Liputan6.com, Jakarta Reza Indragiri Amriel, alumnus Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), telah lama dikenal sebagai psikolog forensik berpengaruh di Indonesia. Namanya sering muncul dalam kasus-kasus kriminal besar yang mencuri perhatian publik, berkat analisisnya yang tajam dan keberaniannya mengungkap fakta-fakta mencengangkan di balik kejanggalan yang terungkap dalam investigasi.
Sebagai psikolog forensik, Reza Indragiri kerap dipercaya untuk memberikan analisis mendalam terhadap kasus-kasus yang kompleks, seperti kematian Mirna Salihin dan kematian anak artis Tamara Tyasmara, Dante, yang dianggapnya berpotensi melibatkan unsur pidana. Keterlibatan Reza dalam berbagai kasus ini menggambarkan dedikasinya dalam menegakkan keadilan di Indonesia.
Kini, ia kembali terlibat dalam kasus guru Supriyani yang tengah viral. Reza dipercaya sebagai saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus guru Supriyani yang berlangsung di Pengadilan Negeri Andoolo, Konawe Selatan, Sulawesi Selatan pada Senin (4/11/2024). Pada sidang yang digelar selama sekitar tiga jam tersebut, Reza memberikan penjelasan secara daring.
1. Latar Belakang Akademik dan Awal Karier
Reza Indragiri Amriel lahir pada 19 Desember 1974, memulai pendidikan formalnya di SD Muhammadiyah Rawamangun, Jakarta Timur, hingga kemudian melanjutkan pendidikan di Pekanbaru dan Yogyakarta. Karier akademiknya makin bersinar ketika ia menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1998.
Kecintaannya pada dunia psikologi dan forensik membawa Reza melanjutkan pendidikan ke Universitas Melbourne, Australia. Di sana, ia berhasil meraih gelar Master Psikologi Forensik pada 2003, menjadikannya orang Indonesia pertama yang berhasil mendapatkan gelar tersebut. Prestasi ini membuka jalan baginya untuk menjadi salah satu ahli psikologi forensik terkemuka di Indonesia.
2. Terlibat dalam Kasus Besar yang Mencuri Perhatian Publik
Reza Indragiri mulai menarik perhatian publik ketika namanya dikaitkan dengan analisis beberapa kasus kriminal besar di Indonesia. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah kasus kematian Mirna Salihin, di mana Reza menemukan berbagai kejanggalan yang dianggapnya tidak sesuai dengan alur kasus pada umumnya.
Selain itu, ia juga terlibat dalam penyelidikan kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat serta kasus narkoba yang melibatkan Teddy Minahasa, mantan Kepala Polda Sumatra Barat.
Dalam setiap kasus yang ditanganinya, Reza kerap menyampaikan pandangan kritis yang tidak hanya didasarkan pada data forensik, tetapi juga faktor psikologis yang membentuk perilaku pelaku. Menurut Reza, psikologi forensik tidak sekadar soal perilaku manusia, melainkan juga tentang bagaimana setiap keputusan memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan.
3. Dedikasi Mengajar dan Penyebaran Ilmu Psikologi Forensik
Selain berkecimpung dalam kasus-kasus besar, Reza Indragiri juga aktif dalam dunia pendidikan. Karier mengajarnya dimulai sebagai dosen psikologi forensik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2004, kemudian berlanjut ke Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), di mana ia mengajar psikologi forensik dan manajemen konflik.
Mengutip situs resmi ugm.ac.id, sejak 2007, Reza juga menjadi dosen tetap di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara dan pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara.
Selain peran sebagai pengajar, Reza kerap menjadi narasumber di media massa, membahas berbagai kasus yang membutuhkan analisis psikologi forensik. Dedikasinya di bidang ini memperlihatkan komitmennya dalam mencetak generasi baru psikolog forensik di Indonesia yang andal dan berintegritas.
4. Pandangan Reza terhadap Sistem Hukum
Reza Indragiri juga dikenal karena pandangannya yang kritis terhadap sistem hukum di Indonesia, khususnya dalam penanganan kasus-kasus yang menurutnya berpotensi mengalami miscarriage of justice. Contohnya, dalam kasus kematian anak artis Tamara Tyasmara, Dante, Reza menyatakan bahwa ada kemungkinan unsur pidana yang terlibat, meskipun awalnya diduga tenggelam di kolam renang.
Tidak hanya itu, Reza juga mengkritisi beberapa kasus lain yang melibatkan unsur penegak hukum. Melalui pandangan kritisnya ini, Reza berupaya memberikan perspektif baru agar penegakan hukum di Indonesia bisa berjalan dengan lebih adil dan transparan. Bagi Reza, keadilan bukanlah sekadar penegakan hukum, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu yang terlibat dalam suatu kasus mendapatkan perlakuan yang adil.
5. Inspirasi dan Komitmen dalam Menegakkan Keadilan
Dedikasi dan kiprah Reza Indragiri Amriel dalam mengungkap kejanggalan di balik berbagai kasus kriminal besar di Indonesia menunjukkan komitmen kuatnya dalam mewujudkan keadilan. Nilai-nilai ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 16 yang mencakup upaya membangun masyarakat yang aman, adil, dan transparan.
Sebagai alumni UGM, Reza terus berupaya mendorong generasi muda untuk memiliki keberanian dan integritas dalam menegakkan kebenaran. “Psikologi forensik lebih dari sekadar profesi; ini adalah panggilan untuk membela mereka yang lemah dan tidak bisa membela diri sendiri,” ungkap Reza, memberikan inspirasi bagi mereka yang ingin mengikuti jejaknya dalam dunia psikologi forensik.
Apa yang membuat Reza Indragiri Amriel dikenal sebagai psikolog forensik terkemuka?
Reza terkenal karena keterlibatannya dalam berbagai kasus besar di Indonesia, seperti kasus Mirna Salihin dan Brigadir Yosua. Analisisnya sering kali mengungkap fakta-fakta baru yang mencengangkan dan memberikan perspektif psikologi forensik yang mendalam.
Bagaimana Reza mendapatkan gelar Master Psikologi Forensik?
Reza meraih gelar Master Psikologi Forensik dari Universitas Melbourne pada 2003, menjadikannya orang Indonesia pertama yang memperoleh gelar tersebut, dengan bantuan beasiswa dari universitas.
Apa saja kasus yang pernah ditangani oleh Reza Indragiri Amriel?
Reza terlibat dalam kasus-kasus besar seperti kematian Mirna Salihin, pembunuhan Brigadir Yosua, kasus narkoba Teddy Minahasa, serta kematian anak Tamara Tyasmara. Analisisnya sering kali memberikan perspektif baru dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut.
Di mana Reza mengajar psikologi forensik?
Reza mengajar di beberapa universitas, termasuk UIN Syarif Hidayatullah, Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, dan Universitas Tarumanagara, serta pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Psikologi di Universitas Bina Nusantara.