10 Penyakit Hati dalam Islam dan Cara Mengobatinya: Jalan Menuju Hati yang Tenang

1 week ago 11

6. Cinta Dunia Berlebihan

Kecenderungan untuk terlalu mengejar kenikmatan duniawi, seperti kekayaan, popularitas, atau kesenangan sesaat, dapat mengakibatkan pengabaian terhadap persiapan untuk kehidupan akhirat. 

Fokus yang berlebihan pada hal-hal materi dan keinginan duniawi dapat menyita waktu, energi, dan perhatian seseorang, sehingga menghambat upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjalankan amal saleh yang menjadi bekal di akhirat. Akibatnya, seseorang mungkin kehilangan kesempatan untuk meraih kebahagiaan sejati dan keselamatan di kehidupan setelah kematian.

Cara mengobatinya: Mengendalikan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan selalu mengingat kematian.

7. Su'udzan (Buruk Sangka)

Suudzan, atau prasangka buruk, merupakan kecenderungan untuk menilai seseorang secara negatif tanpa didasari bukti atau fakta yang valid. Hal ini melibatkan interpretasi yang bias terhadap perilaku atau tindakan individu, seringkali mengabaikan konteks atau informasi yang meringankan. 

Berbeda dengan skeptisisme yang sehat yang didasarkan pada evaluasi kritis, suudzan cenderung bersifat subjektif dan didorong oleh emosi negatif, tanpa usaha untuk mencari kebenaran atau klarifikasi. 

Cara mengobatinya: Berprasangka baik (husnudzan), mencari kejelasan sebelum menilai, dan menghindari fitnah.

8. Sum’ah (Pamer Ibadah)

Sum'ah, dalam konteks agama Islam, merujuk pada tindakan sengaja memperlihatkan atau memperdengarkan ibadah atau amal kebaikan yang dilakukan kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk mencari pujian, sanjungan, atau pengakuan dari manusia, bukan semata-mata karena ridho Allah SWT. 

Ini berbeda dengan niat ikhlas dalam beribadah, di mana seseorang melakukan amal saleh hanya untuk mencari keridaan Allah tanpa mempertimbangkan penilaian manusia. Tindakan sum'ah dapat mengurangi nilai ibadah dan amal kebaikan yang dilakukan, karena motivasi utamanya telah ternodai oleh keinginan akan pujian duniawi. 

Cara mengobatinya: Menjaga kesucian ibadah, menghindari pamer, dan ikhlas dalam beramal.

9. Taqtir (Pelit Berlebihan)

Taqtir merujuk pada sikap seseorang yang enggan atau menolak untuk berbagi apa pun, sekalipun ia memiliki kemampuan dan sumber daya yang memadai untuk melakukannya.

Sikap ini menandakan adanya keengganan untuk berderma, berbagi rezeki, atau membantu orang lain yang membutuhkan, meskipun ia secara finansial atau material mampu untuk melakukannya. Keengganan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sifat kikir, egoisme, atau rasa takut kehilangan.

Cara mengobatinya: Bersedekah dan berbagi sesuai kemampuan, dan menyadari kewajiban berbagi kepada sesama.

10. Panjang Angan-Angan

Seringkali, pikiran melayang terlalu jauh ke khayalan dan impian, sehingga mengakibatkan pengabaian terhadap kewajiban-kewajiban agama yang seharusnya dijalankan. Hal ini dapat mencakup berbagai aspek, seperti meninggalkan sholat, membaca Al-Quran, berdzikir, bersedekah, atau menjalankan ibadah lainnya. Akibatnya, hubungan dengan Tuhan menjadi kurang terjaga dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi spiritualitas individu.

Cara mengobatinya: Fokus pada ibadah dan amal kebaikan, serta merencanakan masa depan dengan perencanaan yang realistis.

Menjaga kebersihan hati dari penyakit-penyakit ini merupakan perjalanan spiritual yang terus menerus. Dengan memahami dan mengamalkan cara mengobatinya, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih ketenangan jiwa. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan hidayah untuk membersihkan hati dan menjalani kehidupan yang penuh keberkahan.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |