Liputan6.com, Jakarta Usaha makanan ringan seperti cilok, tahu bulat, dan pentol menjadi pilihan menarik bagi banyak orang karena modal yang relatif terjangkau dan potensi keuntungan yang menjanjikan. Ketiga jenis jajanan ini mudah diterima oleh berbagai kalangan, bisa dijajakan di pinggir jalan, sekolah, atau bahkan secara online, sehingga fleksibilitas usaha cukup tinggi. Namun, meski sekilas terlihat mirip, setiap jenis jajanan memiliki kebutuhan modal, teknik produksi, dan strategi pemasaran yang berbeda.
Memahami perbedaan modal dan potensi keuntungan dari cilok, tahu bulat, dan pentol sangat penting sebelum memulai usaha. Dengan informasi yang tepat, calon pengusaha bisa menyesuaikan pilihan bisnis sesuai kemampuan modal, target pasar, dan tujuan keuntungan. Artikel ini akan membahas perbandingan modal awal, biaya operasional, dan potensi laba dari ketiga jenis usaha tersebut agar pembaca bisa menentukan opsi yang paling sesuai.
Peluang Usaha Cilok: Modal, Biaya, dan Keuntungan
Cilok merupakan salah satu jajanan khas Jawa Barat yang terbuat dari campuran tepung tapioka, bawang putih, daun bawang, dan bumbu sederhana. Bentuknya bulat kecil seperti bakso, kemudian direbus atau digoreng, dan disajikan dengan saus kacang, kecap, atau sambal pedas. Keunggulan utama usaha cilok adalah bahan bakunya murah dan mudah ditemukan di pasar tradisional.
Untuk memulai usaha cilok, kamu membutuhkan modal awal sekitar Rp500.000–Rp2.000.000, tergantung skala penjualan. Modal ini mencakup peralatan seperti panci besar, kompor gas, wadah saji, tusuk sate, serta bahan baku seperti tepung tapioka, bumbu, dan saus. Harga jual cilok biasanya berkisar antara Rp3.000–Rp7.000 per porsi, tergantung topping atau saus tambahan.
Dengan penjualan 50–100 porsi per hari, keuntungan bersih bisa mencapai Rp300.000–Rp700.000 per hari. Kunci suksesnya terletak pada cita rasa bumbu kacang yang khas serta lokasi jualan yang ramai, seperti depan sekolah, kampus, atau pinggir jalan utama.
Analisis Bisnis Tahu Bulat: Investasi dan Potensi Laba
Tahu bulat sempat menjadi fenomena viral karena konsep jualannya yang unik—digoreng dadakan dan dijual menggunakan mobil pick-up atau gerobak motor dengan pengeras suara khas: “Tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan!”. Jajanan ini terbuat dari tahu yang dibentuk bulat, dikeringkan, lalu digoreng dalam minyak panas hingga mengembang sempurna.
Modal awal usaha tahu bulat berkisar antara Rp1.000.000–Rp3.000.000, mencakup pembelian alat-alat seperti wajan besar, kompor gas, minyak goreng, serta bahan baku tahu dan bumbu penyedap. Harga jual tahu bulat relatif murah, sekitar Rp500–Rp1.000 per buah, namun keunggulannya ada pada volume penjualan yang tinggi.
Jika dalam sehari mampu menjual 300–500 tahu bulat, potensi omset bisa mencapai Rp300.000–Rp500.000 per hari, dengan keuntungan bersih sekitar 40–50%. Untuk meningkatkan penjualan, pelaku usaha bisa menambahkan varian rasa seperti pedas, keju, atau BBQ.
Prospek Usaha Pentol: Dari Modal Kecil hingga Balik Modal Cepat
Pentol merupakan jajanan mirip bakso yang disajikan dengan saus pedas atau kecap manis, dan populer di berbagai daerah Indonesia. Ada banyak variasi pentol, mulai dari pentol daging sapi, ayam, hingga pentol tahu atau ikan. Daya tarik utamanya adalah rasa gurih dan tekstur kenyal yang digemari semua kalangan, terutama pelajar dan pekerja.
Modal usaha pentol sedikit lebih besar dibanding dua jajanan sebelumnya, karena membutuhkan bahan daging dan bumbu rempah. Untuk memulai usaha skala kecil, dibutuhkan modal sekitar Rp1.500.000–Rp4.000.000, termasuk peralatan seperti panci besar, kompor gas, tusuk sate, gerobak, serta bahan baku daging dan tepung tapioka. Harga jual pentol berkisar Rp1.000–Rp3.000 per tusuk, tergantung ukuran dan isiannya.
Dengan penjualan rata-rata 150–200 tusuk per hari, omset bisa mencapai Rp400.000–Rp800.000 per hari, dengan margin keuntungan sekitar 40%. Usaha pentol juga mudah dikembangkan menjadi franchise kecil jika resepnya sudah stabil dan disukai pelanggan.
Ketiga usaha jajanan ini memiliki peluang besar dengan modal yang masih terjangkau. Cilok unggul dari sisi kesederhanaan bahan dan rasa khas, tahu bulat menonjol karena penjualan cepat dengan konsep unik, sedangkan pentol punya nilai jual tinggi karena fleksibel dan bisa dikreasikan dengan berbagai varian rasa. Semua pilihan tetap bergantung pada modal, lokasi strategis, serta kreativitas pelaku usaha dalam menarik pelanggan.
Jika kamu baru memulai, usaha cilok bisa menjadi langkah awal yang aman karena risikonya rendah dan cepat balik modal. Namun, jika ingin menjangkau pasar lebih luas dengan branding unik, tahu bulat atau pentol bisa menjadi opsi jangka panjang. Dengan perencanaan matang dan strategi pemasaran yang tepat, ketiganya bisa menjadi sumber penghasilan menjanjikan di dunia kuliner kaki lima.
Pertanyaan Umum Seputar Topik
1. Usaha mana yang paling cocok untuk pemula dengan modal kecil?
Usaha cilok paling direkomendasikan untuk pemula karena bahan baku murah, teknik pembuatan sederhana, dan cepat balik modal.
2. Apakah usaha tahu bulat masih menjanjikan di tahun 2025?
Ya, asal dikemas dengan strategi baru seperti varian rasa, konsep branding menarik, dan promosi digital agar tetap relevan dengan tren pasar.
3. Apakah usaha pentol bisa dijalankan dari rumah?
Bisa. Pentol bisa dijual secara online melalui aplikasi pesan antar atau dijajakan di depan rumah dengan peralatan sederhana.
4. Berapa lama waktu balik modal rata-rata untuk ketiga usaha ini?
Dengan penjualan stabil, rata-rata balik modal bisa dicapai dalam waktu 1–3 bulan, tergantung lokasi dan volume penjualan.
5. Bagaimana cara menarik pelanggan baru untuk usaha jajanan seperti ini?
Gunakan promosi di media sosial, kemasan menarik, pelayanan ramah, serta inovasi rasa agar pelanggan tertarik mencoba dan kembali membeli.