Liputan6.com, Jakarta Idul Fitri, hari kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa, identik dengan momen suci untuk kembali kepada fitrah. Lebih dari sekadar perayaan budaya, Lebaran adalah waktu refleksi spiritual dan kesempatan emas untuk memperbaiki hubungan antarmanusia. Salah satu esensi terpenting Lebaran adalah silaturahmi, menyambung tali persaudaraan dan mempererat ikatan keluarga. Tradisi mudik di Indonesia, misalnya, menjadi bukti nyata betapa pentingnya silaturahmi bagi masyarakat kita, menunjukkan betapa kuatnya ikatan keluarga dan kerabat yang dirayakan setiap tahunnya.
Lebaran bukan hanya sekadar tradisi budaya, tetapi juga momentum spiritual untuk memperbaiki hubungan yang mungkin retak. Memutus tali silaturahmi merupakan dosa besar dalam Islam, dengan konsekuensi yang serius baik di dunia maupun akhirat. Artikel ini akan membahas makna silaturahmi, keutamaannya, bahaya memutus silaturahmi, serta bagaimana momen Lebaran dapat dimanfaatkan untuk memperkuat dan memperbaiki hubungan yang telah renggang.
Memahami bahaya memutus silaturahmi dan pentingnya menyambungnya menjadi kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan penuh keberkahan. Dengan memahami konsekuensi negatif dari memutus silaturahmi, kita dapat lebih menghargai dan menjaga hubungan baik dengan keluarga dan kerabat. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pentingnya silaturahmi dan bagaimana kita dapat memanfaatkan momen Lebaran untuk memperkuat ikatan tersebut.
Simak pembahasan selengkapnya berikut ini sebagaimana telah Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (19/3/2025).
Menemani silaturahmi, menu-menu makanan tanpa santan berikut layak dihidangkan.
Makna dan Keutamaan Silaturahmi dalam Islam
Dalam Islam, silaturahmi diartikan sebagai menjaga dan menyambung tali persaudaraan, baik dengan keluarga sedarah maupun keluarga semarga. Ini merupakan kewajiban yang sangat dianjurkan, karena memiliki banyak manfaat dan keutamaan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 1:
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
wa attaqullaha alldzî tasâ'alûna bihi wal arhâma inna llaha kâna 'alaikum raqîban
Artinya: "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
Ayat ini menekankan pentingnya menjaga hubungan silaturahmi sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu, QS. Ar-Ra'd ayat 25 juga memberikan peringatan keras tentang konsekuensi memutus tali silaturahmi:
وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
wa alldzîna yanqudûna 'ahdallahi min ba'di mîtsâqihi wa yaqtha'ûna mâ amara llâhu bihi an yûshala wa yufsiduûna fil ardhi ûlâ-ika lahumulla'natû wa lahum sû'ud dâr
Artinya: "Orang-orang yang melanggar janji Allah sesudah mereka mengadakan perjanjian dengan teguh dan memutuskan apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan membuat kerusakan di bumi; mereka itulah orang-orang yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)."
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW juga banyak menyebutkan keutamaan silaturahmi. Salah satunya adalah hadits yang menjelaskan bahwa silaturahmi dapat melapangkan rezeki dan memperpanjang umur. Hadits lain menyebutkan bahwa menyambung silaturahmi merupakan salah satu syarat kesempurnaan iman.
Lebaran sebagai Momentum Memperkuat Silaturahmi
Di Indonesia, tradisi silaturahmi saat Lebaran telah berlangsung turun-temurun. Masyarakat Indonesia memiliki tradisi unik yaitu mudik, pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga besar. Tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi dalam budaya Indonesia.
Berbagai tradisi silaturahmi juga berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang mengunjungi sanak saudara, ada yang mengadakan open house, dan masih banyak lagi. Semua ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia dalam merayakan Lebaran dan mempererat silaturahmi.
Di era digital, silaturahmi juga berevolusi. Selain kunjungan fisik, video call dan pesan digital menjadi sarana penting untuk tetap terhubung dengan keluarga dan kerabat yang berada jauh. Tradisi "maaf-maafan" yang dilakukan saat Lebaran juga memiliki makna mendalam, yaitu saling memaafkan dan membersihkan hati.
Silaturahmi dan saling memaafkan memberikan dampak psikologis yang positif. Hal ini dapat mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan menciptakan iklim yang lebih harmonis dalam keluarga dan masyarakat.
Dimensi Komunikasi Sejati dalam Silaturahmi Lebaran
Silaturahmi Lebaran bukan hanya sekadar kunjungan fisik, tetapi juga komunikasi yang bermakna. Kualitas komunikasi sangat penting dalam silaturahmi, seperti mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati.
Nilai-nilai seperti kesabaran, pengampunan, empati, keterbukaan, kejujuran, dan ketulusan ditanamkan melalui silaturahmi. Silaturahmi juga membangun jembatan antargenerasi dan antarbudaya, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan.
