Benarkah Darah Tinggi Bisa Muncul Tanpa Gejala Sama Sekali? Ini Faktanya

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Penyakit darah tinggi atau hipertensi sering dijuluki sebagai “silent killer” karena banyak penderitanya tidak menyadari kondisinya hingga terjadi komplikasi serius. Meski terdengar mengejutkan, tekanan darah tinggi memang bisa muncul tanpa gejala apa pun, bahkan pada orang yang tampak sehat dan aktif sekalipun. Itulah mengapa penting untuk memahami bahwa tidak adanya keluhan bukan berarti tekanan darah kita berada dalam batas normal. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas apakah benar hipertensi bisa hadir secara diam-diam tanpa gejala, mengapa hal itu bisa terjadi, dan apa saja risiko yang mengintai jika tidak terdeteksi sejak dini. Pengetahuan ini penting agar kamu lebih waspada, terutama jika memiliki riwayat keluarga atau pola hidup yang berisiko.

Mengapa Hipertensi Dijuluki “Silent Killer”? 

Hipertensi sering dijuluki sebagai “silent killer” atau “pembunuh diam-diam” karena sifatnya yang tidak menunjukkan gejala jelas pada tahap awal, tetapi dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Julukan ini diakui secara luas dalam literatur medis karena hipertensi dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa disadari penderita, sementara secara perlahan merusak organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dan mata. 

Menurut World Health Organization (WHO), banyak orang dengan tekanan darah tinggi tidak menyadari kondisinya sampai terjadi serangan jantung, stroke, atau gagal ginjal, menjadikannya penyebab utama kematian prematur di seluruh dunia. Dampak jangka panjang hipertensi disebabkan oleh tekanan yang terus-menerus pada dinding arteri, yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan memicu penyakit kardiovaskular. 

Studi oleh Whelton, P. K., et al. (2018) berjudul Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults yang dimuat dalam Journal of the American College of Cardiology (JACC) menyebutkan bahwa hipertensi meningkatkan risiko stroke iskemik hingga empat kali lipat dan risiko penyakit jantung koroner hingga dua kali lipat. Penelitian lain oleh The Framingham Heart Study juga menunjukkan bahwa risiko gagal jantung meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan tekanan darah, bahkan dalam kisaran pra-hipertensi. 

Lebih lanjut, karena sifatnya yang tidak menimbulkan keluhan, diagnosis hipertensi sering kali terlambat dilakukan. Inilah yang membuat edukasi dan skrining dini sangat penting. Seperti dijelaskan dalam buku Hypertension: A Companion to Braunwald’s Heart Disease (Oparil & Weber, 2017), tekanan darah harus diperiksa secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko seperti usia, obesitas, gaya hidup sedentari, atau riwayat keluarga. Dengan diagnosis dan pengelolaan dini—termasuk perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis—risiko komplikasi bisa ditekan secara signifikan.

Gejala Hipertensi yang Sering Diabaikan 

Menurut JNC 8 Guidelines dan Hypertension: A Companion to Braunwald's Heart Disease (Oparil & Weber, 2017), sebagian besar pasien hipertensi ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan kesehatan rutin atau saat mengalami komplikasi. Hal ini menyebabkan banyak penderita tidak menyadari bahwa tekanan darahnya telah lama tinggi. 

Meski sebagian besar penderita tidak merasakan gejala, beberapa tanda-tanda ringan namun sering diabaikan dapat muncul, seperti: 

  • Sakit kepala, terutama di pagi hari Sakit kepala akibat hipertensi sering terjadi di bagian belakang kepala dan biasanya terasa saat tekanan darah sangat tinggi.
  • Pusing atau vertigo ringan Rasa tidak seimbang atau seperti berputar dapat muncul akibat tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah karena pengobatan.
  • Mudah lelah dan lemas Penurunan fungsi jantung akibat tekanan darah tinggi yang kronis dapat menyebabkan kelelahan.
  • Penglihatan kabur atau terganggu Disebabkan oleh retinopati hipertensif, yaitu kerusakan pembuluh darah kecil di retina mata.
  • Dada terasa tertekan atau berdebar Terjadi akibat kerja jantung yang berlebihan untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Gejala-gejala ini sering disalahartikan sebagai kelelahan, stres, atau masuk angin biasa, sehingga tidak segera diperiksakan ke dokter. Jika hipertensi tidak terkontrol, gejala yang lebih serius dapat berkembang, seperti: 

  • Sesak napas akibat gagal jantung
  • Nyeri dada hebat yang mengarah ke serangan jantung
  • Kelemahan satu sisi tubuh atau bicara tidak jelas akibat stroke

Longo, D. L., et al. dalam buku Harrison's Principles of Internal Medicine edisi ke-20 menjelaskan bahwa deteksi dini sangat penting karena banyak kasus hipertensi ditemukan saat pasien sudah mengalami komplikasi seperti stroke atau gagal ginjal. Oleh karena itu, deteksi melalui pengukuran tekanan darah rutin menjadi kunci penting dalam pencegahan.

Siapa Saja yang Berisiko Terkena Hipertensi Tanpa Gejala?

Orang yang berisiko terkena hipertensi tanpa gejala bisa berasal dari berbagai kelompok usia dan latar belakang, bahkan mereka yang merasa sehat. Hipertensi tidak memandang penampilan fisik atau kondisi tubuh yang tampak “fit”, sehingga deteksi dini sangat penting. Berikut ini kelompok-kelompok yang paling rentan:

1. Orang dengan Riwayat Keluarga Hipertensi

Faktor genetik memainkan peran penting dalam hipertensi. Menurut buku Hypertension: A Companion to Braunwald’s Heart Disease (Oparil & Weber, 2017), jika orang tua atau saudara kandung memiliki riwayat hipertensi, maka risiko seseorang terkena penyakit ini meningkat signifikan, meskipun ia tidak merasakan gejala apa pun. Hipertensi primer cenderung diturunkan secara familial.

2. Usia Di Atas 40 Tahun

Seiring bertambahnya usia, elastisitas pembuluh darah menurun. Buku Harrison's Principles of Internal Medicine (2018) mencatat bahwa prevalensi hipertensi meningkat drastis pada individu berusia di atas 40 tahun, terutama pada pria. Namun, pada wanita, risikonya meningkat tajam setelah menopause akibat penurunan hormon estrogen pelindung jantung.

3. Individu dengan Gaya Hidup Tidak Sehat

Tanpa gejala pun, orang dengan gaya hidup berikut sangat berisiko:

  • Konsumsi garam berlebihan
  • Kurang olahraga
  • Obesitas atau berat badan berlebih
  • Merokok dan konsumsi alkohol
  • Tingkat stres tinggi dan tidak dikelola

Franklin, S. S., et al. dalam studinya yang berjudul The Importance of Blood Pressure Control in the Aging Population di Journal of Human Hypertension (2020) menegaskan bahwa faktor gaya hidup ini memicu resistensi vaskular yang menjadi awal dari hipertensi laten.

4. Penderita Penyakit Kronis Lain

Orang yang menderita diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, atau dislipidemia (gangguan kadar lemak darah) sangat berisiko mengalami hipertensi meskipun tidak ada gejala. Hubungan antar kondisi ini sangat kuat dan saling memperburuk satu sama lain.

5. Wanita Hamil (Preeklamsia)

Hipertensi kehamilan, terutama preeklamsia, dapat muncul tiba-tiba tanpa gejala khas dan berisiko tinggi bagi ibu dan janin. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada ibu hamil sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) Practice Bulletin.

Bahaya Jika Hipertensi Tidak Segera Diketahui dan Diatasi

Jika hipertensi tidak segera diketahui dan diatasi, dampaknya bisa sangat serius dan bahkan mengancam nyawa. Penyakit ini bekerja secara perlahan tetapi progresif, merusak berbagai organ penting tanpa menunjukkan gejala berarti pada awalnya. Berikut penjelasan lengkapnya dalam tiga aspek utama:

1. Kerusakan Organ Vital Secara Diam-Diam

Hipertensi kronis memberikan tekanan konstan pada pembuluh darah, yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ utama tubuh:

  • Jantung: Hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga dapat menyebabkan pembesaran jantung kiri (left ventricular hypertrophy) dan akhirnya gagal jantung. Menurut American Heart Association, lebih dari 50% kasus gagal jantung disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol.
  • Otak: Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko stroke iskemik dan hemoragik karena pembuluh darah di otak bisa menyempit atau pecah. Diketahui bahwa hipertensi menggandakan risiko stroke, bahkan pada pasien tanpa gejala sebelumnya.
  • Ginjal: Hipertensi dapat merusak glomerulus, unit penyaring utama pada ginjal, dan menyebabkan gagal ginjal kronis. Inilah sebabnya hipertensi menjadi penyebab utama kedua gagal ginjal setelah diabetes.

2. Risiko Komplikasi Akut dan Kematian Mendadak

Jika tidak diketahui dan ditangani, hipertensi dapat menyebabkan krisis hipertensi—yaitu lonjakan tekanan darah secara tiba-tiba hingga lebih dari 180/120 mmHg—yang memicu:

  • Serangan jantung mendadak
  • Stroke mendadak
  • Edema paru akut
  • Aneurisma pembuluh darah (pembuluh darah pecah)

Situasi ini tergolong darurat medis dan dapat menyebabkan kematian dalam hitungan jam jika tidak segera mendapat penanganan.

3. Kualitas Hidup Menurun Drastis

Selain komplikasi medis, hipertensi yang tidak dikendalikan juga menyebabkan:

  • Ketergantungan jangka panjang pada obat-obatan
  • Pembatasan aktivitas fisik
  • Ketidakmampuan bekerja secara produktif
  • Gangguan penglihatan atau kebutaan akibat retinopati hipertensif

Hypertension Fact Sheet World Health Organization (2021) menyatakan bahwa hipertensi tidak hanya menjadi penyebab utama kematian dini, tetapi juga kontributor terbesar terhadap “tahun kehidupan yang hilang akibat kecacatan (DALYs)”.

People Also Aski

1. Apakah benar darah tinggi bisa terjadi tanpa gejala?

Ya, banyak kasus hipertensi tidak menunjukkan gejala apa pun hingga terjadi komplikasi serius. Karena itulah hipertensi disebut “silent killer”.

2. Apa saja tanda-tanda ringan yang mungkin muncul tapi sering diabaikan?

Gejala seperti sakit kepala ringan, pusing, cepat lelah, atau tegang di leher sering kali dianggap biasa. Padahal bisa jadi itu sinyal tekanan darah tinggi.

3. Siapa yang berisiko mengalami hipertensi tanpa gejala?

Orang dengan gaya hidup tidak sehat, stres tinggi, obesitas, atau riwayat keluarga hipertensi sangat berisiko. Bahkan usia muda pun bisa terkena.

4. Bagaimana cara mengetahui tekanan darah tanpa menunggu gejala?

Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama jika memiliki faktor risiko. Alat pengukur digital kini mudah digunakan di rumah.

5. Apa bahaya jika hipertensi tidak terdeteksi sejak awal?

Risikonya termasuk stroke, gagal jantung, gangguan ginjal, hingga kematian mendadak. Penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |