8 Penyakit Kucing yang Mengintai di Musim Hujan, Waspada Bahayanya

1 month ago 19
Update Kabar Petang Jitu Terbaru

Musim hujan meningkatkan risiko berbagai penyakit pada kucing karena lingkungan yang lembab mendukung pertumbuhan jamur, bakteri, dan virus. Berikut adalah beberapa penyakit kucing yang umum terjadi di musim hujan, beserta gejala dan pencegahannya:

1. Flu Kucing (Feline Upper Respiratory Infection)

Ditandai dengan bersin, pilek, mata berair, demam, dan penurunan nafsu makan. Disebabkan oleh virus seperti feline herpesvirus (FHV) atau feline calicivirus (FCV). Flu kucing sangat menular, terutama di lingkungan dengan banyak kucing, seperti tempat penampungan atau rumah dengan banyak peliharaan. Meskipun umumnya tidak fatal, flu kucing dapat menjadi serius jika tidak ditangani, terutama pada anak kucing atau kucing dengan sistem imun lemah.

Perawatan meliputi menjaga hidrasi, memberikan makanan bergizi, dan dalam beberapa kasus, pemberian antibiotik atau obat antivirus sesuai anjuran dokter hewan. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh kucing melalui makanan bergizi, dan vaksinasi rutin.

2. Diare

Diare pada kucing adalah kondisi di mana kucing mengalami tinja yang lebih lunak atau cair dari biasanya, sering kali disertai dengan frekuensi buang air besar yang meningkat. Penyebabnya bisa infeksi bakteri, virus, atau makanan basi. Jika diare berlangsung singkat dan kucing tetap aktif, biasanya bisa sembuh dengan sendirinya.

Namun, jika berlangsung lebih dari 24 jam, disertai muntah, lemas, atau dehidrasi, diare bisa menjadi tanda masalah serius dan memerlukan perhatian dokter hewan. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan makanan dan air minum, serta memberikan makanan yang mudah dicerna.

3. Penyakit Pernapasan (Pneumonia)

Pneumonia pada kucing adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau aspirasi (terhirupnya benda asing atau cairan ke dalam paru-paru). Penyakit ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, batuk, demam, lesu, hilangnya nafsu makan, serta keluarnya lendir dari hidung atau mulut. Pneumonia lebih sering terjadi pada kucing dengan sistem imun lemah, seperti anak kucing, kucing senior, atau yang memiliki penyakit lain. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berakibat fatal. Pencegahannya dengan memberikan tempat tidur yang nyaman dan hangat, serta menghindari paparan angin dingin. Vaksinasi juga dapat membantu mengurangi keparahan penyakit.

4. Penyakit Kulit (Dermatitis)

Kulit kemerahan, gatal, berkerak, dan kerontokan bulu. Disebabkan oleh jamur, bakteri, kutu, atau tungau yang berkembang biak di lingkungan lembab. Kucing yang mengalami dermatitis sering kali terlihat sering menggaruk, menjilat, atau menggigit area yang gatal, yang dapat memperparah luka dan menyebabkan infeksi sekunder.

Pengobatan tergantung pada penyebabnya, mulai dari pemberian obat antihistamin atau antibiotik, penggunaan sampo khusus, hingga menghilangkan faktor pemicu alergi. Menjaga kebersihan kucing dan lingkungannya dapat membantu mencegah dermatitis serta mencegah kondisi kulitnya semakin memburuk. Pencegahannya dengan menjaga bulu kucing tetap kering, membersihkan tempat tidur secara rutin, dan menggunakan obat anti-kutu.

5. Panleukopenia

Infeksi virus yang menyerang saluran pencernaan. Gejalanya meliputi kehilangan nafsu makan, lesu, muntah, diare (kadang berdarah), dan dehidrasi. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan saluran pencernaan. Panleukopenia paling berisiko bagi anak kucing, kucing yang belum divaksin, atau kucing dengan sistem imun lemah.

Penyakit ini menyebar melalui kontak dengan kucing terinfeksi, lingkungan yang terkontaminasi, atau benda-benda seperti mangkuk makanan dan kotak pasir. Karena tingkat kematiannya tinggi, pencegahan terbaik adalah melalui vaksinasi rutin. Pengobatan hanya bersifat suportif, seperti terapi cairan dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder, karena tidak ada obat spesifik untuk membunuh virus ini.

6. Calicivirus

Feline Calicivirus (FCV) adalah virus yang menyerang saluran pernapasan atas pada kucing dan sangat menular, terutama di lingkungan dengan banyak kucing. Infeksi virus yang menyebabkan hidung berair, radang gusi, sariawan, mulut berliur, dan bau mulut.

Dalam beberapa kasus, infeksi bisa berkembang menjadi pneumonia atau menyebabkan peradangan sendi yang membuat kucing pincang. Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi, air liur, lendir, atau benda yang terkontaminasi. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan vaksinasi.

7. Demam

Suhu tubuh meningkat, mata berair, menggigil, lesu, tidak mau makan, dan kurang aktif. Penyebabnya bisa perubahan cuaca dan penurunan daya tahan tubuh. Kucing yang demam biasanya tampak lesu, kehilangan nafsu makan, lebih banyak tidur, menggigil, atau mencari tempat yang lebih hangat. Jika demam berlangsung lebih dari 24 jam atau mencapai 40°C ke atas, kondisi ini bisa berbahaya dan memerlukan pemeriksaan dokter hewan.  Perawatannya dengan memberikan air putih, vitamin B, suplemen energi, dan makanan tinggi protein.

8. Cacingan

Cacingan pada kucing saat musim hujan lebih sering terjadi karena lingkungan yang lembap mendukung perkembangbiakan parasit, termasuk telur dan larva cacing. Kucing bisa terinfeksi cacing seperti cacing gelang, cacing pita, cacing tambang, atau cacing hati melalui tanah, air, makanan yang terkontaminasi, atau dengan menjilat bulunya yang terkena larva cacing. Gejalanya perut membesar, diare, muntah, bulu kusam, dan penurunan berat badan. Pencegahannya dengan memberikan obat cacing secara rutin dan menjaga kebersihan lingkungan.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |