Liputan6.com, Jakarta Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung, tetapi juga sebagai ruang yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kita secara signifikan. Sebuah desain interior yang bijak dapat menciptakan suasana yang mendukung kesehatan, meningkatkan mood, dan memperbaiki kualitas hidup.
Meskipun tampaknya desain interior hanya berfokus pada estetika, ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan. Terkadang, kesalahan dalam pemilihan furnitur, penataan ruang, atau bahkan bahan yang digunakan bisa berpengaruh lebih besar dari yang kita kira.
Beberapa elemen desain interior yang terlihat sepele justru dapat mengganggu kenyamanan tubuh, memicu stres, atau bahkan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Dari penataan furnitur yang tidak ergonomis hingga penggunaan material sintetis yang mengeluarkan bahan kimia berbahaya, setiap detail dalam desain rumah memiliki dampak besar pada kualitas hidup sang pemilik rumah.
Berikut Liputan6.com merangkum dari Brightside tentang kesalahan desain interior yang berbahaya untuk kesehatan, Senin (12/5/2025).
Seorang pria membagikan konten review rumah gubuk. Namun rumah gubuk yang direview bukan sembarang gubuk. Tampak dari luar, rumah berdinding seng dan beratap asbes. Ketika kamera masuk, tampak pemandangan di dalam kontras dengan tampilan luar.
1. Penataan Furnitur Tidak Tepat
Tata letak furnitur memengaruhi aliran dan fungsionalitas ruangan. Penataan yang buruk bisa menghambat pergerakan, meningkatkan risiko kecelakaan dan menyebabkan ketidaknyamanan fisik. Seperti contohnya adalah ketika furnitur menghalangi jalur alami saat berjalan.
Solusi: Atur furnitur agar mudah dinavigasi dan pastikan barang-barang yang sering digunakan berada dalam jangkauan yang nyaman.
2. Penggunaan Bahan Sintetis Berlebihan
Bahan sintetis dalam furnitur dan dekorasi dapat mengeluarkan senyawa organik volatil (VOC) yang berpotensi menyebabkan sakit kepala, pusing, dan masalah kesehatan lainnya.
Solusi: Gunakan material alami dan tidak beracun seperti kayu solid, katun, dan wol. Pilih produk dengan label low-VOC untuk mengurangi paparan bahan kimia berbahaya.
3. Ruangan Penuh dan Berantakan
Lingkungan yang penuh sesak bukan hanya mengganggu estetika, tapi juga dapat meningkatkan tingkat stres dan menurunkan produktivitas. Tumpukan barang juga dapat menjadi sarang debu dan alergen.
Solusi: Terapkan prinsip minimalis dengan rutin merapikan dan mengatur barang. Gunakan solusi penyimpanan cerdas untuk menjaga ruangan tetap rapi dan menenangkan.
4. Mengabaikan Kenyamanan Akustik
Kebisingan berlebih di dalam rumah bisa meningkatkan stres dan mengganggu pola tidur. Permukaan keras dan denah terbuka sering memperburuk tingkat kebisingan, yang berdampak negatif pada kesehatan mental.
Solusi: Gunakan bahan lembut seperti karpet, tirai, dan sofa berlapis kain untuk menyerap suara. Tambahkan panel akustik atau rak buku untuk meredam kebisingan dan menciptakan suasana yang tenang.
5. Ventilasi yang Kurang Baik
Sirkulasi udara yang buruk bisa menyebabkan penumpukan polusi dan kelembapan di dalam rumah yang mendorong pertumbuhan jamur serta menimbulkan gangguan pernapasan. Gejala sick building syndrome sering dikaitkan dengan ventilasi yang tidak memadai.
Solusi: Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik dengan sering membuka jendela dan menggunakan exhaust fan, terutama di area lembap seperti dapur dan kamar mandi.
6. Mengabaikan Desain Ergonomis
Furnitur yang tidak mendukung postur tubuh yang baik dapat menimbulkan masalah muskuloskeletal dalam jangka panjang. Contohnya, kursi tanpa penyangga punggung atau meja yang terlalu rendah atau tinggi bisa menyebabkan nyeri punggung dan leher.
Solusi: Gunakan furnitur ergonomis yang mendukung keseimbangan alami tubuh. Sesuaikan area kerja agar layar sejajar dengan pandangan mata dan kursi mendukung posisi duduk yang benar.
7. Mengabaikan Psikologi Warna
Warna memiliki pengaruh besar terhadap emosi dan perilaku kita. Warna-warna yang terlalu mencolok di kamar tidur dapat menciptakan suasana kacau, sedangkan warna lembut dan netral mendorong relaksasi.
Solusi: Pilih palet warna yang sesuai dengan fungsi ruangan. Gunakan warna menenangkan seperti biru atau hijau di kamar tidur, dan warna cerah di ruang yang ditujukan untuk aktivitas atau sosialisasi.
8. Tinggi Furnitur Dapur yang Tidak Sesuai
Meja dapur yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan ketegangan pada bahu, punggung, dan leher saat memasak. Tinggi standar meja dapur adalah sekitar 91 cm (36 inci) dari lantai.
Solusi: Sesuaikan tinggi meja dapur dengan postur tubuh Anda. Jika tidak memungkinkan, gunakan solusi sementara seperti menumpuk talenan atau memakai bangku kecil untuk kenyamanan.
9. Pilihan Pencahayaan Buruk
Pencahayaan sangat memengaruhi suasana hati, produktivitas, dan kesehatan secara keseluruhan. Kurangnya cahaya alami dapat menyebabkan kekurangan vitamin D dan mengganggu kualitas tidur. Sementara itu, cahaya buatan yang terlalu terang dapat menyebabkan ketegangan mata dan sakit kepala.
Solusi: Maksimalkan cahaya alami dengan menggunakan tirai tipis dan menjaga jendela tetap terbuka. Tambahkan pencahayaan berlapis dengan tingkat kecerahan yang bisa diatur untuk menciptakan suasana nyaman.