Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki sejarah panjang terkait masuknya Islam. Seringkali, Kerajaan Samudra Pasai disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Namun, tahukah Anda bahwa ada kerajaan lain yang berdiri lebih awal dan memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara? Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Perlak.
Kerajaan Perlak terletak di wilayah Aceh Timur dan berdiri sekitar abad ke-9 Masehi. Sayangnya, kesultanan ini sering terlupakan dalam narasi dan buku sejarah Indonesia, dilansir dari dari itjen.dikdasmen.go.id.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (3/7/2025).
Pengunjung bisa menggunakan kamar tidur yang tersedia hingga dapat lebih nyaman membaca.
Kerajaan Islam Pertama di Indonesia: Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak, yang juga dikenal sebagai Kesultanan Peureulak, seringkali terlupakan dalam catatan sejarah Indonesia. Melansir dari itjen.dikdasmen.go.id, kerajaan ini berdiri dari sekitar tahun 840 hingga 1292 di wilayah Peureulak, Aceh Timur.
Banyak yang tidak menyadari keberadaan Kesultanan Peureulak karena buku pelajaran sejarah Indonesia mencatat kerajaan bercorak islam pertama di Nusantara adalah Samudera Pasai.
Salah satu alasan kurang populernya nama Kesultanan Peureulak adalah besarnya nama Kerajaan Samudera Pasai. Selain itu, pendiri kesultanan ini bukanlah warga asli Aceh, melainkan pendatang dari jazirah Arab. Alasan kuat lainnya adalah karena kesultanan ini pada akhirnya bergabung dengan Samudera Pasai, sehingga babak sebelum bersatunya mereka dianggap sebagai awal sejarah kerajaan tersebut.
Kesultanan Peureulak memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam di wilayah utara Sumatra. Kesultanan ini didirikan pada tahun 840, dengan ibu kota di Pureulak.
Bahasa Aceh dan Melayu digunakan sebagai sarana komunikasi. Kesultanan ini dipimpin oleh sejumlah sultan terkemuka, antara lain Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah dan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat. Pendiri kesultanan ini, Sultan Alaiddin Syed Maulana adalah keturunan Nabi Muhammad SAW baik dari pihak ayah maupun pihak ibu dan mempersunting istri dari kalangan masyarakat Aceh.
Perlak dikenal karena wilayahnya yang kaya akan kayu perlak, bahan baku yang sangat berharga untuk pembuatan kapal. Daerah ini dikenal dengan sebutan “Negeri Perlak” dan berkembang menjadi pelabuhan niaga maju pada abad ke-8.
Kapal-kapal dari Arab dan Persia bersinggungan di pelabuhan ini, memfasilitasi pertukaran budaya dan memperkuat penyebaran Islam, terutama melalui pernikahan campur antara pedagang Muslim dengan penduduk setempat.
Letak Geografis Kerajaan Islam Pertama di Indonesia: Perlak
Kerajaan Perlak terletak di wilayah yang strategis, yaitu di Aceh Timur. Melansir dari acehprov.go.id, letak geografis ini memungkinkan Perlak menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai negara. Posisi strategis ini juga berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah tersebut.
Peureulak memiliki posisi strategis di Selat Malaka, jalur perdagangan utama Nusantara. Sebelum Kesultanan Malaka berdiri, perdagangan melalui Selat Malaka melewati pantai barat Sumatra.
Kota pelabuhan utama pada saat itu adalah Melayu, yang terletak di muara Sungai Batanghari, Jambi. Hal ini memungkinkan ajaran agama baru, termasuk Islam, masuk ke wilayah Nusantara.
Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.
Perannya Kerajaan Islam Pertama di Indonesia dalam Perdagangan
Sebagai sebuah kerajaan maritim, Kerajaan Perlak memiliki peran penting dalam perdagangan di wilayah Nusantara. Melansir dari acehprov.go.id, kerajaan ini menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara pedagang dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Komoditas utama yang diperdagangkan adalah kayu perlak, rempah-rempah, dan hasil bumi lainnya.
Sumatera, dengan kekayaan lada sebagai produk unggulannya, ikut meramaikan perdagangan internasional di Selat Malaka. Aceh, sebagai penghasil lada utama, memainkan peran penting dalam perdagangan ini.
Peureulak berkembang menjadi kota perdagangan internasional yang disinggahi pedagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk pedagang Muslim. Bandar Perlak menjadi pusat utama perdagangan di pantai timur Sumatra bagian utara.
Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham).
Peninggalan Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Meskipun tidak banyak peninggalan fisik yang tersisa, Kerajaan Perlak meninggalkan jejak sejarah yang tak terhapuskan. Melansir dari itjen.dikdasmen.go.id, peran kerajaan ini dalam penyebaran Islam dan pengembangan budaya Melayu sangatlah signifikan. Selain itu, Kerajaan Perlak juga menjadi bukti bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-9 Masehi.
Setelah mengalami berbagai pergolakan dan pertempuran, Kesultanan Peureulak mengakhiri sejarahnya ketika bergabung dengan Samudera Pasai pada tahun 1292. Meskipun begitu, peran Peureulak dalam penyebaran Islam dan perdagangan internasional telah meninggalkan jejak sejarah yang tak terhapuskan.
Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi.
Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.
FAQ: Kerajaan Islam Pertama di Indonesia
Di mana letak Kerajaan Perlak?
Kerajaan Perlak terletak di wilayah Aceh Timur, Indonesia.
Kapan Kerajaan Perlak didirikan?
Kerajaan Perlak didirikan pada sekitar abad ke-9 Masehi, tepatnya tahun 840 M.
Apa peran penting Kerajaan Perlak?
Kerajaan Perlak berperan penting dalam penyebaran Islam dan perdagangan di wilayah Nusantara.
Mengapa Kerajaan Perlak sering terlupakan?
Salah satu alasannya adalah karena Kerajaan Samudra Pasai lebih populer dan Kerajaan Perlak akhirnya bergabung dengan Samudra Pasai.
Siapa pendiri Kesultanan Peureulak?
Pendiri kesultanan ini, Sultan Alaiddin Syed Maulana adalah keturunan Nabi Muhammad SAW baik dari pihak ayah maupun pihak ibu dan mempersunting istri dari kalangan masyarakat Aceh.
Apa komoditas utama yang diperdagangkan di Kerajaan Perlak?
Komoditas utama yang diperdagangkan adalah kayu perlak, rempah-rempah, dan hasil bumi lainnya.
Apa bukti bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-9?
Keberadaan Kerajaan Perlak menjadi bukti bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-9 Masehi.