Liputan6.com, Jakarta Siapa nama ibu Nabi Muhammad SAW? Pertanyaan ini sering kali ditanyakan oleh umast Islam di seluruh dunia. Dalam sejarah Islam, sosok Aminah binti Wahab menempati posisi yang sangat istimewa sebagai ibu dari Nabi Muhammad SAW, pembawa risalah terakhir Allah SWT. Beliau merupakan wanita pilihan yang diamanahkan untuk melahirkan dan mengasuh bayi yang kelak akan menjadi pemimpin umat manusia dan penutup para nabi.
Kemuliaan Aminah binti Wahab tidak hanya tercermin dari perannya sebagai ibu Nabi, tetapi juga dari latar belakang keluarganya yang terhormat. Terlahir dari kalangan suku Quraisy yang terpandang di Mekkah, ayahnya Wahb bin Abd Manaf adalah seorang pemuka Bani Zuhrah yang disegani, sementara ibunya Barrah binti Abdul Uzza juga berasal dari keturunan yang mulia.
Perjalanan hidup Aminah binti Wahab menjadi bukti bahwa Allah SWT telah memilih wanita terbaik dari keluarga terbaik untuk mengandung dan melahirkan nabi-Nya yang terakhir. Meski usianya tidak panjang untuk mendampingi putranya, namun perannya dalam sejarah Islam akan selalu dikenang sebagai ibu yang melahirkan manusia paling mulia di muka bumi.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai nama ibu Nabi Muhammad SAW dan sejarah masa kecilnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (16/11/2024).
Cendikiawan muslim Quraish Shihab mengajak seluruh umat muslim dengan memanjatkan doa seperti diajarkan Nabi Muhammad SAW untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Nama Ibu Nabi Muhammad SAW
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa Nama ibu Nabi Muhammad adalah Siti Aminah binti Wahab, seorang wanita mulia yang menjadi sosok ibu dari utusan terakhir Allah, Nabi Muhammad SAW.
Dalam sejarah, ibu Nabi Muhammad, Siti Aminah, lahir di Makkah sebagai anak dari Wahab bin Abdul Manaf, seorang pemimpin Bani Zuhrah. Ia berasal dari keturunan bangsawan terhormat yang disegani di kalangan masyarakat Arab. Adapun, sejarah tidak mencatat dengan pasti tanggal kelahirannya, namun diketahui bahwa ia wafat pada tahun 577 M, ketika Nabi Muhammad SAW masih berusia enam tahun.
Pada saat wafat, Siti Aminah sedang dalam perjalanan menuju Yastrib (Madinah) untuk mengunjungi makam suaminya, Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah dari Nabi Muhammad.
Asal Usul Ibu Nabi Muhammad SAW
Siti Aminah adalah ibunda Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok wanita yang penuh kemuliaan dan memiliki akhlak yang terpuji. Nama asli ibu Nabi Muhammad SAW adalah Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf bin Zahrah bin Kilâb bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr.
Aminah merupakan seorang putri pembesar bani Zahrah, nama ibu Aminah adalah Labirah binti Abdil Uzza bin Utsman bin Abd ad-Dar bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr. Aminah lahir pada pertengahan abad ke-6 Masehi, dari keluarga terhormat dan mempunyai kemuliaan termulia.
Dalam buku Mengais Berkah di Bumi Sang Rasul (2020) karya Ahmad Hawassy, beliau digambarkan sebagai wanita yang teguh dalam ketakwaan, memiliki tutur kata yang santun, dan kepribadian yang luhur dengan jiwa sosial yang tinggi. Keistimewaan Siti Aminah bahkan telah diakui oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, yang menyatakan bahwa tidak ada gadis di Makkah yang dapat menandingi kebaikan dan kemuliaan putri Wahab ini.
Kemuliaan Siti Aminah tidak hanya tercermin dari akhlaknya yang terpuji, tetapi juga dari garis keturunannya yang terhormat di kalangan suku Quraisy. Seperti yang tertuang dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW (2016) karangan Abdurrahman bin Abdul Karim, Siti Aminah terlahir dari nasab yang sangat mulia dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga bangsawan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan.
Penulis terkenal Bintu Syathi dalam catatannya mengungkapkan bahwa masa kecil Siti Aminah dihabiskan dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai kemuliaan. Tumbuh di tengah keluarga bangsawan membentuk kepribadiannya menjadi sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat Makkah pada masanya. Warisan kemuliaan dari nenek moyangnya tecermin dalam setiap aspek kehidupannya.
Dengan latar belakang keluarga yang terhormat dan kepribadian yang mulia, tidak mengherankan jika Allah SWT memilih Siti Aminah sebagai wanita yang akan melahirkan manusia terbaik sepanjang masa.
Kehamilan dan Melahirkan Nabi Muhammad SAW
Kehamilan Siti Aminah merupakan masa yang penuh dengan keistimewaan dan tanda-tanda keajaiban yang mengisyaratkan kemuliaan janin dalam kandungannya. Riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Sa'ad dan Baihaqi, sebagaimana dikutip dalam buku Mengais Berkah di Bumi Sang Rasul (2020) karya Ahmad Hawassy, menceritakan betapa berbedanya pengalaman kehamilan Siti Aminah dibandingkan wanita-wanita lain pada masanya.
Selama masa kehamilannya, Siti Aminah merasakan keringanan yang luar biasa, tanpa beban yang memberatkan sebagaimana umumnya wanita hamil. Lebih dari itu, beliau kerap mendapatkan mimpi-mimpi yang memuat isyarat dan petunjuk tentang keagungan janin yang dikandungnya. Sebelum melahirkan nabi Muhammad SAW, Siti Aminah bermimpi melahirkan seorang anak laki-laki yang lahir bersama cahaya menyelimuti Bumi. Mimpi tersebut kemudian terbukti sebagai pertanda bahwa ia akan melahirkan seorang nabi akhir zaman yang telah dinanti-nantikan umat manusia.
Siti Aminah juga melihat dirinya berdoa kepada Allah SWT, "Aku berlindung kepada Tuhan yang Maha Esa supaya menyelamatkan anak ini, daripada semua orang yang dengki." Nabi Muhammad SAW pun lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal pada tahun Gajah, atau 50 hari setelah peristiwa tentara gajah.
Aminah binti Abdullah membesarkan Nabi Muhammad SAW sendirian, selepas meninggalnya suami tercinta Abdullah bin Abdul Muthalib. Meski waktu kebersamaan mereka relatif singkat, peran Siti Aminah sebagai ibu sangatlah vital dalam membentuk fondasi karakter dan kepribadian Nabi Muhammad SAW. Pengaruh didikan dan teladan Siti Aminah tercermin jelas dalam akhlak mulia yang kemudian menjadi ciri khas kepribadian Rasulullah sepanjang hidupnya.
Dalam buku yang sama, Ahmad Hawassy menggambarkan bagaimana kesederhanaan hidup yang dijalani Siti Aminah turut mewarnai pribadi Nabi Muhammad SAW. Hal ini tersirat dalam salah satu sabda Rasulullah yang menyebutkan dirinya sebagai putra seorang wanita Quraisy yang biasa memakan daging kering, sebuah ungkapan yang menggambarkan kesederhanaan hidup yang beliau warisi dari sang bunda.
Kepergian Siti Aminah untuk selama-lamanya ketika Nabi Muhammad masih berusia enam tahun menjadi momen yang sangat memilukan. Peristiwa yang terjadi di daerah Abwa, dalam perjalanan menuju Madinah, ini meninggalkan kesan mendalam dalam kehidupan Rasulullah. Kehilangan sosok ibu di usia yang masih sangat belia membuat Rasulullah kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Meski masa kebersamaan Siti Aminah dengan putra tercintanya relatif singkat, namun pengaruh dan perannya sebagai ibu sangatlah fundamental dalam membentuk kepribadian awal Rasulullah.