Liputan6.com, Jakarta Tren feminine energy yang sedang viral di TikTok telah menarik perhatian banyak pengguna. Dalam beberapa waktu terakhir, konsep feminine energy menjadi salah satu topik yang ramai dibahas di TikTok. Banyak kreator membagikan tips tentang bagaimana seseorang bisa "meningkatkan" energi feminin mereka, baik dalam hal kepribadian, cara berinteraksi, hingga gaya hidup.
Konsep ini merujuk pada serangkaian karakteristik dan kualitas yang sering dikaitkan dengan femininitas. Tak hanya perempuan, energi ini sebenarnya dapat dimiliki dan diekspresikan oleh siapa pun, terlepas dari gender. Namun, tren feminine energi sering dikaitkan dengan tentang bagaimana perempuan harus berperilaku.
Feminine energy sering dikaitkan dengan sifat seperti kelembutan, keanggunan, serta kemampuan untuk menerima dan merawat diri. Namun, di balik popularitasnya, tren ini juga memunculkan berbagai pro dan kontra. Beberapa orang menganggapnya sebagai cara positif untuk lebih mengenali diri sendiri, sementara yang lain mengkritiknya karena berpotensi melanggengkan stereotip gender. Lantas, apa sebenarnya feminine energy dan mengapa tren ini begitu menarik perhatian?
Berikut penjelasan tentang apa itu feminine energy dan kontroversinya, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (6/2/2025).
Istilah feminine energy belakangan ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial. Namun, di tengah maraknya perbincangan, masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami konsep dasar dari feminine energy dan bagaimana hal ini berkaitan de...
Memahami Feminine Energy
Ciri-ciri feminine energy yang sering dibahas meliputi kelembutan, intuisi, kebijaksanaan, kreativitas, penerimaan, empati, koneksi emosional, sifat reflektif, fluiditas, dan keselarasan dengan proses batin. Berbeda dengan masculine energy yang lebih menekankan pada tindakan dan logika, feminine energy lebih fokus pada penerimaan, pemahaman, dan koneksi emosional. Kedua energi ini saling melengkapi, dan setiap individu memiliki kombinasi keduanya.
Di TikTok, tren ini sering dikaitkan dengan konsep 'high-value woman', yang menekankan pentingnya merawat diri sendiri, menghindari hal-hal yang menguras energi, dan menciptakan keseimbangan hidup. Ada juga yang membahas 'dark feminine energy', yang menggambarkan sisi yang lebih misterius, kuat, dan percaya diri. Konsep ini seringkali divisualisasikan melalui video-video yang menampilkan gaya berpakaian, riasan, hingga praktik mindfulness.
Sisi Positif Feminine Energy
Meskipun menuai pro dan kontra, tren ini juga memiliki beberapa dampak positif. Salah satunya adalah peningkatan self-care. Tren ini mendorong perempuan (dan siapa pun) untuk memprioritaskan kesehatan mental dan fisik. Selain itu, feminine energy juga mendorong kesadaran diri. Membantu individu untuk lebih memahami kekuatan dan kelemahan mereka.
Lebih jauh lagi, tren ini juga membantu membangun koneksi yang lebih dalam serta membantu membangun hubungan yang lebih bermakna dan empatik. Namun, perlu diingat bahwa konsep ini merupakan interpretasi budaya dan sosial, dan pemahamannya bisa bervariasi. Tidak ada satu definisi yang baku dan universal.
Kritik terhadap Feminine Energy
Di tengah popularitasnya, tren ini juga menuai kritik. Salah satu kritik utama adalah potensi pelanggengan stereotip gender. Feminine energy sering dikaitkan dengan sifat pasif dan lemah lembut, berpotensi memperkuat stereotip bahwa perempuan harus selalu lembut dan tunduk. Ini mengabaikan fakta bahwa maskulin dan feminin adalah spektrum yang bisa dimiliki oleh siapa pun.
Kritik lain adalah potensi dorongan submisivitas. Beberapa tren menekankan agar perempuan lebih menerima dalam hubungan dan tidak agresif, bahkan menyarankan untuk menyerahkan kendali kepada laki-laki. Hal ini berpotensi merugikan perempuan karena menekan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri.
Lebih lanjut, tren ini juga dikritik karena adanya komersialisasi dan konsumerisme. Tren ini sering dikaitkan dengan produk kecantikan dan gaya hidup, yang dipromosikan sebagai cara untuk meningkatkan 'energi feminin'. Ini bisa menciptakan tekanan konsumtif dan membuat seseorang merasa kurang bernilai jika tidak mengikuti standar tertentu.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa tren ini mengabaikan feminisme dan kemandirian. Beberapa interpretasi feminine energy malah membuat perempuan merasa harus kembali ke peran tradisional yang pasif dan tunduk, bertentangan dengan nilai-nilai kemandirian dan kesetaraan gender. Terakhir, tren ini juga dikritik karena mengabaikan keberagaman identitas gender.
Kesimpulan
Tren feminine energy di TikTok memiliki potensi positif dalam meningkatkan self-care dan kesadaran diri. Namun, penting untuk mendekati konsep ini secara kritis.
Perempuan (dan siapa pun) harus bebas mengekspresikan diri tanpa terjebak dalam standar 'feminin' yang sempit dan normatif. Yang terpenting adalah keseimbangan dan penerimaan diri, terlepas dari bagaimana individu memilih untuk mengekspresikan energi dalam diri. Penting untuk selalu memprioritaskan kesehatan mental dan fisik, serta menghindari tekanan sosial yang tidak sehat.