Liputan6.com, Jakarta Dalam dunia kesehatan mental dan nutrisi, gangguan makan merupakan salah satu isu yang kerap kali terlupakan meskipun dampaknya sangat signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya.
Salah satu jenis gangguan makan yang tergolong langka namun cukup serius adalah Avoidant Restrictive Food Intake Disorder atau yang dikenal dengan singkatan ARFID.
Berbeda dengan gangguan makan pada umumnya, ARFID menyebabkan penderitanya sangat terbatas dalam memilih jenis makanan yang dikonsumsi, bahkan hingga menolak makanan-makanan yang sangat penting seperti buah dan sayuran.
Kisah seorang pria bernama Thomas Sheridan berusia 35 tahun asal Inggris menjadi salah satu contoh nyata bagaimana gangguan makan ini mampu membatasi kehidupan seseorang secara drastis.
Berikut Liputan6.com merangkum dari Oddity Central seorang pria yang tidak makan buah dan sayur karena kelainan, Kamis (15/5/2025).
Baru-baru ini sebuah curhatan viral di TikTok. Pengunggah menceritakan kisahnya berbagi makanan pada tetangga. Namun ia tak menduga balasan tetangga yang hanya mengembalikan piring kosong yang telah dicuci. Curhatan tersebut justru menimbulkan bumera...
Makanan yang Dikonsumsi Terbatas
Seorang pria berusia 35 tahun asal Inggris bernama Thomas Sheridan menjalani kehidupan sehari-harinya dengan pola makan yang sangat terbatas dan tidak biasa. Ia hanya mengonsumsi dua roti putih, tiga mangkuk sereal Shreddies, serta berbagai permen Haribo setiap hari.
Selama hidupnya, Thomas tidak pernah mencoba buah maupun sayuran. Kondisi ini bukan karena pilih-pilih makanan biasa, melainkan disebabkan oleh sebuah gangguan makan yang dikenal dengan istilah avoidant restrictive food intake disorder (ARFID). Gangguan ini membuat penderitanya merasa takut atau sangat tidak nyaman ketika menghadapi makanan tertentu, sehingga pola makan menjadi sangat terbatas.
Thomas sendiri mengaku bahwa hanya membayangkan mengonsumsi buah, sayuran, telur, ataupun daging saja sudah cukup membuatnya merasa mual. Sehingga, pola makan monoton yang ia jalani memang menjadi satu-satunya pilihan baginya untuk bertahan hidup sehari-hari.
Terbatasnya jenis makanan yang dikonsumsi, Thomas harus mengandalkan suplemen protein dan vitamin agar tetap mendapat asupan nutrisi yang diperlukan tubuh. Namun, ia hanya dapat mengonsumsi suplemen dengan rasa yang masih dapat ia toleransi. Meski sudah berusaha memperluas variasi makanan yang dimakan, semua usaha tersebut berakhir dengan kegagalan.
Dialami Sejak Usia 18 Bulan
Gangguan ARFID yang dialami Thomas ini sebenarnya sudah mulai tampak sejak ia berusia 18 bulan. Orang tuanya mengingat dengan jelas bagaimana ia tiba-tiba menolak untuk makan buah dan sayuran dengan cara menutup mulutnya rapat-rapat.
Upaya apapun untuk membuatnya mencoba makanan baru tersebut selalu gagal. Dokter sempat menyarankan agar anak ini tidak diberi makan sampai akhirnya mau mengonsumsi makanan yang disajikan, sedangkan sang ayah mencoba memberikan hadiah sebagai imbalan, tetapi hasilnya tetap nihil.
Ketika masih bersekolah, Thomas bahkan diizinkan untuk pulang pada jam makan siang demi bisa makan roti panggang di rumah, karena ia tidak sanggup makan makanan yang disediakan di kantin sekolah.
Pernah Alami Perubahan Berat Badan Drastis
Kondisi ini tentu memberikan dampak yang cukup besar dalam kehidupannya, terlebih ketika Thomas sudah menjadi dewasa. Keengganannya terhadap makanan tertentu membatasi aktivitas sosialnya dan membuatnya sulit untuk menjalani kehidupan yang normal.
Hal ini juga berdampak pada kemampuan dan daya tahan tubuhnya ketika harus bekerja. Thomas mengungkapkan bahwa pada saat terakhir kali bekerja selama 10 hari berturut-turut, ia mengalami penurunan berat badan drastis hingga 21 pon (sekitar 9,5 kg).
Sebagai upaya untuk mengatasi gangguan yang dideritanya, Thomas saat ini berusaha mengumpulkan dana sebesar 8.000 dolar guna menjalani terapi hipnoterapi. Meskipun demikian, belum ada jaminan bahwa metode ini dapat sepenuhnya menyembuhkan atau menghilangkan gangguan ARFID yang dialaminya.