Liputan6.com, Jakarta BANTUL - Ratusan peserta menghadiri event Golek Garwo ke-7 tahun ini di Galeri The Ratan, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (3/8/2025). Event perjodohan ini menarik perhatian karena berhasil mengumpulkan massa besar di tengah tren takut menikah yang marak di media sosial.
Event yang diselenggarakan FORTAIS (Forum Ta'aruf Indonesia) dan Nikah Bareng Nasional, mencatat lonjakan peserta signifikan. Dari 175 pendaftar online, jumlah peserta bertambah menjadi sekitar 250-300 orang karena banyak yang mendaftar on the spot.
Sejak awal kemunculannya di tahun 2011, sudah ada belasan ribu pasangan yang berakhir ke jenjang pernikahan.
"Alhamdulillah itu tinggi. Kita itu sudah belasan ribu lah Alhamdulillah. Belasan ribu pasang," kata Ketua FORTAIS dan Nikah Bareng Nasional, H. Ryan Budi Nuryanto, Minggu (3/8).
Komposisi peserta perempuan dan laki-laki tercatat 1:3. Peserta tidak hanya berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi juga dari Klaten, Solo, hingga Bangka Belitung.
Melawan Fenomena Takut Menikah
Fenomena ini kontras dengan tren di media sosial yang dipenuhi konten "red flag relationship", "toxic marriage", dan narasi takut berkomitmen. Ryan menyebut hal ini sebagai bukti bahwa generasi muda masih percaya institusi pernikahan.
"Kalau jaman dulu, peserta itu rata-rata memang banyak yang usianya sudah 40 ke atas. Baru era mulai viral medsos dan macam-macam bermunculan generasi Z dan Milenial," ungkap Ryan.
Menurut Ryan, fenomena takut menikah di kalangan generasi digital sudah diprediksinya sejak 6 hingga 7 tahun lalu. Saat itu, kampanye "Darurat Jomblo" yang diusungnya masih mendapat respons skeptis.
"Jadi dulu sebelum ada fenomena sekarang itu orang takut nikah karena suatu hal, itu kita sudah mengkampanyekan untuk nikah dan sudah memperingatkan bahwa Indonesia itu darurat jomblo, darurat pernikahan, itu sudah 6-7 tahun yang lalu," kata Ryan.
"Itu saya udah bilang itu masih ditertawain, masih nggak percaya, bahkan kita tulis di media online juga saya bilang itu itu masih pahit, tapi kenyataannya sekarang kejadian banget," tambahnya.
Ryan menilai krisis pernikahan saat ini seperti bom waktu yang baru meletus akibat berbagai faktor, termasuk pengaruh media sosial dan kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Pernikahan dan Semangat Kebangsaan
Event Golek Garwo ke-7 juga bertepatan dengan momentum HUT RI ke-80. Ryan menghubungkan misi perjodohan dengan semangat kebangsaan melalui program yang menjadi kelanjutan dari Golek Garwo, yakni Nikah Bareng yang dijadwalkan pada 6 Agustus 2025.
"Yang paling terdekat ini kan besok tanggal 6 Agustus, unik-unik karena ini kalau yang besok itu kita hubungkan sama 80 tahun (HUT RI) kita ini sekarang kan baru dilanda krisis kebangsaan terutama masalah bendera," kata Ryan.
Program Nikah Bareng menggunakan mahar simbolis berupa seperangkat alat salat, cincin batu merah putih, dan bendera Indonesia.
"Besok itu maharnya ada seperangkat alat salat, ada cincin batu merah putih, plus bendera. Kita ingin menanamkan kebangsaan dari tiap keluarga," jelasnya.
Lebih lanjut, Ryan menjelaskan bahwa pernikahan sebagai bagian dari pembangunan bangsa.
"Jadi persoalan bangsa ini kan tidak hanya menjadi tanggung jawab negara, tapi menjadi tanggung jawab siapapun yang merasa terpanggil, ya termasuk kita sebagai anak bangsa," katanya.
Ekspansi Event Golek Garwo
Program Golek Garwo telah menyebar ke berbagai daerah, dan telah bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) di berbagai wilayah.
"Kita se-DIY Insyaallah sudah. Kemudian kalau Jawa Tengah sudah. Itu ada di Magelang, kemudian ada di Purworejo, kemudian ada di Solo, kemudian juga ada di Kabupaten Magelang," ujar Ryan.
Dalam pelaksanaannya, Golek Garwo mengadaptasi teknologi modern tanpa meninggalkan esensi tradisional. "Kalau yang jomblo seperti itu sekarang kan sudah ada teknologi bisa dengan barcode, dengan barcode kan link itu dia scan kemudian ngupload datanya lewat situ jadi tidak harus tertulis," kata Ryan.
Proses perjodohan melibatkan pembimbingan oleh psikolog dan ahli lainnya. "Kita bekali dulu gambaran peraturannya seperti apa, kita motivasi. Motivasi itu untuk memberikan semangat yang down biar naik yang kenaikkan tidak terlalu naik," jelasnya.
Ryan menjelaskan bahwa event tersebut melibatkan psikolog sebagai pendamping yang memberikan pembelajaran kepada peserta tentang pentingnya keberanian berkomunikasi. Menurutnya, kemampuan komunikasi yang baik menjadi kunci keberhasilan rumah tangga karena kehidupan berumah tangga membutuhkan banyak dialog dan komunikasi antar pasangan.
Menikah Tidak Harus Menunggu Mapan
Ryan memberikan pesan khusus kepada generasi yang terpengaruh narasi pesimis tentang pernikahan.
"Ya jadi kepada para jomblowan dan jomblowati di mana pun berada, kesendirian jenengan itu bukan anda sendiri, kita bareng-bareng, jenengan tidak usah takut karena fitrahnya, Allah subhanahu wa Ta'ala dan Kanjeng Nabi itu menggariskan orang hidup itu kan berpasangan," katanya.
Ryan juga menepis anggapan bahwa pernikahan harus menunggu kondisi finansial mapan. "Jadi nggak usah takut tentang mungkin tentang finansial yang belum kuat atau tentang yang belum rumah karena apa, karena pasangan anda itu belum tentu menanyakan tentang itu," ungkapnya.
Event Golek Garwo diselenggarakan gratis dan terbuka untuk semua kalangan. Program ini tidak hanya berfokus pada perkenalan, tetapi juga memfasilitasi hingga proses pernikahan.