Liputan6.com, Jakarta Perilaku orang tua dalam mendidik anak memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan emosional dan psikologis anak. Seringkali, tanpa disadari, orang tua dapat mempraktikkan perilaku yang menyerupai perundungan terhadap anak mereka. Menurut artikel dari Empowering Parents, pola asuh yang terlalu keras dan otoriter tidak hanya tidak efektif, tetapi juga dapat menimbulkan masalah komunikasi antara orang tua dan anak.
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini mungkin merasa tertekan, takut, atau bahkan membenci orangtua mereka, yang dapat merusak hubungan keluarga dalam jangka panjang. Penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda perilaku ini agar dapat mencegah dampak negatif yang mungkin terjadi.
Dengan mengenali dan mengubah perilaku yang tidak sehat, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan penuh kasih, yang pada gilirannya akan membantu anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (4/11/2024).
Sebuah studi baru menemukan bahwa orangtua yang menggunakan cara-cara manipulatif dan menimbulkan perasaan bersalah pada anak mereka dapat membuat sang anak menjadi lebih emosional dan kasar ketika mencapai usia dewasa.
Bahasa Kasar dan Ancaman Dilarang
Orang tua yang sering menggunakan ucapan kasar atau ancaman mungkin tidak menyadari bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk bullying. Ungkapan seperti "kamu bodoh" atau "kamu tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar" dapat melukai perasaan anak dan mempengaruhi perkembangan emosional mereka. Menggunakan bahasa yang kasar dalam bentuk apapun, meskipun tanpa maksud menyakiti, bisa meninggalkan bekas trauma pada anak.
Selain itu, ancaman yang dilakukan secara berulang juga merupakan salah satu bentuk bullying yang sering tidak disadari oleh orang tua. Misalnya, mengancam akan memberikan hukuman yang berlebihan jika anak gagal dalam sesuatu. Ancaman yang terus-menerus membuat anak hidup dalam ketakutan dan kecemasan, yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan mental mereka.
Seperti yang dijelaskan dalam situs Signs of Bullying, tanda-tanda bullying dapat terlihat dari anak yang selalu tampak takut atau tertekan saat berinteraksi dengan orangtuanya. Dalam jangka panjang, penggunaan bahasa kasar dan ancaman ini akan membuat anak kesulitan berkomunikasi secara terbuka dengan orangtuanya. Anak-anak mungkin tumbuh dengan perasaan bahwa mereka tidak dihargai dan bahkan bisa mengembangkan rasa benci terhadap orangtuanya.
Minimnya Dukungan Emosional dan Pengakuan
Salah satu bentuk bullying yang sering kali tidak disadari oleh orang tua adalah kurangnya dukungan emosional. Ketika anak memerlukan dukungan, pengakuan, atau sekadar pelukan dari orangtua, tetapi malah diabaikan atau dianggap lemah, ini bisa sangat berbahaya. Ketidakmampuan untuk menunjukkan empati atau menyediakan waktu bagi anak untuk berbicara dan didengar dapat membuat anak merasa tidak berharga.
Anak-anak yang tumbuh tanpa dukungan emosional sering merasa terasing dan tidak memiliki tempat yang aman untuk mengekspresikan perasaan mereka. Kondisi ini bisa menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan bahkan depresi di usia dini. Orang tua yang terus-menerus menganggap perasaan anak tidak penting atau meremehkan masalah mereka, tanpa disadari, telah menanamkan pola pikir yang salah pada anak, bahwa perasaan mereka tidak berharga.
Menurut artikel di Empowering Parents, dukungan emosional sangat krusial untuk perkembangan anak. Tanpa pengakuan dan dukungan yang memadai dari orang tua, anak-anak akan mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri yang sehat dan kemampuan untuk menghadapi tantangan.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence