Liputan6.com, Jakarta Donald John Trump lahir pada 14 Juni 1946 di Queens, New York, dalam keluarga yang memiliki latar belakang bisnis. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara dalam keluarga yang terlibat dalam industri real estate. Sejak kecil, Trump sudah menunjukkan ketertarikan dalam dunia bisnis, yang kemudian membawanya untuk melanjutkan pendidikan di Wharton School of Finance, salah satu sekolah bisnis terkemuka di Amerika.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Trump mengambil alih perusahaan keluarga pada tahun 1971 dan mengubahnya menjadi Trump Organization. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini berkembang pesat dengan berbagai proyek properti besar yang mencakup hotel, kasino, dan lapangan golf. Keberhasilannya dalam bisnis ini tidak hanya membuatnya kaya raya, tetapi juga membangun citra publiknya sebagai seorang miliarder yang sukses.
Dalam perjalanan kariernya, Trump juga dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Ia sering terlibat dalam berbagai skandal bisnis dan mengalami beberapa kebangkrutan. Namun, ia berhasil mempertahankan reputasinya di mata publik melalui penampilan di media dan reality show The Apprentice, yang semakin meningkatkan popularitasnya.
Saat ini Donald Trump tengah bersaing bersama Kamala Harris untuk merebut hati masyarakat dalam gelaran Pemilu Presiden yang digelar di Amerika Serikat 5 November 2024. Dalam survei yang terbit pada 4 November, keduanya memperoleh suara tipis. Berikut profil Donald Trump yang mencuri perhatian, dirangkum Liputan6, Selasa (5/11).
Karier Berawal dari Proyek Kecil Perumahan
Karier bisnis Donald Trump dimulai dengan proyek-proyek kecil di New York sebelum akhirnya merambah ke skala yang lebih besar. Salah satu langkah awalnya adalah mengembangkan kompleks perumahan di Brooklyn dan Queens. Keberhasilan awal ini membangun fondasi bagi proyek-proyek besar yang akan datang, termasuk pembangunan Trump Tower di Manhattan yang menjadi ikon kota New York.
Trump juga dikenal karena investasi dan akuisisi properti di berbagai lokasi strategis. Ia memperluas portofolio bisnisnya dengan memasuki industri hiburan melalui kasino-kasino di Atlantic City. Meskipun beberapa proyeknya mengalami kegagalan, seperti bangkrutnya beberapa kasino, Trump selalu berhasil bangkit kembali dengan memanfaatkan nama besarnya dan strategi pemasaran yang agresif.
Keberhasilan dan kegagalan ini membentuk karakter Trump sebagai seorang pengusaha yang tidak takut mengambil risiko. Meskipun menghadapi banyak tantangan, ia terus beradaptasi dengan perubahan pasar dan tetap relevan dalam industri real estate. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa ia memiliki pengaruh besar dalam politik setelah memasuki arena tersebut.
Masuk ke Dunia Politik
Donald Trump pertama kali mengumumkan pencalonannya untuk presiden pada 16 Juni 2015. Dalam pidato pembukaannya, ia menyoroti isu-isu penting seperti imigrasi ilegal dan keamanan nasional, serta berjanji untuk "membuat Amerika hebat kembali." Slogan kampanyenya ini resonan dengan banyak pemilih yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan pemerintah sebelumnya.
Kampanye Trump ditandai dengan gaya komunikasi yang langsung dan sering kali kontroversial. Ia menggunakan media sosial, khususnya Twitter, untuk berinteraksi langsung dengan pendukungnya dan menyampaikan pandangannya tanpa filter. Strategi ini terbukti efektif dalam menarik perhatian media dan membangun basis dukungan yang kuat di kalangan pemilih Partai Republik.
Selama proses pemilihan awal, Trump menghadapi sejumlah tantangan dari kandidat lain dalam Partai Republik. Namun, kemampuannya untuk berbicara secara terbuka tentang isu-isu sensitif dan mengadopsi sikap populis membuatnya unggul dalam pemilihan pendahuluan. Pada akhirnya, ia berhasil meraih nominasi Partai Republik untuk pemilihan presiden 2016.
Kemenangan Pemilu 2016
Pada 8 November 2016, Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat setelah mengalahkan calon Demokrat Hillary Clinton. Meskipun kalah dalam suara populer, kemenangan Trump di Electoral College menunjukkan kekuatan dukungan dari negara bagian kunci seperti Florida dan Pennsylvania. Kemenangannya mengejutkan banyak pengamat politik yang sebelumnya meramalkan kemenangan Clinton.
Kampanye Trump selama pemilu 2016 sangat dipengaruhi oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap status quo politik di Washington D.C. Ia berhasil menarik perhatian pemilih dari berbagai latar belakang dengan janji-janji untuk mengubah sistem politik yang dianggap korup dan tidak responsif terhadap kebutuhan rakyat. Pendekatannya yang agresif terhadap isu-isu seperti perdagangan internasional dan imigrasi resonan dengan banyak pemilih.
Setelah kemenangannya, Trump segera menghadapi tantangan besar dalam membentuk kabinet dan mengeksekusi rencana kebijakannya. Meskipun banyak kritik terhadap gaya kepemimpinannya yang tidak konvensional, ia tetap berpegang pada janji kampanyenya untuk membawa perubahan signifikan dalam pemerintahan AS.
Masa Jabatan Sebagai Presiden
Selama masa jabatannya dari 2017 hingga 2021, Donald Trump mengambil sejumlah langkah kebijakan yang kontroversial dan berpengaruh. Salah satunya adalah penerapan larangan perjalanan bagi warga dari negara-negara mayoritas Muslim, yang menuai kritik luas baik domestik maupun internasional. Kebijakan ini dianggap diskriminatif oleh banyak pihak namun tetap didukung oleh basis pemilihnya yang setia.
Trump juga dikenal karena kebijakan ekonomi pro-bisnisnya, termasuk pengurangan pajak besar-besaran melalui Tax Cuts and Jobs Act pada tahun 2017. Kebijakan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang defisit anggaran yang meningkat. Di sisi lain, ia berusaha melakukan deregulasi di berbagai sektor termasuk lingkungan hidup.
Salah satu momen paling dramatis selama masa kepresidenan Trump adalah penanganan kasus penembakan massal dan serangan terorisme domestik. Dia menciptakan Dinas Keamanan Dalam Negeri untuk menangani masalah ini secara lebih efektif meskipun sering kali mendapat kritik karena retorika kerasnya terhadap kelompok tertentu.
Dampak Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 menjadi tantangan terbesar bagi kepemimpinan Donald Trump. Respons awal pemerintah AS terhadap krisis kesehatan ini banyak dikritik karena dianggap lambat dan tidak efektif dalam mengatasi penyebaran virus. Banyak pihak menilai bahwa komunikasi publik yang buruk membuat masyarakat bingung tentang langkah-langkah pencegahan yang harus diambil.
Meskipun demikian, pemerintahannya meluncurkan program vaksinasi massal melalui Operation Warp Speed, yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan vaksin COVID-19. Program ini berhasil menghasilkan beberapa vaksin dalam waktu singkat dan menjadi salah satu pencapaian utama selama masa jabatan Trump meskipun banyak kritik mengenai distribusi vaksin tersebut.
Kepemimpinan Trump selama pandemi memicu perdebatan luas tentang tanggung jawab pemerintah dalam melindungi kesehatan masyarakat versus menjaga ekonomi tetap berjalan. Masyarakat terpecah antara mereka yang mendukung langkah-langkah pencegahan ketat dan mereka yang ingin kembali ke kehidupan normal secepat mungkin.
Pemilihan Umum 2020
Donald Trump mencalonkan diri kembali untuk pemilihan umum 2020 dengan harapan mempertahankan kursi kepresidenan setelah masa jabatan pertamanya. Namun, situasi politik saat itu sangat berbeda dibandingkan dengan pemilihan sebelumnya; pandemi COVID-19 telah mengubah cara kampanye dilakukan dan mempengaruhi opini publik secara signifikan.
Selama kampanye tersebut, Trump menghadapi Joe Biden sebagai lawan dari Partai Demokrat. Selain isu pandemi, masalah sosial seperti gerakan Black Lives Matter juga menjadi sorotan utama selama kampanye menjelang pemilu tersebut. Meskipun tetap memiliki basis pendukung setia, banyak pemilih independen mulai beralih kepada Biden akibat penanganan pandemi dan isu-isu sosial lainnya.
Pada akhirnya, Joe Biden memenangkan pemilu dengan suara populer lebih dari tujuh juta suara dibandingkan Trump. Setelah hasil pemilu diumumkan, Trump menolak untuk menerima kekalahannya dan mengklaim adanya kecurangan tanpa bukti substansial; hal ini menyebabkan ketegangan politik yang berkepanjangan di AS.
Pasca Kepresidenan
Setelah meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021, Donald Trump tetap menjadi tokoh sentral dalam Partai Republik meskipun menghadapi berbagai tantangan hukum terkait dugaan penyalahgunaan kekuasaan selama masa jabatannya serta penanganan dokumen rahasia setelah meninggalkan jabatannya. Ia terus berbicara tentang kebijakan-kebijakan yang diterapkannya selama masa kepresidenan serta menyuarakan kritik terhadap pemerintahan Biden.
Trump juga aktif melakukan kampanye untuk mendukung calon-calon Partai Republik lainnya menjelang pemilihan midterm 2022 serta menjelang pemilihan presiden 2024 mendatang. Dengan gaya komunikasinya yang khas serta kemampuan menarik perhatian media massa melalui pernyataan-pernyataan provokatifnya, ia berusaha mempertahankan dukungan dari basis pemilihnya yang loyal.
Meskipun ada upaya dari beberapa pihak untuk menjauhkan diri darinya setelah insiden kerusuhan Capitol pada Januari 2021, banyak anggota Partai Republik masih melihatnya sebagai figur penting dalam menentukan arah politik partai tersebut ke depan.
Tantangan Hukum
Saat ini, Donald Trump menghadapi berbagai tantangan hukum serius termasuk dakwaan kriminal terkait penanganan dokumen rahasia serta dugaan upaya untuk membalikkan hasil pemilu 2020. Kasus-kasus hukum ini dapat mempengaruhi pencalonannya kembali sebagai presiden serta reputasinya di kalangan publik dan partai politik.
Meskipun demikian, Trump tetap optimis mengenai peluangnya untuk kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024. Dalam beberapa wawancara terakhirnya, ia menyatakan bahwa semua tuduhan tersebut adalah bagian dari upaya politik untuk menjegal karier politiknya dan menegaskan bahwa ia akan terus berjuang demi kepentingan rakyat Amerika.
Dukungan dari basis pemilih setianya tampaknya tidak tergoyahkan meskipun ada tantangan hukum tersebut; banyak pendukungnya melihat dirinya sebagai korban dari sistem hukum yang bias terhadap para politisi konservatif seperti dirinya sendiri.
Persaingan Trump dengan Kamala Harris dalam Survei Pemilu AS
Persaingan antara Donald Trump dan Kamala Harris semakin ketat menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November 2024. Survei terbaru menunjukkan hasil yang sangat tipis, dengan beberapa lembaga seperti The Guardian dan Des Moines Register/Mediacom menempatkan Harris unggul sedikit, sementara survei NBC menunjukkan hasil imbang antara keduanya.
Survei The Guardian pada 31 Oktober mencatat Kamala Harris memperoleh 48% suara, sedangkan Trump 47%. Di Iowa, survei Des Moines Register/Mediacom menunjukkan Harris unggul 47% berbanding 44% untuk Trump. Namun, survei nasional NBC pada 3 November menunjukkan hasil imbang dengan masing-masing kandidat meraih 49% suara.
Hasil survei The New York Times/Siena College menunjukkan Harris unggul di negara bagian kunci seperti Nevada dan Wisconsin, sementara Trump hanya unggul di Arizona. Dengan hasil yang sangat kompetitif, kedua kandidat berupaya keras untuk menarik dukungan pemilih yang belum menentukan pilihan menjelang hari pemilihan.
Apa Latar Belakang Donald Trump Sebelum Menjadi Presiden?
Donald Trump adalah seorang pengusaha sukses di bidang real estate dan terkenal melalui reality show *The Apprentice* sebelum mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2015.
Apa Saja Kebijakan Utama yang Diterapkan Selama Masa Kepresidenan Trump?
Beberapa kebijakan utama termasuk pengurangan regulasi lingkungan, larangan perjalanan bagi negara-negara Muslim, serta program vaksinasi COVID-19 melalui Operation Warp Speed.
Bagaimana Respons Publik Terhadap Kepemimpinan Donald Trump?
Kepemimpinan Trump memicu pro dan kontra; sementara banyak pendukungnya memuji kebijakannya, banyak pula yang mengkritik tindakan kontroversialnya selama masa jabatannya.