Liputan6.com, Jakarta Konstipasi atau sembelit telah menjadi salah satu gangguan pencernaan yang paling umum dialami oleh masyarakat modern saat ini. Kondisi yang ditandai dengan kesulitan buang air besar ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Para ahli kesehatan menyebutkan bahwa penyebab utama dari gangguan ini seringkali berkaitan erat dengan pola makan yang minim serat, gaya hidup sedentari, serta kebiasaan menunda buang air besar.
Untuk memahami konstipasi secara lebih mendalam, kita perlu mengetahui proses pencernaan dalam tubuh manusia, di mana buang air besar merupakan tahap finalnya. Sistem pencernaan bekerja layaknya pabrik pengolahan yang kompleks, dimulai dari mulut hingga berakhir di anus. Saat makanan dikonsumsi, sisa-sisanya akan bergerak melalui jalur panjang usus kecil menuju usus besar, di mana air dan nutrisi penting akan diserap oleh tubuh sebelum akhirnya sisa makanan dikeluarkan dalam bentuk tinja.
Dalam kondisi normal, setiap individu memiliki ritme buang air besar yang bisa berbeda satu sama lain, namun masih dalam rentang yang wajar. Patokan normalnya adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, tergantung pada pola makan dan metabolisme masing-masing orang. Namun pada penderita konstipasi, kondisi tinja yang mengeras dan mengering menyebabkan kesulitan dalam proses pengeluarannya, sehingga frekuensi BAB menjadi lebih jarang dari normalnya.
Dampak dari konstipasi tidak hanya sebatas ketidaknyamanan fisik semata, tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. Selain rasa tidak nyaman di perut, konstipasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti wasir, fisura anal, hingga masalah kesehatan yang lebih serius.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian konstipasi, gejala, dan penyebabnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (23/10/2024).
Di bulan Ramadan pola makan otomatis berubah dan biasanya menyebabkan sembelit apalagi kalau makanan dikonsumsi saat sahur dan berbuka minim serat. Mengonsumsi obat pencahar untuk mengatasi sembelit juga harus jeli. Obat pencahar dengan dosis yang pa...
Konstipasi Adalah
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau Kemenkes RI, pengertian dari konstipasi (sembelit) adalah gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus dimana masalah pencernaan ini ditandai dengan keluhan susah buang air besar atau BAB tidak lancar dalam jangka waktu tertentu. Secara garis besar, konstipasi dapat diartikan dengan BAB yang tidak teratur, yaitu kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Beberapa orang mungkin buang air besar beberapa kali dalam sehari, sedangkan lainnya BAB satu sampai dua kali seminggu. Kondisi ini sering kali dipicu oleh pola makan yang tidak mengonsumsi cukup serat.
Buang air besar merupakan tahap terakhir dari proses pencernaan. Dalam sistem pencernaan manusia, sisa makanan yang dikonsumsi bergerak melalui usus kecil ke usus besar. Setelah air dan nutrisi yang diperlukan tubuh diserap dalam usus besar, sisa makanan tersebut lalu dikeluarkan melalui anus sebagai tinja.
Frekuensi buang air besar pada setiap orang bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja menjadi kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya, frekuensi BAB menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Gejala Konstipasi
Masih dari sumber yang sama, berikut ini terdapat beberapa gejala dari konstipasi adalah:
- Frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu.
- Tinja sulit keluar.
- Nyeri ketika BAB.
- Harus mengejan saat BAB.
- Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.
- Buang air besar terasa tidak tuntas.
- Sensasi mengganjal di rektum (bagian akhir usus besar).
- Perut kembung.
- Merasa mual.
- Kram atau sakit di perut.
- Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menekan bagian perut atau menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari anus.
Penyebab dari Konstipasi
Konstipasi terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam usus besar atau tidak bisa keluar secara efektif dari rektum. Akibatnya, tinja menjadi keras dan kering sehingga lebih sulit dikeluarkan. Beberapa penyebabnya adalah sebagai berikut ini:
1. Penyumbatan di usus besar atau rektum
Penyumbatan di usus besar atau rektum dapat memperlambat atau menghentikan pergerakan tinja. Penyebabnya antara lain:
- Robekan kecil di kulit sekitar anus (fisura ani)
- Penyumbatan di usus (obstruksi usus)
- kanker usus besar
- Penyempitan usus besar
- Kanker di perut yang menimbulkan tekanan pada usus besar
- Kanker rektum
- Rektum menonjol dari dinding belakang vagina
2. Gangguan saraf di sekitar usus besar dan rektum
Gangguan saraf dapat menghambat kerja otot usus besar dan rektum dalam mendorong tinja. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh:
- Kerusakan saraf yang mengendalikan fungsi tubuh (neuropati otonom)
- Penyakit parkinson
- Cedera saraf tulang belakang
- Stroke
- Multiple sclerosis
3. Gangguan pada otot panggul
Gangguan pada otot panggul yang berfungsi membantu proses buang air besar bisa menyebabkan sembelit kronis. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan kontraksi atau melemahnya otot panggul.
4. Gangguan hormon
Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan tubuh. Bila terjadi gangguan pada hormon tersebut, keseimbangan cairan tubuh juga terganggu sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa penyebabnya adalah sebagai berikut ini:
- Diabetes
- Hiperparatiroidisme
- Kehamilan
- Hipotiroidisme
Cara Mengatasi Konstipasi
Adapun cara untuk mengatasi kondisi konstipasi adalah sebagai berikut ini:
1. Perubahan Gaya Hidup
Penanganan pertama konstipasi adalah dengan mengubah pola makan atau gaya hidup yang sehat seperti minum air putih, rutin olah raga, makan sayur dan buah.
2. Latihan Otot Panggul
Jika diperlukan, pasien juga dapat melatih otot panggul untuk mempermudah BAB. Latihan yang bisa dilakukan adalah terapi biofeedback, yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam rektum untuk mengukur ketegangan otot rektum. Pada latihan ini, pasien akan dituntun untuk mengencangkan atau mengendurkan otot panggul dengan bantuan suara atau lampu. Suara atau lampu ini akan memberi tanda saat otot telah mengendur.
3. Penggunaan Obat-obatan
Apabila perubahan gaya hidup tidak dapat mengatasi sembelit atau konstipasi, dokter akan meresepkan obat pencahar.
4. Operasi atau Tindakan Bedah
Untuk mengatasi konstipasi akibat obstruksi usus, robekan pada anus (fisura ani), atau prolaps rektum, dokter akan melakukan prosedur operasi. Operasi juga dilakukan bila konstipasi disebabkan oleh kanker pada usus besar, rektum, atau anus.