Pembohong Menurut Ahli
Jefferson Fisher memberikan taktik sederhana untuk membongkar kebohongan. Salah satu caranya adalah dengan mengulangi pertanyaan secara perlahan. Metode ini memancing pembohong untuk menarik kembali pernyataannya.
“Mereka akan berkata, 'baiklah, maksud saya terkadang saya melakukannya',” ujar Fisher. Saat itulah kamu bisa menangkap perubahan cerita. Ini menandakan bahwa pernyataan awalnya kemungkinan besar adalah kebohongan.
Pembohong juga sering menjawab dengan cepat tanpa berpikir panjang. Ini karena mereka tidak mengingat kejadian, melainkan berusaha menutupinya. Dengan memperlambat percakapan, kamu bisa melihat inkonsistensi dalam jawaban mereka.