Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda merasa sulit menolak permintaan orang lain meskipun sebenarnya Anda tidak mampu atau tidak ingin melakukannya? Atau selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain hingga melupakan kebutuhan diri sendiri? Jika ya, bisa jadi Anda memiliki kecenderungan sebagai people pleaser.
People pleaser adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki dorongan kuat untuk selalu menyenangkan orang lain, bahkan dengan mengorbankan kesejahteraan dirinya sendiri. Meski bukan merupakan diagnosis medis atau gangguan kepribadian yang diukur oleh psikolog, perilaku ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.
Penting untuk dipahami bahwa menjadi people pleaser berbeda dengan sikap baik hati atau altruisme. Seseorang yang baik hati dapat membuat keputusan seimbang dan sadar ketika membantu orang lain, sementara people pleaser akan merasa sangat sulit menolak permintaan dan sering menyetujui hal-hal yang sebenarnya tidak mereka inginkan atau mampu lakukan.
Untuk memahami lebih dalam mengenai apa itu people pleaser, simak penjelasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (12/11/2024).
Kecemasan dapat menghambat hidup kita, tetapi ada 5 hal sederhana yang dapat membantu Anda mengatasinya. Dalam video ini, kami akan membagikan rahasia untuk menghadapi kecemasan dan meraih hidup yang lebih tenang dan bahagia. Jangan lewatkan tips-tip...
Tanda-Tanda Seseorang Adalah People Pleaser
Mengenali karakteristik people pleaser sangat penting sebagai langkah awal untuk memahami dan mengatasi perilaku ini. Tanda-tanda ini bisa muncul dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan kerja, pertemanan, maupun hubungan romantis.
Perilaku yang Mudah Dikenali
Salah satu tanda paling mencolok dari seorang people pleaser adalah kesulitan mereka untuk mengatakan "tidak". Ketika dimintai bantuan atau diberi tanggung jawab tambahan, mereka cenderung langsung menyetujui meskipun jadwal mereka sudah sangat padat. Hal ini sering kali berujung pada pengambilan pekerjaan tambahan yang sebenarnya di luar kemampuan atau kapasitas waktu mereka.
People pleaser juga memiliki kecenderungan kuat untuk menghindari konflik atau perbedaan pendapat dengan orang lain. Mereka lebih memilih untuk memendam ketidaksetujuan mereka dan mengikuti arus demi menjaga keharmonisan. Dalam situasi sosial, mereka hampir selalu mengatakan "ya" pada setiap rencana atau tanggung jawab baru, bahkan ketika hal tersebut bertentangan dengan keinginan pribadi mereka.
Karakteristik lain yang menonjol adalah jarangnya mereka memperjuangkan kebutuhan pribadi. People pleaser cenderung mendahulukan kepentingan orang lain dan mengesampingkan apa yang mereka butuhkan atau inginkan. Mereka sering kali rela mengorbankan waktu istirahat, hobi, atau bahkan kesehatan mereka demi memastikan orang lain merasa senang dan puas.
Perasaan yang Sering Dialami
Dalam keseharian, seorang people pleaser seringkali merasa tertekan untuk selalu menampilkan sikap ramah dan ceria, terlepas dari bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya. Mereka mengalami kecemasan yang signifikan ketika harus membela diri sendiri atau mengekspresikan ketidaksetujuan, karena takut hal tersebut akan mengecewakan atau menyinggung perasaan orang lain.
Akibat dari banyaknya komitmen yang mereka ambil, people pleaser sering mengalami stres berlebihan. Mereka merasa kewalahan dengan berbagai tanggung jawab yang harus dipenuhi, namun tetap sulit untuk menolak permintaan baru. Hal ini menimbulkan rasa frustrasi karena mereka jarang memiliki waktu untuk diri sendiri atau melakukan hal-hal yang mereka nikmati.
Perasaan lain yang kerap muncul adalah keyakinan bahwa kebutuhan pribadi mereka tidak sepenting kebutuhan orang lain. People pleaser cenderung meremehkan keinginan dan kepentingan mereka sendiri, sambil terus-menerus mengutamakan kebahagiaan orang lain. Pola pikir ini sering kali mengakar begitu dalam sehingga mereka kesulitan mengenali dan menghargai kebutuhan diri sendiri.
