Mengenal Puasa Suro di Bulan Muharram, Ini Niat dan Keutamaannya

8 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta Puasa Suro atau yang juga dikenal sebagai Puasa Tasu’a dan Asyura kerap dijalankan umat Islam pada bulan Muharram. Tradisi ini tidak hanya dilakukan atas dasar keutamaan spiritual, tetapi juga karena adanya anjuran kuat dari Nabi Muhammad SAW. Banyak kalangan muslim dari berbagai daerah di Indonesia rutin menjalankan puasa ini setiap tahun sebagai bentuk ibadah sekaligus penghormatan terhadap sejarah Islam.

Namun, tak sedikit pula masyarakat yang masih bingung mengenai apa sebenarnya makna Puasa Suro, niat yang harus dibaca, dan apa manfaat yang dijanjikan oleh Allah SWT. Informasi yang beredar di media sosial sering kali tidak lengkap atau bahkan menyesatkan, sehingga dibutuhkan penjelasan berdasarkan sumber tepercaya dan hadis sahih.

Artikel ini akan mengulas tentang puasa Tasu’a dan Asyura, niat yang harus dibaca, keutamaan luar biasa yang dijanjikan, hingga waktu pelaksanaan dan tata cara yang benar. Simak informasinya berikut, dirangkum Liputan6.com, Senin (23/6).

1. Apa Itu Puasa Suro atau Puasa Tasu’a dan Asyura? Inilah Asal Usulnya

Dikutip dari mui.or.id, puasa Suro mengacu pada tradisi puasa sunnah yang dijalankan pada bulan Muharram, khususnya tanggal 9 dan 10. Dalam ajaran Islam, dua hari tersebut dikenal sebagai Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram). Tasu’a dan Asyura merupakan puasa sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena keutamaannya dalam menghapus dosa setahun yang lalu.

Puasa ini memiliki latar belakang sejarah yang sangat kuat. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau melihat kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram untuk memperingati hari ketika Nabi Musa AS diselamatkan dari Firaun. Rasulullah SAW kemudian bersabda bahwa umat Islam lebih berhak menghormati peristiwa itu dan beliau pun berpuasa serta menganjurkannya kepada umatnya.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah bersabda: “Puasa hari Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” Maka dari itu, puasa ini menjadi bagian penting dari ibadah sunnah yang sering diamalkan oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang menyebutnya sebagai Puasa Suro.

2. Niat Puasa Tasu’a yang Dibaca saat Akan Memulai

Niat menjadi syarat sah dalam menjalankan puasa Tasu’a. Niat ini boleh diucapkan dalam hati atau dengan lisan. Waktu pengucapan niat dilakukan pada malam hari hingga sebelum masuk waktu fajar. Adapun lafaz niat yang lazim digunakan oleh mayoritas umat Islam Indonesia adalah:

  • نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
  • “Nawaitu shauma Tasu’a sunnatan lillaahi ta’aala.”
  • Artinya: “Saya niat puasa Tasu’a sunnah karena Allah Ta’ala.”

Meskipun hukum membaca niat dengan lisan tidak wajib, namun ini dianjurkan agar hati lebih mantap dan niat tidak terlupakan. Dalam konteks fiqih, niat adalah tekad dalam hati untuk melaksanakan ibadah karena Allah. Maka, selama seseorang sudah berniat dalam hatinya sebelum fajar, puasanya tetap sah.

Penting juga memahami bahwa puasa ini bersifat sunnah, sehingga bila terlupa berniat pun tidak berdosa, hanya saja pahala puasa tidak didapatkan. Dengan memahami niat yang benar, umat Islam bisa menjalankan puasa Tasu’a dengan tenang dan khusyuk.

3. Niat Puasa Asyura yang Dianjurkan Nabi

Sama seperti Tasu’a, puasa Asyura juga memerlukan niat sebelum terbit fajar. Niat ini menjadi pembeda antara ibadah yang sah dan yang tidak. Rasulullah SAW sangat menganjurkan puasa ini karena keutamaannya yang besar. Niat puasa Asyura yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

  • نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
  • “Nawaitu shauma ‘Asyura sunnatan lillaahi ta’aala.”
  • Artinya: “Saya niat puasa Asyura sunnah karena Allah Ta’ala.”

Niat ini bisa dibaca mulai malam hari hingga sebelum azan Subuh. Jika seseorang lupa berniat pada malam hari, maka puasanya tetap sah jika belum makan atau melakukan hal yang membatalkan puasa sejak Subuh dan ia langsung berniat.

Dalam berbagai mazhab, niat puasa sunnah memiliki kelonggaran dibandingkan dengan puasa wajib. Ini menunjukkan bahwa Islam memberikan kemudahan kepada umatnya dalam melaksanakan amalan sunnah, agar pahala tetap dapat diraih tanpa beban.

4. Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura Menurut Hadis Shahih

Keutamaan puasa Asyura dijelaskan dalam hadits sahih yang menyebutkan bahwa ibadah ini dapat menghapus dosa setahun yang lalu. Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau berharap kepada Allah agar puasa Asyura menghapus dosa tahun sebelumnya. Imam an-Nawawi menafsirkan bahwa yang dimaksud adalah penghapusan dosa kecil, sedangkan dosa besar hanya dapat diampuni melalui taubat yang sungguh-sungguh dan tulus kepada Allah.

Rasulullah SAW sangat memperhatikan puasa Asyura. Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas RA, disebutkan bahwa Nabi SAW tidak pernah mengistimewakan hari puasa selain hari Asyura dan bulan Ramadan. Ini menunjukkan bahwa puasa Asyura memiliki nilai spiritual yang tinggi di mata Nabi SAW, dan dianjurkan bagi umatnya untuk mengikuti keteladanan beliau dalam melaksanakan ibadah tersebut.

Selain itu, Rasulullah SAW juga merencanakan untuk berpuasa pada hari Tasu’a (9 Muharram) di tahun berikutnya agar tidak menyerupai kaum Yahudi dan Nasrani yang mengagungkan hari Asyura. Namun, beliau wafat sebelum sempat menjalankan niat tersebut. Oleh karena itu, puasa Tasu’a dan Asyura menjadi sunnah yang dianjurkan sebagai bentuk pembeda umat Islam dari agama lain, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama seperti Imam an-Nawawi dalam kitabnya.

5. Kapan Waktu dan Bagaimana Tata Cara Puasa Ini Dilakukan?

Puasa Tasu’a dan Asyura dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Tahun ini, menurut kalender Hijriah yang dirilis MUI, Tasu’a jatuh pada tanggal 5 Juli 2025 dan Asyura pada 6 Juli 2025. Umat Islam dianjurkan untuk mulai berpuasa sejak terbit fajar (waktu Subuh) hingga terbenam matahari (Maghrib).

Tata cara puasanya sama seperti puasa pada umumnya: dimulai dengan niat, menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Tidak ada ritual khusus atau bacaan tertentu selama menjalani puasa, kecuali memperbanyak doa dan ibadah lain seperti zikir dan membaca Al-Qur’an.

Sebaiknya, sebelum menjalankan puasa ini, umat Islam makan sahur agar tubuh tetap kuat. Di akhir hari, berbuka puasa dilakukan seperti biasa dengan makanan halal dan secukupnya. Disarankan berbuka dengan kurma dan air putih sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Meski sunnah, puasa ini sangat dianjurkan dan tidak boleh diremehkan. Keutamaannya yang besar membuat banyak ulama dan tokoh agama menjadikan puasa ini sebagai agenda rutin tahunan untuk memperkuat spiritualitas umat.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Puasa Suro (People Also Ask Google)

1. Apakah puasa Tasu’a dan Asyura wajib?

Tidak. Puasa Tasu’a dan Asyura hukumnya sunnah muakkadah, sangat dianjurkan namun tidak wajib.

2. Apa perbedaan antara puasa Suro dan puasa Asyura?

Puasa Suro adalah istilah lokal untuk puasa di bulan Muharram, sedangkan Asyura merujuk pada puasa tanggal 10 Muharram.

3. Bolehkah hanya puasa Asyura tanpa Tasu’a?

Boleh, namun disarankan berpuasa dua hari (Tasu’a dan Asyura) untuk membedakan dari kaum Yahudi.

4. Apa keutamaan utama puasa Asyura?

Menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

5. Bagaimana jika lupa niat puasa malam hari?

Untuk puasa sunnah, niat masih bisa dilakukan hingga sebelum waktu Dzuhur jika belum makan atau minum.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |