Liputan6.com, Jakarta Gunung Iya yang terletak di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu gunung berapi aktif yang kerap menarik perhatian para ahli vulkanologi karena aktivitasnya yang signifikan. Letaknya yang hanya berjarak sekitar 1 km dari tepi selatan Kota Ende membuatnya menjadi potensi ancaman tersendiri bagi masyarakat sekitar, terutama ketika terjadi peningkatan aktivitas vulkanik. Sejak awal didokumentasikan, gunung berapi ini telah beberapa kali mengalami erupsi, dengan catatan pertama dimulai pada abad ke-17.
Meski terlihat tenang saat ini, sejarah panjang erupsi Gunung Iya menyimpan banyak kisah mengenai letusan dahsyat yang pernah terjadi. Gunung ini tidak hanya menghasilkan aliran lava dan abu vulkanik, tetapi juga memiliki potensi untuk memicu longsoran besar yang berujung pada tsunami. Dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas magmatik di Gunung Iya menunjukkan peningkatan, membuat statusnya dinaikkan menjadi Siaga oleh pihak berwenang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mencatat berbagai kejadian seismik yang menandakan adanya pergerakan magma di dalam tubuh gunung ini. Dengan sejarah erupsi yang fluktuatif, Gunung Iya kini kembali menjadi sorotan, terutama dengan risiko letusan yang dapat berdampak luas hingga mencapai Laut Sawu. Berikut fakta menarik tentang Gunung Iya di Ende, dirangkum Liputan6, Jumat (8/11).
Sejarah Erupsi Gunung Iya yang Tercatat Sejak Abad ke-17
Gunung Iya mulai mencatatkan aktivitas erupsinya sejak tahun 1671, dengan letusan skala Volcanic Explosivity Index (VEI) mencapai level 3. Erupsi ini dianggap sebagai salah satu yang paling signifikan, di mana aliran piroklastik dan abu vulkanik menyebar hingga ke Laut Sawu. Periode selanjutnya menunjukkan pola erupsi yang lebih sering terjadi, terutama pada abad ke-19 dengan letusan pada tahun 1844 dan 1867.
Pada Mei 1844, Gunung Iya kembali erupsi dengan skala VEI 2. Letusan ini tidak hanya menghasilkan abu vulkanik tetapi juga diiringi oleh gemuruh yang terdengar hingga radius beberapa kilometer dari puncak gunung. Erupsi besar lainnya terjadi pada tahun 1867 dan 1868, yang ditandai dengan aliran lava dan letusan yang menghasilkan lontaran batu pijar.
Periode letusan terakhir yang tercatat terjadi pada Januari 1969, di mana aktivitas vulkanik berlangsung selama tiga hari. Letusan ini disertai dengan suara gemuruh, semburan api berwarna putih, kuning, dan biru, serta lontaran material vulkanik seperti bom, lapili, pasir, dan abu yang mencapai ketinggian 400 meter dari puncak gunung.
Potensi Bahaya dari Longsoran dan Tsunami Akibat Aktivitas Gunung Iya
Lokasi Gunung Iya yang mengarah langsung ke Laut Sawu membuat setiap aktivitas vulkaniknya membawa risiko besar bagi wilayah pesisir. Salah satu ancaman terbesar yang menjadi perhatian ahli adalah kemungkinan longsoran besar yang bisa memicu tsunami. Berdasarkan analisis PVMBG, zona lemah di sekitar kawah aktif (K2) menunjukkan rekahan yang signifikan, yang berpotensi menyebabkan longsoran material besar ke arah laut.
Selain longsoran, erupsi yang mengeluarkan material piroklastik seperti abu vulkanik, batu pijar, dan aliran lava bisa mencapai area pesisir. Lontaran material yang tinggi juga menjadi ancaman langsung bagi bagian selatan Kota Ende, meskipun arah letusan umumnya mengarah ke laut. Hal ini membuat masyarakat dan pihak berwenang harus selalu waspada, terutama jika terjadi peningkatan aktivitas seismik di gunung tersebut.
Aktivitas Seismik Gunung Iya Meningkat, Status Siaga Diberlakukan
Pada Oktober 2024, PVMBG resmi menaikkan status Gunung Iya dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada), menyusul peningkatan aktivitas vulkanik yang terdeteksi sejak awal Juli 2024. Aktivitas magmatik menunjukkan tanda-tanda yang signifikan dengan adanya asap putih dari kawah utama yang mencapai ketinggian 300 meter. Selain itu, gempa vulkanik dan tektonik yang terekam mengalami lonjakan drastis, terutama pada periode Agustus hingga Oktober.
Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, menyebutkan bahwa peningkatan jumlah gempa vulkanik dalam merupakan indikasi adanya tekanan magmatik yang meningkat di tubuh gunung api. "Jumlah gempa yang meningkat ini menunjukkan ada pergerakan magma yang perlu diwaspadai, terutama dengan adanya rekahan di sekitar kawah aktif," ujar Hendra dalam keterangannya di Jakarta.
Karakteristik Letusan Gunung Iya dan Dampaknya bagi Masyarakat Ende
Gunung Iya memiliki karakteristik sebagai gunung berapi kerucut atau stratovulkanik, di mana letusannya cenderung eksplosif dan menghasilkan abu serta lava dengan konsentrasi silikat tinggi. Letusan magmatik dari gunung ini kerap diiringi dengan lontaran batu pijar dan runtuhan di bagian puncaknya. Material letusan ini dapat berdampak langsung bagi masyarakat yang berada di sekitar area gunung, terutama di bagian selatan Kota Ende.
Meskipun aktivitas letusan umumnya mengarah ke Laut Sawu, risiko bahaya tetap ada bagi warga, terutama terkait dengan aliran piroklastik yang bisa mencapai daerah permukiman. Oleh karena itu, pihak berwenang mengimbau warga untuk selalu waspada dan mengikuti instruksi evakuasi jika diperlukan.
Peningkatan Status Siaga: Langkah Mitigasi dan Imbauan bagi Warga
Seiring dengan peningkatan status Gunung Iya menjadi Siaga pada 5 November 2024, PVMBG telah mengeluarkan serangkaian imbauan bagi masyarakat setempat. Warga diharapkan tidak melakukan aktivitas di sekitar kawah aktif dan menghindari area yang berpotensi terpapar aliran lava.
Selain itu, pihak berwenang juga telah mempersiapkan langkah mitigasi berupa rencana evakuasi bagi warga yang berada di zona bahaya. Pemerintah daerah juga bekerja sama dengan BPBD untuk memastikan kesiapan logistik dan jalur evakuasi bagi masyarakat yang terdampak.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Erupsi Gunung Iya: Kapan Terakhir Kali Gunung Iya Mengalami Erupsi?
Terakhir kali Gunung Iya erupsi pada Januari 1969 dengan skala VEI 3.
Apakah Aktivitas Gunung Iya Dapat Menyebabkan Tsunami?
Ya, potensi longsoran besar akibat rekahan di sekitar kawah aktif bisa memicu tsunami.
Bagaimana Karakteristik Letusan Gunung Iya?
Letusan Gunung Iya bersifat eksplosif, menghasilkan abu vulkanik, lontaran batu pijar, dan aliran lava.