Liputan6.com, Jakarta Kabar duka menyelimuti dunia hiburan Tanah Air seiring berpulangnya penyanyi senior era 70-an, Dina Mariana, yang telah berjuang melawan kanker endometrium atau kanker dinding rahim sejak 2021. Kepergian sang penyanyi menambah deretan seniman Indonesia yang meninggal akibat penyakit kanker, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran tentang kesehatan reproduksi wanita. Perjuangan panjang Dina Mariana melawan penyakit ini menjadi sorotan publik sekaligus edukasi tentang bahaya kanker endometrium.
Kanker endometrium yang menjadi penyebab kepergian Dina Mariana merupakan jenis kanker yang menyerang bagian dinding rahim, di mana sel-sel di area tersebut mengalami perubahan abnormal pada DNA-nya. Kondisi ini dimulai ketika sel-sel normal pada dinding rahim mulai bermutasi dan berkembang secara tidak terkendali, membentuk massa tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dalam perkembangannya, kanker endometrium memiliki beragam gejala yang perlu diwaspadai, terutama ketika penyakit ini telah mencapai stadium lanjut atau mengalami metastasis. Deteksi dini melalui pengenalan gejala-gejala awal menjadi sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan penanganan yang lebih efektif.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai gejala kanker endometrium yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (4/11/2024).
Sebuah informasi yang menyebutkan bahwa wanita saat sedang menstruasi dilarang minum air es karena dapat menyebabkan kanker rahim beredar luas di media sosial. Benarkah?
Mengenal Kanker Endometrium
Dikutip dari laman Mayo Clinic, kanker endometrium adalah jenis kanker yang dimulai dengan tumbuhnya sel-sel di dalam rahim. Rahim adalah organ panggul berongga berbentuk buah pir tempat terjadinya perkembangan janin.
Kanker endometrium dimulai pada sel yang membentuk lapisan rahim. Lapisan endometrium berperan sebagai tempat menempelnya sel telur yang telah dibuahi. Dinding endometrium akan menebal sebelum menstruasi, kemudian meluruh dan terjadi menstruasi jika sel telur tidak dibuahi.
Kanker endometrium sering ditemukan pada stadium awal karena menimbulkan gejala. Seringkali gejala pertama adalah pendarahan vagina yang tidak teratur. Jika kondisi ini sudah terdeteksi sejak awal, komplikasi yang lebih parah pun dapat dicegah.
Penyebab Kanker Endometrium
Masih dari sumber yang sama, penyebab kanker endometrium tidak diketahui. Yang diketahui adalah terjadi sesuatu pada sel-sel di lapisan rahim yang mengubahnya menjadi sel kanker. Kanker endometrium dimulai ketika sel-sel di lapisan rahim, yang disebut endometrium, mengalami perubahan DNA. DNA sel menyimpan instruksi yang memberi tahu sel apa yang harus dilakukan. Perubahan tersebut memerintahkan sel untuk berkembang biak dengan cepat.
Perubahan tersebut juga memberitahu sel untuk terus hidup ketika sel sehat akan mati sebagai bagian dari siklus hidup alaminya. Hal ini menyebabkan banyak sel tambahan. Sel-sel tersebut mungkin membentuk massa yang disebut tumor. Sel-sel tersebut dapat menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Seiring berjalannya waktu, sel-sel tersebut dapat pecah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Gejala Kanker Endometrium
Tanda awal terjadinya kanker endometrium yakni pendarahan vagina yang tidak normal. Tanda-tandanya mulai dari perubahan pada periode menstruasi, perdarahan di antara periode menstruasi atau perdarahan setelah menopause. Selain itu, terdapat gejala lain dari kanker endometrium adalah:
- Nyeri di daerah panggul
- Muncul bercak darah di luar masa menstruasi
- Perdarahan terjadi sebelum atau setelah berhubungan seksual
Sedangkan pada pasien yang sudah menopause, gejala kanker endometrium adalah:
- Keputihan yang encer atau bercampur darah
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Perdarahan atau bercak darah dari vagina
Jika telah berkembang dan memasuki stadium lanjut, kanker endometrium akan menimbulkan gejala tambahan, seperti:
- Nyeri panggul
- Berat badan menurun
- Hilang nafsu makan
- Muncul benjolan di perut bagian bawah
- Tubuh mudah lelah
- Perut kembung
- Perubahan pada pola buang air kecil dan buang air besar
- Nyeri di perut bagian bawah, punggung, atau kaki
Type Kanker Endometium
- Kanker endometrium tipe 1 kurang agresif. Biasanya tidak menyebar ke jaringan lain dengan cepat.
- Kanker endometrium tipe 2 lebih agresif. Penyakit ini lebih mungkin menyebar ke luar rahim dan memerlukan perawatan yang lebih kuat.
Tenaga medis Anda juga akan menentukan stadium kanker. Kanker endometrium digolongkan dalam skala yang berkisar dari I hingga IV. Berikut ini penjelasannya:
- Kanker stadium I belum menyebar ke luar rahim Anda.
- Kanker stadium II telah menyebar ke leher rahim Anda.
- Kanker stadium III telah menyebar ke vagina, ovarium, dan/atau kelenjar getah bening Anda.
- Kanker stadium IV telah menyebar ke kandung kemih atau organ lain yang jauh dari rahim Anda.
Dalam beberapa kasus, tenaga medis Anda mungkin tidak dapat menentukan stadium kanker yang Anda derita sampai Anda menjalani operasi untuk mengangkatnya.
Kapan Harus ke Dokter
Bila mengalami pendarahan vagina yang tidak normal dan muncul gejala-gejala di atas, terutama memiliki faktor risiko kanker endometrium, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih serius. Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di bawah ini:
- Perdarahan yang terjadi 1 tahun sejak masa menopause, setelah melakukan hubungan seksual, atau di luar siklus menstruasi.
- Perdarahan di vagina berlangsung lebih dari 7 hari.
- Menstruasi terjadi lebih dari 1 kali dalam sebulan.
- Keputihan setelah menopause.
- Nyeri panggul atau kram yang tidak kunjung membaik.
Pemeriksaan sejak dini dapat mencegah terjadinya kanker endometrium dapat menyebar lebih luas. Selain itu, periksaan ini diperlukan agar penyebabnya dapat segera diketahui dan ditangani.
Pengobatan Kanker Endometrium
Dalam penanganan kanker endometrium, operasi menjadi pilihan utama pengobatan, khususnya ketika kanker terdeteksi pada stadium awal dan belum mengalami penyebaran ke bagian tubuh lainnya. Menurut Cancer Council Australia, tindakan operatif sering kali menjadi satu-satunya penanganan yang diperlukan dalam kondisi tersebut. Prosedur operasi yang paling umum dilakukan adalah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral, yang melibatkan pengangkatan rahim dan leher rahim. Prosedur ini dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu laparotomi (sayatan di perut) atau operasi laparoskopi (operasi lubang kunci).
Selain tindakan operatif, terapi radiasi dan kemoterapi juga menjadi pilihan pengobatan yang penting dalam penanganan kanker endometrium. Terapi radiasi menggunakan sinar-X untuk membunuh atau merusak sel kanker, biasanya digunakan sebagai pengobatan tambahan untuk mencegah kekambuhan, atau menjadi pilihan utama bila pasien tidak dapat menjalani operasi. Sementara itu, kemoterapi yang diberikan melalui intravena digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker rahim, menangani kekambuhan setelah operasi atau radioterapi, atau ketika kanker tidak merespons pengobatan hormon.
Imunoterapi hadir sebagai terobosan baru dalam pengobatan kanker endometrium dengan memanfaatkan sistem imun tubuh pasien untuk melawan sel-sel kanker. Pengobatan ini menggunakan kombinasi obat pembrolizumab dan lenvatinib, yang menjadi pilihan khususnya bagi pasien dengan kanker endometrium yang telah menyebar atau tidak lagi responsif terhadap kemoterapi. Pendekatan ini memberikan harapan baru bagi pasien yang tidak berhasil dengan pengobatan konvensional.
Terapi tertarget menjadi opsi pengobatan terkini yang dirancang untuk menyerang karakteristik spesifik sel kanker, dengan tujuan menghentikan pertumbuhan dan penyebarannya. Obat lenvatinib dalam terapi tertarget dapat digunakan baik secara tunggal untuk mengobati kanker yang telah menyebar atau kambuh, maupun dikombinasikan dengan imunoterapi untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. Dalam menentukan strategi pengobatan yang optimal, tim medis akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi pasien untuk memastikan pemilihan jenis penanganan yang paling tepat dan efektif.