Dalam silaturahmi, kita belajar untuk menghargai perbedaan dan memahami perspektif orang lain. Hal ini penting untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis.
Bahaya dan Dosa Memutus Silaturahmi
Allah SWT memberikan peringatan keras dalam QS. Muhammad ayat 22-23 tentang bahaya memutus silaturahmi:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
fa hal 'asaitum in tawallaitum an tufsidû fîl ardhi wa tuqaththi'û arhâmakum ûlâ-ika alldzîna la'anahumullâhu fa a'shammahum wa a'mâ abshârahum
Artinya: "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah, lalu Allah menjadikan mereka tuli dan buta penglihatannya."
Hadits Nabi SAW juga menyebutkan ancaman bagi orang yang memutus silaturahmi, misalnya hadits yang menyatakan bahwa orang yang memutus silaturahmi tidak akan masuk surga (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits lain menyebutkan bahwa Allah SWT akan memutus orang yang memutus silaturahmi.
Memutus silaturahmi berdampak buruk secara psikologis dan sosial, seperti isolasi sosial yang dapat memengaruhi kesehatan mental. Konflik keluarga yang berkepanjangan juga dapat berdampak negatif pada generasi selanjutnya. Secara spiritual, memutus silaturahmi dapat menyebabkan kegelapan hati dan hilangnya keberkahan.
Kapan Seseorang Disebut Telah Memutus Silaturahmi?
Ulama memiliki perbedaan pendapat tentang definisi memutus silaturahmi. Imam Ibnu Hajar al-Haitami berpendapat bahwa memutus silaturahmi adalah memutus kebiasaan baik yang terbiasa dilakukan dengan kerabat tanpa alasan syar'i.
Pandangan lain menyebutkan bahwa memutus silaturahmi adalah melakukan perbuatan buruk kepada kerabat atau tidak berbuat baik kepada mereka. Secara umum, beberapa parameter yang menunjukkan seseorang telah memutus silaturahmi antara lain: mendiamkan kerabat tanpa alasan, menjauhi pertemuan keluarga tanpa uzur, tidak peduli dengan kondisi kerabat yang kesulitan, dan menolak undangan atau ajakan kerabat tanpa alasan yang dibenarkan.
Ada kondisi-kondisi yang dimaklumi (uzur syar'i) untuk membatasi silaturahmi, misalnya karena adanya perselisihan yang belum terselesaikan atau karena adanya tindakan yang menyakiti dari pihak kerabat.
Cara Memperbaiki Silaturahmi yang Telah Rusak
Memulai silaturahmi yang telah putus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana, seperti memulai dengan salam dan komunikasi sederhana. Menerima dan meminta maaf dengan tulus juga sangat penting dalam memperbaiki hubungan yang rusak.
Teknik komunikasi yang baik, seperti active listening dan komunikasi non-kekerasan, dapat membantu dalam menyelesaikan konflik dan membangun kembali hubungan yang harmonis. Menggunakan kata-kata positif dan memahami serta menghargai perbedaan juga sangat penting.
Manfaatkan momentum Lebaran untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak. Lebaran adalah waktu yang tepat untuk saling memaafkan dan memulai lembaran baru dalam hubungan keluarga.
Tips Memelihara Silaturahmi Berkelanjutan Pasca Lebaran
Setelah Lebaran, penting untuk memelihara silaturahmi agar tetap terjalin. Membangun rutinitas komunikasi yang konsisten, misalnya dengan menelepon atau mengirim pesan secara berkala, dapat membantu menjaga hubungan tetap erat.
Manfaatkan teknologi untuk menjaga silaturahmi jarak jauh. Video call dan media sosial dapat membantu kita tetap terhubung dengan keluarga dan kerabat yang berada jauh.
Menciptakan tradisi keluarga yang menguatkan ikatan, seperti berkumpul rutin atau melakukan kegiatan bersama, juga dapat mempererat hubungan keluarga. Selalu utamakan komunikasi yang baik dan selesaikan konflik dengan bijak sebelum berkembang menjadi pemutusan silaturahmi.
Jadikan silaturahmi sebagai prioritas sepanjang tahun, bukan hanya saat Lebaran. Dengan demikian, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis dengan keluarga dan kerabat.
Menjaga silaturahmi adalah kewajiban yang sangat penting dalam Islam, dan memutuskannya memiliki konsekuensi yang sangat serius. Lebaran merupakan momen emas untuk memperbaiki hubungan dan mempererat tali silaturahmi. Mari kita jadikan Lebaran sebagai momentum untuk memperkuat ikatan keluarga dan kerabat, serta memelihara silaturahmi sepanjang tahun. Ingatlah bahwa silaturahmi bukan hanya tradisi budaya, tetapi juga perintah agama dan kebutuhan spiritual manusia.