Penyebab Menjadi People Pleaser
Memahami akar penyebab perilaku people pleaser adalah langkah penting dalam proses mengatasinya. Perilaku ini tidak muncul begitu saja, melainkan terbentuk dari berbagai faktor yang saling berkaitan, mulai dari kondisi psikologis internal hingga pengaruh lingkungan eksternal yang membentuk cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Faktor Psikologis
Harga Diri Rendah menjadi salah satu penyebab utama seseorang berkembang menjadi people pleaser. Ketika seseorang memiliki harga diri rendah, mereka cenderung menganggap diri mereka kurang berharga dibandingkan orang lain. Perasaan ini membuat mereka terus-menerus mencari validasi dan pengakuan dari orang lain. Mereka sering merasa bahwa kebutuhan pribadi mereka tidak sepenting kebutuhan orang lain, dan bahkan mungkin merasa tidak memiliki tujuan hidup jika tidak dapat membantu orang lain. Kondisi ini menciptakan siklus di mana mereka terus-menerus mengabaikan kebutuhan diri sendiri demi mendapatkan persetujuan dari orang lain.
Kecemasan juga berperan besar dalam membentuk perilaku people pleaser. Orang dengan tingkat kecemasan tinggi sering kali menggunakan people pleasing sebagai mekanisme pertahanan. Mereka memiliki ketakutan yang mendalam akan penolakan sosial dan terobsesi dengan gagasan bahwa mereka harus disukai oleh semua orang. Kecemasan ini membuat mereka sangat sensitif terhadap kemungkinan menyinggung perasaan orang lain dan terus-menerus khawatir tidak bisa memenuhi harapan orang di sekitar mereka. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk selalu mengiyakan permintaan orang lain dan menghindari situasi yang berpotensi menimbulkan ketidaksetujuan.
Faktor Eksternal
Pengaruh Budaya dan Sosialisasi memainkan peran signifikan dalam pembentukan perilaku people pleaser. Di banyak masyarakat, terutama dalam budaya kolektif seperti di Asia, terdapat ekspektasi kuat untuk mengutamakan harmoni sosial dan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu. Nilai-nilai budaya yang menekankan pengorbanan diri sebagai kebajikan dapat membuat seseorang merasa bersalah ketika memprioritaskan kebutuhan pribadi. Norma sosial ini sering diperkuat melalui berbagai institusi seperti keluarga, sekolah, dan media, yang terus-menerus menekankan pentingnya menjaga keharmonisan dan menghindari konflik.
Pengalaman Masa Lalu seringkali menjadi fondasi yang kuat dalam pembentukan perilaku people pleaser. Trauma atau pengalaman buruk di masa lalu, seperti pernah mengalami penolakan atau pengabaian, dapat membuat seseorang mengembangkan strategi people pleasing sebagai cara untuk bertahan. Pola asuh yang terlalu keras atau menuntut juga dapat berkontribusi, di mana anak belajar bahwa cinta dan penerimaan hanya bisa didapatkan melalui kepatuhan total dan pengorbanan diri. Pembelajaran sosial dari lingkungan, seperti melihat orang tua atau tokoh panutan yang juga people pleaser, dapat membuat seseorang menginternalisasi perilaku tersebut sebagai cara normal dalam menjalani hubungan dengan orang lain.
Risiko Menjadi People Pleaser
Meskipun menyenangkan orang lain bisa tampak seperti hal yang positif, perilaku people pleaser yang berlebihan dapat membawa berbagai dampak negatif yang serius. Risiko-risiko ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental dan fisik individu, tetapi juga dapat merusak kualitas hubungan mereka dengan orang lain dan menghambat perkembangan pribadi mereka secara keseluruhan.
Dampak pada Kesehatan Mental
People pleaser sering mengalami stres berkepanjangan akibat terus-menerus berusaha memenuhi harapan dan kebutuhan orang lain. Stres ini muncul dari tekanan konstan untuk selalu tersedia dan siap membantu, serta kekhawatiran terus-menerus tentang bagaimana orang lain memandang mereka. Seiring waktu, kondisi ini dapat berkembang menjadi kelelahan mental dan fisik yang serius, di mana mereka merasa terkuras energinya dan kesulitan untuk memulihkan diri.
Salah satu dampak paling mendalam dari perilaku people pleaser adalah kehilangan identitas diri. Ketika seseorang terus-menerus mengadaptasi perilaku dan preferensi mereka untuk menyesuaikan dengan keinginan orang lain, mereka bisa kehilangan pemahaman tentang siapa diri mereka sebenarnya. Hal ini sering diikuti dengan perasaan tidak berharga yang mendalam, karena mereka mulai mendefinisikan nilai diri mereka semata-mata berdasarkan seberapa berguna mereka bagi orang lain.
Dampak pada Hubungan Sosial
Ironisnya, meskipun people pleaser berusaha keras untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain, perilaku mereka justru dapat menciptakan hubungan yang tidak seimbang. Ketika seseorang terus-menerus mengorbankan kebutuhan mereka sendiri, hubungan yang terjalin cenderung menjadi satu arah, di mana satu pihak selalu memberi sementara pihak lain terbiasa hanya menerima. Situasi ini sering kali membuat people pleaser merasa dimanfaatkan, meskipun mereka mungkin tidak mengakuinya secara terbuka.
Kesulitan dalam membangun batasan yang sehat menjadi masalah serius dalam hubungan sosial people pleaser. Tanpa batasan yang jelas, mereka rentan mengalami kelelahan emosional dan merasa terjebak dalam pola hubungan yang tidak sehat. Hal ini dapat menimbulkan konflik dalam hubungan personal mereka, terutama ketika perasaan frustrasi dan kekecewaan yang terpendam akhirnya muncul ke permukaan. Seringkali, konflik ini menjadi lebih intens karena telah lama dipendam dan tidak dikomunikasikan dengan baik.
Lebih jauh lagi, pola hubungan yang tidak sehat ini dapat menciptakan lingkaran setan di mana people pleaser semakin kehilangan rasa hormat terhadap diri sendiri, sementara orang lain mungkin mulai menganggap remeh nilai dan kontribusi mereka. Akibatnya, mereka mungkin menemukan diri mereka terjebak dalam hubungan yang semakin tidak memuaskan dan tidak mendukung pertumbuhan pribadi mereka.
Cara Berhenti Menjadi People Pleaser
Mengubah perilaku people pleaser bukanlah proses yang mudah atau cepat, terutama jika pola ini sudah tertanam selama bertahun-tahun. Namun, dengan komitmen untuk berubah dan strategi yang tepat, seseorang dapat mulai membangun keseimbangan yang lebih sehat antara memenuhi kebutuhan diri sendiri dan membantu orang lain. Perubahan ini membutuhkan pendekatan bertahap yang mencakup langkah-langkah praktis dan pengembangan diri jangka panjang.
Langkah-Langkah Praktis
Mulai dari Hal Kecil adalah strategi penting dalam mengubah perilaku people pleaser. Alih-alih mencoba melakukan perubahan drastis yang bisa terasa mengancam, lebih baik memulai dengan latihan-latihan sederhana seperti menolak permintaan kecil yang tidak terlalu penting. Misalnya, mulai dengan mengatakan "tidak" pada ajakan makan siang ketika Anda memang sudah punya rencana lain, atau menolak secara sopan ketika diminta mengerjakan tugas tambahan di luar jam kerja. Seiring waktu, keberanian untuk menolak hal-hal kecil ini akan membangun kepercayaan diri untuk menangani situasi yang lebih menantang.
Membangun Batasan yang Sehat merupakan komponen kunci dalam proses ini. Ini dimulai dengan belajar mengatakan "tidak" tanpa merasa bersalah dan memahami bahwa memiliki batasan adalah hal yang normal dan sehat. Mulailah dengan menetapkan prioritas pribadi yang jelas dan mengomunikasikannya dengan tegas namun sopan kepada orang lain. Penting untuk menghargai waktu dan energi sendiri sama seperti Anda menghargai waktu dan energi orang lain. Tetapkan jadwal yang realistis untuk diri sendiri dan jangan ragu untuk menolak komitmen yang akan membebani Anda secara berlebihan.
Pengembangan Diri Jangka Panjang
Meningkatkan Harga Diri adalah fondasi penting dalam proses penyembuhan dari perilaku people pleaser. Ini melibatkan perjalanan mendalam untuk mengenali dan menghargai kebutuhan pribadi Anda. Mulailah dengan mengidentifikasi hal-hal yang benar-benar penting bagi Anda, bukan apa yang orang lain harapkan dari Anda. Bangun kepercayaan diri dengan mengakui bahwa pendapat dan kebutuhan Anda sama berharganya dengan orang lain. Yang terpenting, terimalah bahwa tidak harus sempurna dan bahwa membuat kesalahan atau mengecewakan orang lain sesekali adalah bagian normal dari kehidupan.
Memperbaiki Pola Pikir membutuhkan kesadaran dan upaya konsisten untuk mengubah cara berpikir yang sudah mengakar. Ini berarti secara aktif menghentikan kebiasaan mencari persetujuan dari orang lain dan mulai membangun standar internal untuk menilai keputusan dan tindakan Anda sendiri. Pahami bahwa menolak permintaan orang lain adalah hal yang normal dan sehat, bukan sesuatu yang harus membuat Anda merasa bersalah. Fokuskan energi Anda pada kesejahteraan diri sendiri dengan memahami bahwa menjaga diri sendiri bukanlah tindakan egois, melainkan langkah penting untuk bisa memberi yang terbaik kepada orang lain juga.
Proses perubahan ini akan membutuhkan waktu dan mungkin akan ada saat-saat di mana Anda merasa ingin kembali ke pola lama. Yang penting adalah tetap berkomitmen pada perubahan dan bersikap sabar dengan diri sendiri. Setiap langkah kecil menuju perubahan adalah kemajuan yang patut dihargai, dan seiring waktu, Anda akan menemukan keseimbangan yang lebih sehat dalam hubungan Anda dengan diri sendiri dan orang lain.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Meskipun banyak orang dapat mengatasi perilaku people pleaser dengan perubahan gaya hidup dan strategi manajemen diri, ada kalanya bantuan profesional menjadi sangat penting. Mengenali kapan harus mencari bantuan adalah langkah berani dan bijaksana, bukan tanda kelemahan. Konsultasi dengan profesional kesehatan mental dapat memberikan wawasan, dukungan, dan strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan individual Anda.
Jika perilaku people pleaser mulai mengganggu kehidupan sehari-hari Anda secara signifikan, ini mungkin pertanda bahwa sudah waktunya mencari bantuan profesional. Gangguan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti kesulitan menyelesaikan tugas-tugas penting, ketidakmampuan memenuhi tanggung jawab utama, atau terus-menerus merasa kewalahan dengan komitmen yang sudah diambil. Ketika perilaku ini mulai mempengaruhi produktivitas, kinerja kerja, atau kemampuan menjalani rutinitas normal, bantuan profesional bisa menjadi solusi yang tepat.
Stres atau kecemasan berlebihan yang muncul dari perilaku people pleaser juga merupakan indikator kuat untuk mencari bantuan profesional. Jika Anda mengalami gejala fisik seperti gangguan tidur, sakit kepala terus-menerus, atau masalah pencernaan yang terkait dengan stres dari upaya terus-menerus menyenangkan orang lain, seorang profesional dapat membantu Anda mengembangkan strategi koping yang lebih sehat. Mereka dapat membantu Anda mengenali trigger kecemasan dan mengajarkan teknik-teknik efektif untuk mengelolanya.
Ketika perilaku people pleaser mulai mempengaruhi hubungan personal atau profesional Anda secara negatif, bantuan profesional bisa sangat bermanfaat. Ini mungkin terlihat dari munculnya konflik berulang dalam hubungan, kesulitan mempertahankan batasan yang sehat, atau perasaan dimanfaatkan yang terus-menerus dalam hubungan. Terapis dapat membantu Anda memahami dinamika hubungan yang tidak sehat dan mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik untuk membangun hubungan yang lebih seimbang.
Jika perilaku people pleaser Anda terkait dengan trauma masa lalu, seperti pengalaman masa kecil yang sulit atau hubungan yang kasar, mencari bantuan profesional menjadi sangat penting. Trauma dapat menciptakan pola pikir dan perilaku yang mendalam yang sulit diubah sendiri. Seorang terapis yang berpengalaman dapat membantu Anda memproses trauma tersebut dengan aman dan mengembangkan strategi yang sehat untuk mengatasi dampaknya pada kehidupan Anda saat ini.
Ingatlah bahwa mencari bantuan profesional adalah langkah proaktif untuk meningkatkan kualitas hidup Anda. Profesional kesehatan mental dapat menyediakan ruang aman untuk mengeksplorasi perasaan Anda, memahami akar masalah, dan mengembangkan strategi yang disesuaikan dengan situasi unik Anda. Mereka dapat membantu Anda membangun kepercayaan diri, menetapkan batasan yang sehat, dan menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan dalam hidup Anda.
People pleaser adalah perilaku yang dapat membatasi potensi dan kebahagiaan seseorang. Meski perubahan tidak mudah, dengan pemahaman yang tepat dan langkah-langkah praktis, Anda dapat mulai membangun keseimbangan yang lebih baik antara memenuhi kebutuhan diri sendiri dan membantu orang lain. Yang terpenting adalah menyadari bahwa kesejahteraan diri sendiri sama pentingnya dengan kebahagiaan orang lain.