Liputan6.com, Jakarta Memasuki musim penghujan pada November 2024, Indonesia menghadapi tantangan kesehatan yang perlu diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat. Perubahan cuaca yang drastis dari musim kemarau ke musim hujan seringkali membawa dampak pada kesehatan, dengan gejala umum seperti demam, batuk, dan pilek yang mulai banyak ditemui. Fenomena ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan dan daya tahan tubuh mereka.
Meski flu dan demam menjadi penyakit yang paling sering dijumpai saat musim hujan, terdapat beberapa penyakit lain yang tidak kalah mengkhawatirkan. Beberapa penyakit yang muncul di musim hujan bahkan bisa berkembang menjadi kondisi serius yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Hal ini menjadikan pemahaman tentang berbagai penyakit musim hujan sebagai kebutuhan vital bagi masyarakat.
Kesadaran dan kesiapan menghadapi ancaman penyakit musim hujan menjadi kunci dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dengan mengetahui berbagai jenis penyakit yang berpotensi muncul, masyarakat dapat melakukan langkah-langkah antisipasi yang tepat untuk melindungi diri dan keluarga. Lantas, apa saja penyakit yang sering mengintai manusia pada musim hujan?
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai penyakit yang sering menyerang manusia di musim hujan yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (11/11/2024).
Kelembapan udara akan meningkat saat musim hujan. Kondisi tersebut picu sejumlah masalah penyakit kulit.
1. Diare
Perubahan cuaca di musim penghujan meningkatkan risiko kontaminasi makanan dan minuman, yang menyebabkan peningkatan bakteri dan parasit penyebab diare. Untuk mencegah diare, khususnya pada anak-anak, sangat penting menghindari penggunaan air hujan untuk aktivitas dapur, terutama mencuci peralatan makan, karena tingkat kontaminasi yang tinggi dapat meningkatkan risiko infeksi. Para ahli kesehatan juga menyarankan untuk selalu memasak air minum dan mencuci bahan makanan dengan air bersih yang mengalir.
2. Flu
Gejala flu pada anak-anak dapat dikenali dari beberapa tanda seperti kelelahan berlebih, ketidaknyamanan tubuh yang disertai demam, menggigil, nyeri otot, batuk, dan penurunan nafsu makan. Pencegahan infeksi virus ini dapat dilakukan dengan membiasakan anak rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menghindari kontak langsung tangan dengan area wajah, serta membawa perlengkapan kebersihan pribadi seperti tisu atau sapu tangan, khususnya saat batuk untuk mencegah penyebaran virus. Penting juga untuk memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Tifus
Demam tifoid, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa, sering ditemukan dalam air tergenang yang terkontaminasi. Pencegahan penyakit ini memerlukan perhatian khusus terhadap kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi, menghindari jajanan yang tidak terjamin kebersihannya, menjaga sanitasi lingkungan, serta memastikan peralatan makan dibersihkan dengan benar dan menyeluruh. Ketika gejala tifoid muncul, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
4. Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Musim hujan kerap memicu peningkatan kasus ISPA dengan gejala umum seperti demam, pilek, batuk, bersin, dan radang tenggorokan. Jika gejala tersebut berlangsung lebih dari tiga hari dan tidak menunjukkan perbaikan, diperlukan pemeriksaan medis untuk menghindari komplikasi yang lebih serius.
Pemeliharaan kesehatan lingkungan, terutama kebersihan rumah, menjadi faktor kunci dalam pencegahan ISPA. Penguatan sistem imun melalui konsumsi makanan kaya vitamin C, pola makan teratur, dan kualitas tidur yang baik juga sangat penting dalam pencegahan penyakit ini.
5. Leptospirosis
Leptospirosis, yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan melalui hewan, terutama tikus di Indonesia. Selama musim hujan dan banjir, tikus yang biasanya bersembunyi di dalam tanah akan keluar dan berkeliaran di sekitar permukiman manusia.
Kotoran dan urin tikus yang mengandung bakteri Leptospira dapat mencemari air banjir, meningkatkan risiko infeksi terutama pada orang yang memiliki luka terbuka dan terpapar air yang terkontaminasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan air tergenang, menggunakan sepatu bot saat banjir, dan menjaga kebersihan lingkungan untuk mengurangi populasi tikus. Untuk mengatasinya, lakukan langkah-langkah antisipasi yaitu:
- Selalu menjaga kebersihan
- Hindari sebisanya air banjir, terutama jika Anda mengalami luka pada kaki.
- Gunakan pelindung misalnya sepatu boot, bila terpaksa harus ke daerah banjir.
- Mencegah adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita
- Segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit berkepanjangan.
6. Penyakit Kulit
Pada musim penghujan, berbagai gangguan kulit seperti infeksi dan alergi menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama ketika kebersihan sulit dijaga dengan optimal. Situasi ini menjadi lebih kritis di lokasi pengungsian korban banjir, di mana kepadatan penduduk tinggi dan fasilitas sanitasi terbatas, menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran infeksi kulit. Para ahli kesehatan menyarankan untuk tetap menjaga kebersihan diri dengan mandi secara teratur menggunakan air bersih dan sabun antiseptik, serta menghindari berbagi handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan.
7. Penyakit Saluran Cerna
Penyakit saluran cerna, misalnya demam tifoid. Dalam hal ini penyebab utamanya adalah masalah kebersihan dan kesehatan makanan yang dikonsumsi.
8. Demam Berdarah
Musim hujan menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyakit demam berdarah. Peningkatan titik-titik genangan air pada barang-barang bekas seperti ban, kaleng, dan wadah-wadah tidak terpakai menjadi tempat potensial bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Untuk mencegah peningkatan kasus DBD, masyarakat perlu melakukan gerakan 3M Plus secara konsisten: Menguras tempat penampungan air secara rutin, Menutup rapat wadah penyimpanan air, dan Mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air. Plus-nya meliputi penggunaan kelambu, obat nyamuk, dan pemeliharaan ikan pemakan jentik.
9. Demam Tifoid
Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi, merupakan infeksi serius yang penyebarannya meningkat selama musim hujan. Bakteri ini, yang hanya dapat bertahan hidup dalam tubuh manusia, menyebar melalui kontaminasi feses dan urin penderita terhadap makanan dan air.
Pentingnya praktik higiene yang ketat, terutama mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah menggunakan toilet dan sebelum menyentuh makanan, menjadi kunci pencegahan utama. Disarankan juga untuk memastikan makanan dimasak dengan matang dan air minum direbus hingga mendidih.
10. Cikungunya
Penyakit ini sudah ada sejak dulu, namun marak lagi setiap musim hujan. Penyakit Cikungunya disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini memiliki karakteristik gejala yang khas seperti demam tinggi mendadak, nyeri sendi yang intens (terutama pada lutut, pergelangan, dan jari-jari), serta ruam kemerahan pada kulit.
Gejala tambahan meliputi nyeri otot, sakit kepala, menggigil, konjungtivitis, gangguan pencernaan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Perbedaan utama dengan demam berdarah terletak pada intensitas nyeri sendi yang lebih parah. Pencegahan terutama berfokus pada pengendalian populasi nyamuk dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk.