Batas Makan Sahur, Waktu yang Tepat untuk Mengakhiri Sahur

2 days ago 4

Liputan6.com, Jakarta Menjelang bulan Ramadhan, banyak umat Muslim yang mencari informasi tentang batas makan sahur yang tepat sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Penentuan batas makan sahur menjadi hal penting karena berkaitan langsung dengan keabsahan puasa yang akan dijalankan selama sebulan penuh.

Di Indonesia, pertanyaan seputar batas makan sahur sering muncul karena adanya istilah imsak yang sudah menjadi tradisi. Beberapa orang beranggapan bahwa batas makan sahur adalah ketika waktu imsak tiba, sementara yang lain berpendapat masih boleh makan hingga azan Subuh berkumandang.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang batas makan sahur yang sesuai dengan syariat, mari kita telusuri berbagai aspek penting mulai dari pengertian, dasar hukum, hingga praktik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber informasi lengkapnya, pada Selasa (18/2).

Salah satu menu yang bisa dikonsumsi saat sahur dengan waktu terbatas adalah yang mengandung cukup banyak serat, seperti misalnya susu sereal.

Pengertian Sahur dan Waktu Pelaksanaannya

Secara bahasa, As-Saharu memiliki arti akhir waktu malam yang mendekati waktu fajar atau Subuh. Sedangkan as-sahuur atau as-suhuur merujuk pada makanan atau minuman yang dikonsumsi pada waktu sahur sebelum Subuh. Aktivitas sahur sendiri merupakan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Dalam praktiknya, sahur bisa dilakukan dengan mengonsumsi makanan ataupun minuman, bahkan seteguk air pun sudah cukup untuk mendapatkan keberkahan sahur. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"السَّحُورُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ"

Artinya: "Sahur itu mengandung berkah, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun salah seorang di antara kalian meneguk satu tegukan air karena Allah dan para malaikat-Nya mendoakan orang-orang yang sahur."

Allah SWT telah memberikan penjelasan yang gamblang tentang batas akhir makan sahur dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 187:

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ

Artinya: "Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar."

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa batas akhir untuk makan dan minum adalah ketika terbitnya fajar shadiq. Hal ini diperkuat dengan praktik Rasulullah SAW bersama para sahabatnya, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:

تَسَحَّرْنَا مَع النبي - صلى الله عليه وسلم - ثُمَّ قَامَ إلى الصَّلاةِ قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأذَانِ وَالسُّحُورِ؟ قال: قَدْرُ خَمْسِينَ آية

Artinya: "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami berdiri untuk melaksanakan shalat. Saya (Anas bin Malik) bertanya: 'Berapa perkiraan waktu antara adzan (masuk waktu Subuh) dengan makan sahur?' Zaid bin Tsabit berkata: 'Kira-kira sepanjang membaca 50 ayat'."

Pemahaman tentang Waktu Imsak dan Hubungannya dengan Batas Sahur

Imsak yang telah menjadi tradisi di Indonesia sebenarnya merupakan bentuk kehati-hatian (ihtiyath) yang dirumuskan oleh para ulama. Waktu imsak yang biasanya diumumkan 10 menit sebelum azan Subuh bukanlah batas wajib berhenti makan sahur, melainkan sebagai pengingat bahwa waktu Subuh akan segera tiba.

Para ulama modern, termasuk dosen UIN Surakarta Abd. Halim, M.Hum, menjelaskan bahwa berhenti makan saat imsak memang disarankan untuk memberikan waktu yang cukup bagi seseorang membersihkan sisa-sisa makanan di mulutnya. Namun, secara hukum syariat, seseorang masih diperbolehkan makan dan minum hingga terbitnya fajar shadiq yang ditandai dengan berkumandangnya azan Subuh.

Praktik Sahur di Zaman Rasulullah SAW

Di masa Rasulullah SAW, terdapat sistem dua kali azan untuk menandai waktu sahur dan Subuh. Azan pertama dikumandangkan oleh Bilal bin Rabbah sebagai tanda masih diperbolehkan makan sahur, sedangkan azan kedua yang dilakukan oleh Abdullah bin Ummi Maktum menandakan masuknya waktu Subuh dan dimulainya puasa.

Praktik ini menunjukkan bahwa sejak zaman Rasulullah SAW telah ada sistem yang jelas untuk menandai batas akhir makan sahur. Dalam konteks modern, para muazin dihimbau untuk mengumandangkan azan tepat pada waktunya agar dapat menjadi pedoman yang akurat bagi umat Islam dalam memulai puasa.

Keutamaan dan Keberkahan Sahur

Sahur memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam, dengan berbagai keutamaan yang dijelaskan dalam kitab Qurratul Ain karya Sulaiman bin Muhammad. Setidaknya ada lima keistimewaan utama dalam melaksanakan sahur:

1. Mendapatkan keberkahan langsung dari Allah SWT karena menjalankan sunnah Rasulullah SAW. Ini menunjukkan kecintaan seorang hamba kepada Nabinya dengan cara mengikuti dan mengamalkan sunnahnya.

2. Menjadi pembeda antara puasa umat Islam dengan puasa umat-umat terdahulu. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur."

3. Memberikan kekuatan fisik untuk menjalankan puasa sepanjang hari. Nutrisi yang didapatkan saat sahur membantu tubuh tetap berenergi selama menjalankan ibadah puasa.

4. Menjadi waktu yang mustajab untuk berdoa dan beristighfar. Allah SWT menurunkan rahmat dan ampunan-Nya pada waktu sahur, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

"Rabb kita tabaroka wa ta'ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, 'Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang beristighfar meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.'" (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758)

Membantu meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT karena waktu sahur menjadi momentum untuk mempersiapkan diri secara fisik dan spiritual dalam menjalankan puasa.

Amalan yang Dianjurkan Saat Sahur

Selain makan dan minum, ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada waktu sahur:

1. Memperbanyak Doa dan Istighfar

Waktu sahur merupakan saat yang mustajab untuk berdoa, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadits. Ini adalah kesempatan emas untuk memohon ampunan dan meminta hajat kepada Allah SWT. Para ulama menganjurkan untuk memperbanyak istighfar dan doa-doa ma'tsur pada waktu ini.

2. Membaca Al-Qur'an

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Muzzammil ayat 2-6:

قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِّصْفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Artinya: "Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit daripadanya, (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan."

3. Melaksanakan Shalat Malam

Bagi yang telah melaksanakan shalat Tarawih dan Witir berjamaah, masih diperbolehkan untuk menambah shalat sunnah pada waktu sahur. Hal ini bisa dilakukan tanpa perlu mengulangi shalat Witir, karena Witir tidak diulang dalam satu malam.

4. Memadukan Ibadah

Waktu sahur bisa dimanfaatkan secara optimal dengan memadukan berbagai ibadah, seperti membaca Al-Qur'an sambil melaksanakan shalat malam. Bagi yang belum hafal banyak ayat Al-Qur'an, diperbolehkan untuk membaca mushaf saat shalat malam di waktu sahur.

Batas makan sahur yang tepat adalah hingga terbitnya fajar shadiq atau berkumandangnya azan Subuh. Meskipun terdapat waktu imsak sebagai bentuk kehati-hatian, secara syariat masih diperbolehkan makan dan minum hingga azan Subuh. Yang terpenting adalah memastikan tidak ada keraguan dalam memulai puasa dan memanfaatkan waktu sahur sebaik mungkin untuk beribadah.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |