Influencer Jadi Alasan Meningkatnya Kasus Serangan Hiu, Kok Bisa?

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta Di lautan biru yang luas dan misterius, pertemuan manusia dengan hiu selalu menjadi cerita yang menegangkan. Akhir-akhir ini, kasus serangan hiu tampaknya mengalami peningkatan yang mengejutkan di berbagai destinasi wisata populer dunia. Fenomena ini menjadi tanda tanya besar bagi para ilmuwan dan pencinta konservasi laut tentang apa yang sebenarnya terjadi di bawah permukaan air.

Media massa kerap melaporkan kasus serangan hiu dengan nada sensasional yang memunculkan ketakutan berlebihan. Namun, di balik headline yang mengerikan, ada faktor-faktor tersembunyi yang jarang dibahas. Para peneliti terkemuka kini mengungkap temuan mengejutkan tentang perilaku manusia modern yang mungkin menjadi pemicu utama di balik tren mengkhawatirkan ini.

Dunia digital yang kita huni saat ini memiliki dampak luar biasa terhadap cara kita berinteraksi dengan alam liar, termasuk kehidupan laut. Lantas bagaimana kasus serangan hiu bisa berhubungan dengan konten viral di media sosial? 

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari New York Post, temuan tak terduga tentang apa yang sebenarnya terjadi, pada Senin (28/4).

Setiap tahun di AS, puluhan orang menjadi korban serangan hiu, umumnya saat libur sekolah pada pertengahan tahun. Insiden seperti ini tadinya terbatas ke wilayah-wilayah relatif hangat, tapi belakangan kehadiran hiu juga memunculkan kekhawatiran di b...

Para Influencer dan Tren Berbahaya

Fenomena influencer yang berinteraksi dengan hiu telah menjadi genre konten yang semakin populer di platform media sosial. Video-video yang menampilkan orang-orang berenang bersama, menyentuh, bahkan memegang sirip punggung hiu mendapatkan jutaan tayangan dan ribuan likes. Hal ini mendorong banyak orang untuk mencoba pengalaman serupa demi mendapatkan konten yang menarik untuk diunggah di akun media sosial mereka.

Profesor Eric Clua dari Universitas PSL di Paris, Prancis, yang memimpin penelitian ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren berbahaya tersebut. "Saya tidak mendorong, seperti yang dilakukan banyak influencer di jejaring sosial, orang-orang untuk berpegang pada sirip punggung hiu atau mengelusnya, dengan dalih membuktikan bahwa mereka tidak berbahaya," ujarnya kepada Times of London. Pernyataan ini merupakan kritik terhadap meningkatnya jumlah konten di mana pembuat konten merekam diri mereka berenang dengan dan bahkan menyentuh predator laut ini.

Salah satu contoh populer adalah klip Instagram di mana fotografer satwa liar Taylor Cunningham terlihat menyentuh hidung seekor hiu macan di lepas pantai Hawaii. "Hiu di sini terasa seperti keluarga," ungkap wanita yang menyebut dirinya "crazy shark lady" tersebut dalam keterangan foto. Konten semacam ini, meskipun terlihat menakjubkan, dapat memberikan kesan yang salah bahwa berinteraksi dengan hiu adalah aktivitas yang aman.

Tidak hanya influencer biasa, banyak selebriti juga telah difilmkan berenang dengan hiu, termasuk penyanyi Ciara, dan bintang film seperti Bella Thorne, Zac Efron, dan Will Smith. Keterlibatan tokoh-tokoh terkenal ini semakin memperkuat persepsi bahwa aktivitas tersebut aman dilakukan dan bahkan menjadi tren gaya hidup yang didambakan.

Studi Kasus dan Bukti Ilmiah

Untuk menyelidiki penyebab meningkatnya serangan hiu, Profesor Clua dan timnya memeriksa catatan insiden yang terjadi di lepas pantai Polinesia Prancis antara tahun 2009 dan 2023. Dari 74 kasus gigitan yang tercatat selama periode tersebut, sebagian besar melibatkan hiu berukuran kecil dan menengah, dan sekitar 5% kemungkinan besar merupakan hasil dari hiu yang bertindak defensif karena merasa terancam.

Peneliti mencatat bahwa gigitan defensif ini terjadi tanpa peringatan dan melibatkan beberapa gigitan, yang umumnya hanya mengakibatkan luka superfisial. Namun, dalam beberapa kasus, konsekuensinya bisa sangat serius. Analisis lebih lanjut terhadap Shark Attack Files — database global dengan catatan yang tersedia sejak tahun 1800-an — mengungkapkan lebih dari 300 insiden yang juga bersifat defensif.

Studi ini muncul bertepatan dengan beberapa kejadian tragis baru-baru ini. Dua bulan sebelumnya, seorang turis Kanada kehilangan kedua tangannya setelah digigit oleh hiu sepanjang 6 kaki yang coba difotonya di Turks dan Caicos. Awal bulan ini, Barak Tzach, seorang ayah dari empat anak, tewas saat mencoba merekam hiu di perairan Hadera, Israel. Meskipun tidak jelas dalam kedua kasus tersebut apakah korban menyentuh atau memberi makan predator itu, namun keduanya terlibat dalam aktivitas merekam hiu.

Temuan ini semakin mengkhawatirkan mengingat penelitian tahun 2020 yang mengungkapkan bahwa lebih banyak orang meninggal saat mengambil selfie daripada yang terbunuh oleh hiu. Kombinasi dari keinginan untuk konten viral dan kesalahpahaman tentang perilaku hiu telah menciptakan situasi berbahaya yang dapat berujung fatal.

Persepsi vs Realitas tentang Hiu

Salah satu masalah utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kesalahpahaman umum tentang hiu. Profesor Clua menjelaskan bahwa sebagian dari masalah ini adalah karena influencer berinteraksi dengan hiu asing — terutama yang lebih kecil — dengan cara yang tidak akan mereka lakukan dengan anjing yang tidak dikenal.

"Orang tahu perbedaan antara Yorkshire terrier dan pit bull, sedangkan mereka tidak tahu perbedaan antara hiu karang blacktip dan hiu banteng, yang merupakan padanan lautnya," jelasnya. Perbandingan ini menggambarkan bagaimana kurangnya pemahaman tentang berbagai spesies hiu dapat menyebabkan interaksi yang tidak tepat dan potensial berbahaya.

Meskipun dalam film dan media populer hiu sering digambarkan sebagai mesin pembunuh tanpa pikiran, fakta menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas kurang dari sepuluh kematian manusia per tahun di seluruh dunia. Sebaliknya, anjing bertanggung jawab atas lebih dari 10.000 kematian namun dipandang positif oleh masyarakat. "Ada bias persepsi yang sangat negatif terhadap hiu," tambah Clua, menunjukkan ketidakseimbangan dalam cara kita memandang risiko dari berbagai hewan.

Bahkan para profesional pun tidak luput dari kritik. Pada tahun 2019, ahli biologi kelautan dari Oahu, Ocean Ramsey, membuat kehebohan setelah difilmkan berenang bersama dan menyentuh hiu putih besar yang diyakini adalah Deep Blue — yang dengan panjang 20 kaki, konon merupakan hiu terbesar di dunia. Saga "King Kong akuatik" itu kemudian dikritik oleh peneliti hiu David Shiffman yang menyatakan, "Saya tidak percaya bahwa 'tolong jangan memegang predator liar sepanjang 18 kaki' adalah sesuatu yang perlu dikatakan secara eksplisit, tetapi inilah kita."

Imbauan dan Solusi dari Para Ahli

Profesor Clua berharap penelitiannya akan membantu mengurangi jumlah gigitan di lapangan dan mendorong jurnalis untuk melihat lebih dalam pada keadaan di mana serangan terjadi, sehingga mereka akan menyalahkan manusia daripada hewan. Ini merupakan pergeseran penting dalam narasi yang umumnya menggambarkan hiu sebagai pihak yang selalu bersalah dalam setiap interaksi negatif dengan manusia.

Para ilmuwan mendesak orang-orang untuk hanya melihat dan tidak menyentuh hiu ketika berinteraksi dengan mereka di habitat alami. "Nikmati keindahannya, tetapi ingat mereka adalah hewan liar, predator yang dapat bertindak sebagai predator," peringat Clua. Nasihat ini tidak hanya menyangkut keselamatan tetapi juga rasa hormat terhadap makhluk laut yang sering disalahpahami ini.

Edukar masyarakat tentang perilaku hiu dan risiko yang terkait dengan interaksi terlalu dekat menjadi semakin penting di era media sosial ini. Platform media sosial juga dapat memainkan peran mereka dengan lebih hati-hati memonitor dan memberikan peringatan pada konten yang menampilkan interaksi berisiko dengan hewan liar, termasuk hiu. Beberapa platform telah mulai menerapkan tag peringatan pada konten yang menampilkan perilaku berbahaya, namun upaya lebih lanjut diperlukan.

Pada akhirnya, menurut para ahli, kunci untuk mengurangi insiden serangan hiu akibat provokasi adalah kombinasi dari regulasi yang lebih ketat untuk aktivitas wisata berisiko tinggi, pendidikan publik yang lebih baik tentang perilaku hiu, dan tanggung jawab yang lebih besar dari para influencer dan platform media sosial dalam menyajikan interaksi dengan satwa liar.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |