Tanpa Pengacara, Pemuda Ini Menang di Pengadilan Berkat ChatGPT

13 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta Apa yang dulu hanya bisa dilakukan oleh kalangan profesional, kini perlahan bisa diakses oleh masyarakat luas berkat hadirnya kecerdasan buatan (AI). Salah satu buktinya datang dari Kazakhstan, di mana seorang pemuda berhasil memenangkan kasus di pengadilan hanya dengan bantuan ChatGPT.

Cerita ini menjadi viral karena sang pemuda, Kenzhebek Ismailov, tidak menggunakan jasa pengacara sama sekali. Ia menghadapi proses hukum sendirian, bermodal keyakinan dan arahan dari chatbot berbasis AI. Keputusan berani itu bukan tanpa alasan—keterbatasan biaya membuatnya mencari alternatif lain untuk memperjuangkan keadilan.

Yang membuat kisah ini semakin menarik adalah bagaimana Kenzhebek mengikuti seluruh proses hukum dengan panduan dari ChatGPT, mulai dari penulisan dokumen hingga menjawab pertanyaan hakim di ruang sidang. Hasilnya pun mengejutkan banyak pihak. Berikut kisah lengkap nya yang dilansir Liputan6.com dari laman worldofbuzz.com, Jumat (2/5/2025).

Keadaan Darurat Berujung Surat Tilang

Kisah ini bermula ketika Kenzhebek tengah mengantar ibunya ke rumah sakit. Di perjalanan, mobil di depannya berhenti mendadak tanpa alasan di jalan satu arah yang hanya memiliki satu lajur. Karena khawatir kondisi ibunya semakin memburuk, ia mengambil keputusan cepat dengan melintasi jalur bus untuk menghindari kemacetan. Aksi tersebut berujung pada surat tilang sebesar 5.800 tenge atau sekitar Rp190.000.

Merasa tindakannya masuk akal karena situasi darurat, Kenzhebek mencoba mengajukan banding. Sayangnya, permohonannya ditolak. Dalam kondisi kepepet dan tanpa uang untuk menyewa pengacara, ia pun mencari cara lain untuk memperjuangkan keadilan. Di sinilah ia mulai memanfaatkan ChatGPT.

ChatGPT Jadi “Pengacara Virtual”

Melalui ChatGPT, Kenzhebek menjelaskan situasinya dan mendapatkan berbagai saran penting. ChatGPT menyarankan agar ia membawa kasus ini ke pengadilan, membantu merumuskan surat pengaduan, serta memperingatkannya untuk tidak membayar denda lebih awal karena bisa dianggap mengakui kesalahan. Meskipun denda sudah terlanjur dibayar, ia tetap mengikuti saran lainnya.

Saat hari persidangan tiba, Kenzhebek menggunakan fitur pembaca suara (text-to-speech) untuk membacakan jawaban yang disusun oleh ChatGPT saat ditanya oleh hakim. Ternyata jawaban tersebut cukup meyakinkan, dengan alur logis dan penjelasan yang jelas. Hakim pun memutuskan untuk membatalkan surat tilangnya. Tidak berhenti sampai di situ, Kenzhebek kini menggugat otoritas lalu lintas secara perdata untuk meminta ganti rugi atas denda dan waktu yang terbuang.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |