Liputan6.com, Jakarta Sampah plastik telah menjadi salah satu tantangan lingkungan terbesar di dunia saat ini. Penggunaan plastik yang meluas dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari kemasan makanan hingga barang-barang sekali pakai, telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam jumlah limbah plastik.
Meskipun beberapa upaya telah dilakukan untuk menggantikan plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan, seperti penggunaan tas belanja kertas di beberapa toko swalayan, namun plastik tetap mendominasi banyak produk konsumen. Situasi ini tidak hanya mengancam kesehatan ekosistem global tetapi juga memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan manusia.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan strategi pengurangan sampah plastik yang efektif. Langkah-langkah seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang plastik yang sudah ada, dan mendukung inovasi bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan menjadi kunci dalam mengurangi jejak plastik di bumi, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (23/10/2024).
RDF Cilacap, Teknologi Pengolahan Sampah Ramah Lingkungan
Risiko Limbah Plastik
1. Mengancam kesehatan manusia
Bisphenol A (BPA) yang digunakan dalam wadah plastik untuk makanan dan minuman telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. BPA dapat mempengaruhi perkembangan otak janin, bayi, dan anak-anak, meningkatkan tekanan darah, serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Namun, BPA hanyalah satu dari ribuan bahan kimia yang ditambahkan ke plastik untuk berbagai tujuan, seperti membuatnya fleksibel, memberikan warna, atau mengubah penampilannya. Banyak dari bahan kimia ini diketahui sangat beracun, termasuk beberapa yang bersifat karsinogen, neurotoksin, dan pengganggu hormon, yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
2. Mengancam kelestarian satwa liar laut
Banyak negara masih belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai. Akibatnya, sebagian besar sampah plastik berakhir mencemari laut, dengan volume yang setara dengan satu truk sampah setiap 45 detik. Banjir plastik ini berdampak buruk pada satwa liar laut. Makhluk laut sering kali salah mengira plastik sebagai makanan, mulai dari penyu yang memakan kantong plastik hingga burung laut yang memberikannya kepada anak-anaknya.
Masalah ini semakin memburuk, menyebabkan kelaparan dan gangguan pencernaan pada krill, ikan, invertebrata, dan karang. Lebih parah lagi, jaring ikan, kantong plastik, dan sampah plastik lainnya yang terbuang dapat menjerat satwa laut seperti ikan paus, singa laut, lumba-lumba, penyu, dan burung laut, menghambat kemampuan mereka dalam mencari makanan dan berenang, yang sering kali berujung pada kematian.
3. Berkontribusi pada perubahan iklim
Menurut laporan Komisi Minderoo-Monaco, sebagian besar emisi gas rumah kaca yang terkait dengan plastik (90 persen) berasal dari proses produksi, termasuk tahap ekstraksi bahan bakar fosil, pengolahan, dan pembuatan produk. Sementara itu, 10 persen sisanya berasal dari pembuangan dan perdagangan bahan plastik. Hal ini menunjukkan bahwa plastik memiliki kontribusi signifikan terhadap perubahan iklim melalui jejak emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari seluruh siklus hidupnya.
Kurangi Penggunaan Plastik untuk Melindungi Lingkungan dari Bahaya
4. Menyebabkan polusi kimia
Plastik dibuat dari minyak dan gas, yang berkontribusi pada polusi kimia di lingkungan. Proses ekstraksi sumber daya yang tidak dapat diperbarui ini menghasilkan berbagai bahan kimia berbahaya, seperti benzena, toluena, etilbenzena, xilena, karbon monoksida, hidrogen sulfida, ozon, sulfur dioksida, dan banyak lagi. Pengambilan dan pengolahan bahan baku plastik ini tidak hanya menyebabkan kerusakan lingkungan di area penambangan, tetapi juga meningkatkan risiko kontaminasi air tanah dan air permukaan.
5. Menghasilkan mikroplastik
Plastik tidak mudah terurai seperti bahan organik, seperti kertas atau kapas, yang dapat terurai menjadi zat-zat yang tidak beracun. Namun, plastik dapat terpecah menjadi partikel-partikel yang jauh lebih kecil, yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik bisa berukuran seperti kerikil atau bahkan lebih kecil dari satu sel.
Mikroplastik akan mencemari sungai, tanah, tumbuhan, hewan, dan bahkan manusia. Selain itu, mikroplastik memengaruhi kualitas tanah, mikroba yang ada di dalamnya, dan serangga kecil yang berperan dalam dekomposisi. Tak hanya itu, partikel-partikel ini berdampak pada hewan yang lebih besar dalam berbagai cara, seperti merusak DNA, menghambat pertumbuhan, dan merusak organ reproduksi.
Cara Menanggulangi Sampah Plastik
1. Daur ulang sampah
Solusi pertama yang dapat dilakukan adalah mendaur ulang. Proses ini melibatkan pembaruan barang-barang bekas agar lebih berguna atau menarik. Ini bisa menjadi cara yang efektif untuk memberikan kehidupan baru pada barang-barang plastik atau pakaian bekas, sehingga mengurangi limbah dan konsumsi barang baru.
2. Hindari plastik sekali pakai
Ini adalah kebiasaan yang masih sering dilakukan oleh banyak orang. Usahakan untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai dengan selalu membawa tas belanja sendiri. Karena keinginan untuk berbelanja saat bepergian sering kali muncul.
3. Berhenti membeli air dalam kemasan
Membawa botol minum dari rumah bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga bisa menghemat biaya dalam jangka panjang. Ini mengurangi penggunaan botol atau gelas plastik sekali pakai yang biasa digunakan saat membeli minuman di luar. Selain itu, ini juga membantu mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkan.
4. Jaga kebersihan lingkungan
Selain ketiga cara di atas, Anda bisa mengurangi penyebaran polusi plastik dengan membersihkan lingkungan sekitar. Anda juga bisa mencari informasi tentang komunitas pembersihan sampah melalui media sosial. Mari bersama jaga bumi tercinta ini!
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence