Liputan6.com, Jakarta Film Conclave (2024) kembali mencuri perhatian publik setelah wafatnya Paus Fransiskus pada Senin (21/4/2025) lalu. Film ini menjadi sorotan karena mengangkat salah satu peristiwa paling sakral dan penuh misteri dalam Gereja Katolik, Yaitu konklaf, proses pemilihan Paus baru. Tak heran, lonjakan penonton meningkat hingga 283% di berbagai layanan streaming.
Kini, Conclave kembali menyapa penonton layar lebar lewat penayangan terbatas di bioskop Indonesia, sebagaimana diumumkan oleh Tix ID dan Cinepolis. Disutradarai Edward Berger, Conclave berkisah tentang Kardinal Lawrence (Ralph Fiennes), yang terlibat dalam proses konklaf usai kematian Paus secara mendadak. Momen ini memicu pengungkapan rahasia besar yang dapat mengguncang fondasi Gereja.
Film Conclave kini terasa semakin relevan dengan situasi dunia nyata ketika umat Katolik bersiap menyambut pemimpin baru pasca wafatnya Paus Franciscus. Lantas, apa saja fakta-fakta menarik yang membuat Conclave layak ditonton kembali di bioskop? Simak ulasan lengkapnya yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (1/5/2025).
Vatikan menutup Kapel Sistina untuk umum jelang persiapan Konklaf pemilihan Paus berikutnya setelah wafatnya Paus Fransiskus.
1. Diadaptasi dari Novel Terlaris Karya Robert Harris
Film Conclave merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya penulis Inggris ternama, Robert Harris. Novel ini pertama kali terbit pada 2016 dan langsung mendapat ulasan positif karena menggambarkan secara mendalam dan menegangkan proses pemilihan Paus di balik dinding Vatikan. Penulis skenario Peter Straughan, yang sebelumnya sukses mengadaptasi Tinker Tailor Soldier Spy, dipercaya untuk mengangkat kisah ini ke layar lebar.
Straughan tidak hanya menerjemahkan isi novel ke dalam skenario, tapi juga mempertahankan semangat orisinalnya, termasuk kejutan besar tentang identitas paus terpilih. Untuk menyambut film ini, novel Conclave diterbitkan ulang pada Agustus 2024 dengan sampul baru, menunjukkan antisipasi tinggi terhadap adaptasi film ini. Meski terdapat sedikit perubahan nama karakter, film Conclave tetap setia pada inti cerita novel yang memadukan intrik, iman, dan rahasia besar Gereja.
2. Lokasi Syuting di Roma dan Studio Replika Vatikan
Karena Vatikan merupakan salah satu tempat paling eksklusif dan dijaga ketat di dunia, film Conclave tidak bisa melakukan syuting langsung di lokasi tersebut. Namun, hal itu tidak mengurangi keautentikan film ini. Tim produksi membangun replika detail dari beberapa bagian penting di Vatikan, termasuk Kapel Sistina dan Domus Sanctae Marthae.
Syuting dilakukan di berbagai lokasi di Roma, termasuk Istana Kerajaan Caserta yang megah di selatan Italia. Untuk interior, kru memanfaatkan fasilitas Studio Cinecittà, studio legendaris yang telah digunakan untuk berbagai film besar Eropa. Desain set yang teliti berhasil menciptakan atmosfer religius dan tertutup yang sesuai dengan proses konklaf, membuat penonton merasa seperti berada langsung di jantung Vatikan.
3. Rekonstruksi Proses Konklaf dengan Akurasi Tinggi
Salah satu kekuatan utama Conclave adalah keakuratannya dalam menggambarkan proses pemilihan Paus, atau konklaf. Film ini menggambarkan secara rinci setiap tahapan, mulai dari kematian Paus, penghancuran Ring of the Fisherman, penguncian apartemen kepausan, hingga pengasingan para kardinal. Bahkan aspek modern seperti pemeriksaan perangkat elektronik, larangan komunikasi eksternal, pemadaman Wi-Fi, dan pemasangan pengacak sinyal turut digambarkan.
Untuk memastikan keakuratan, kru film melakukan riset intensif, termasuk kunjungan pribadi ke Kapel Sistina dan konsultasi dengan para ahli Gereja Katolik. Hasilnya adalah representasi yang sangat meyakinkan dari sebuah proses religius yang biasanya tertutup rapat dari publik.
Meskipun kisah Conclave tampak sangat realistis dan menggambarkan proses konklaf yang sebenarnya, film ini bukan diangkat dari kejadian nyata. Ceritanya sepenuhnya fiksi, diadaptasi dari novel karya Robert Harris. Meski demikian, riset mendalam dan penggambaran yang akurat membuat banyak penonton dan bahkan akademisi mengira bahwa film ini terinspirasi dari peristiwa nyata.
Beberapa pakar, seperti dari DePaul University, memuji akurasi film ini dalam menggambarkan tata cara konklaf Gereja Katolik. Dengan latar nyata dan drama fiktif yang kuat, Conclave berhasil menjadi karya sinematik yang memadukan realitas dan imajinasi secara brilian.
4. Sebuah Thriller Politik dengan Ketegangan Tinggi
Meskipun berlatar religius, Conclave bukanlah film keagamaan biasa. Film ini merupakan thriller politik dengan elemen ketegangan dan intrik yang kuat. Penonton akan disuguhkan suasana penuh tekanan di mana para kardinal, yang mewakili berbagai aliran dalam Gereja, terlibat dalam permainan kekuasaan, negosiasi tersembunyi, dan bahkan rahasia pribadi.
Karakter utamanya, Kardinal Lawrence (diperankan Ralph Fiennes), harus menavigasi konflik antara iman dan integritas saat mengungkap skandal besar di tengah proses pemilihan Paus. Dilema moral dan keputusan berisiko tinggi membuat film ini lebih dari sekadar drama; ini adalah cerminan tentang kekuasaan, identitas, dan makna iman dalam institusi tradisional.
5. Prestasi di Box Office dan Deretan Penghargaan Internasional
Dengan anggaran produksi sekitar US$20 juta, Conclave berhasil mencetak kesuksesan box office dengan pendapatan global melampaui US$51 juta. Berdasarkan data dari Box Office Mojo, film ini menghasilkan lebih dari US$31 juta di pasar domestik dan sekitar US$20 juta dari pasar internasional. Lebih dari sekadar komersial, Conclave juga meraih pengakuan kritis.
Film ini meraih 8 nominasi di Oscar 2025, termasuk kemenangan untuk Best Adapted Screenplay. Di ajang BAFTA Awards 2025, Conclave menyabet empat penghargaan bergengsi, termasuk Best Film dan Outstanding British Film. Keberhasilan ini menandakan bahwa film dengan tema berat dan narasi yang dalam masih bisa meraih hati penonton dan kritikus global.
6. Detail Kostum Autentik dari Pengrajin Eropa
Kualitas produksi Conclave juga terlihat dari detail kostumnya yang dibuat dengan teliti. Semua kostum dibuat dari nol oleh tim pengrajin dari Italia, Jerman, Yunani, dan Austria. Mereka tidak hanya merancang jubah dan salib, tetapi juga aksesoris detail seperti cincin, ikat pinggang, hingga sepatu.
Kostum-kostum tersebut bahkan terinspirasi dari koleksi couture Balenciaga tahun 2022, yang mengambil elemen estetika Katolik sebagai acuan. Desainer kostum Lisy Christl menggunakan desain untuk memperkuat karakterisasi tokoh-tokoh dalam film. Contohnya adalah Kardinal Tedesco, yang mengenakan jubah merah mencolok dan salib emas besar, menegaskan karakter konservatif dan otoritatifnya.
7. Twist Mengejutkan di Akhir Film
[Spoiler Alert] Salah satu daya tarik utama Conclave adalah akhir ceritanya yang mengejutkan dan berani. Terungkap bahwa Kardinal Vincent Benitez sebenarnya telah dipilih secara pribadi oleh Paus sebelumnya untuk menjadi penerusnya. Namun yang paling mengejutkan adalah pengakuan Benitez bahwa dirinya adalah seorang interseks.
Identitas ini telah diketahui dan diterima oleh Paus sebelumnya, dan menjadi simbol penting dalam film akan inklusivitas dan perubahan dalam Gereja Katolik yang sangat konservatif. Twist ini tidak hanya mengejutkan secara naratif, tetapi juga membuka diskusi penting tentang keragaman identitas dan posisi institusi agama dalam dunia modern.
8. Kembali Tayang Terbatas di Indonesia
Dirilis di negara asalnya, Amerika, pada 25 Oktober 2025 dan tayang perdana di Indonesia pada 26 Februari 2025, Conclave kini kembali diputar secara terbatas di beberapa bioskop Indonesia. Penayangan ulang ini terjadi seiring dengan peningkatan popularitas film di platform streaming, terutama setelah wafatnya Paus Fransiskus.
Data dari Luminate mencatat lonjakan viewership sebesar 283% hanya dalam satu hari, dari 1,8 juta menit menjadi 6,9 juta menit. Penayangan terbatas ini diumumkan oleh jaringan bioskop Cinema XXI dan Cinépolis Indonesia pada Jumat (25/4/2025).
Lokasi pemutaran di kota-kota tertentu seperti Jabodetabek, Medan, Makassar, Balikpapan, Kupang, dan Pontianak. Kembalinya film ini ke layar lebar menjadi kesempatan berharga bagi penonton Indonesia untuk menyaksikan langsung ketegangan konklaf di bioskop.