Ciri-Ciri Gula Kering di Kaki dan Bedanya dengan Gula Basah, Waspadai Risiko Amputasi

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Penyakit diabetes melitus bukan hanya berbahaya karena kadar gula darah yang tinggi, tetapi juga karena komplikasinya yang menyerang berbagai bagian tubuh, salah satunya kaki. Banyak penderita diabetes mengalami luka di kaki yang sulit sembuh, bahkan berujung pada amputasi jika tidak ditangani dengan benar. Di masyarakat, kondisi ini kerap disebut sebagai “gula kering” dan “gula basah”.

Meskipun tidak termasuk istilah medis resmi, istilah tersebut cukup umum dipakai untuk membedakan jenis luka pada kaki penderita diabetes. Gula kering ditandai dengan luka yang kering dan hitam tanpa nanah, sementara gula basah justru menunjukkan luka yang terbuka, bernanah, dan berbau. Perbedaan ini tidak hanya terlihat dari tampilan luka, tetapi juga dari tingkat keparahan dan cara penanganannya.

Menurut informasi dari berbagai sumber medis, kondisi ini timbul akibat kerusakan saraf dan gangguan sirkulasi darah yang dialami penderita diabetes.

1. Mengenal Ciri-Ciri Gula Kering pada Kaki

Gula kering merupakan kondisi luka kering akibat komplikasi diabetes yang terjadi karena suplai darah yang sangat buruk ke jaringan tertentu. Luka yang ditimbulkan biasanya tidak bernanah, namun terlihat menghitam atau kebiruan karena jaringan yang mulai mati.

Gejala awal yang perlu diperhatikan adalah kulit kaki yang sangat kering dan keriput. Ini disebabkan oleh kerusakan saraf otonom yang mengontrol keringat. Akibatnya, kaki tidak lagi bisa berkeringat secara alami meskipun dalam kondisi panas, membuat kulit menjadi rapuh dan rentan luka.

Berikut adalah ciri-ciri gula kering di kaki:

  • Kulit kering dan kasar: Kulit kaki menjadi kering karena produksi keringat berkurang akibat kerusakan saraf.
  • Perubahan warna kulit: Kulit kaki bisa berubah warna menjadi cokelat, ungu, atau hitam karena gangren kering.
  • Luka sulit sembuh dan kering: Luka di kaki cenderung kering dan sulit sembuh akibat gangguan suplai darah dan saraf.
  • Kulit menebal atau kapalan: Bagian kaki yang sering mendapat tekanan bisa menebal sebagai respons tubuh.
  • Mati rasa atau kebas: Penderita merasakan kaki kebas akibat neuropati diabetik yang merusak saraf.
  • Kesemutan atau nyeri seperti terbakar: Sensasi kesemutan dan nyeri seperti disayat pisau sering muncul pada kaki diabetesi.
  • Penurunan pertumbuhan rambut di kaki: Rambut di kaki menipis atau hilang karena sirkulasi darah yang buruk.

Ini adalah gejala klasik dari neuropati diabetik, yang timbul akibat tingginya kadar gula darah yang terus-menerus merusak sistem saraf. Jika tidak segera ditangani, luka kecil pun bisa berubah menjadi gangren kering yang membahayakan.

2. Ciri-Ciri Gula Basah dan Tingkat Risiko Lebih Tinggi

Berbeda dengan gula kering, kondisi gula basah ditandai dengan luka terbuka yang basah, bernanah, dan berisiko tinggi mengalami infeksi serius. Luka ini sering kali mengeluarkan bau tidak sedap serta terlihat merah dan bengkak di sekitar jaringan yang luka.

Gula basah menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh penderita diabetes sudah sangat terganggu, ditambah kadar gula darah yang tidak terkendali. Akibatnya, tubuh tidak mampu melawan infeksi dengan baik. Luka yang tak kunjung sembuh dapat berkembang cepat menjadi ulkus diabetikum.

Menurut laporan medis, risiko amputasi pada penderita gula basah jauh lebih tinggi dibanding gula kering. Hal ini dikarenakan infeksi yang menyebar cepat dapat merusak jaringan sehat di sekitarnya. Penanganan luka semacam ini harus segera dilakukan oleh tenaga medis profesional. Berikut ciri-ciri lengkapnya: 

  • Luka terbuka yang basah dan sulit mengering.
  • Mengeluarkan cairan bernanah atau berwarna kekuningan.
  • Bau tidak sedap dari area luka.Kemerahan dan pembengkakan di sekitar luka.
  • Rasa nyeri atau perih pada luka yang semakin parah.
  • Kulit di sekitar luka terasa hangat, tanda adanya infeksi.
  • Luka sulit sembuh dan memburuk dengan cepat.
  • Tanda infeksi serius, seperti demam atau badan menggigil (pada kondisi berat).
  • Jaringan di sekitar luka bisa berubah warna menjadi kehitaman bila mulai mengalami kerusakan.
  • Berisiko tinggi mengalami komplikasi, seperti ulkus diabetikum dan amputasi jika tidak segera ditangani.

3. Perbedaan Gula Kering dan Gula Basah di Kaki

Kondisi Luka

  • Gula Kering: Luka kering, tidak mengeluarkan cairan.
  • Gula Basah: Luka basah, mengeluarkan nanah atau cairan.

Bau Luka:

  • Gula Kering: Tidak berbau menyengat.
  • Gula Basah: Mengeluarkan bau tidak sedap.

Tanda Infeksi:

  • Gula Kering: Umumnya tidak ada infeksi aktif.
  • Gula Basah: Terdapat infeksi serius, bisa menyebar cepat.

Tampilan Sekitar Luka:

  • Gula Kering: Kehitaman, tanda jaringan mati.
  • Gula Basah: Merah, bengkak, hangat, tanda peradangan.

Rasa Nyeri:

  • Gula Kering: Nyeri ringan atau tidak terasa.
  • Gula Basah: Nyeri lebih intens dan menyiksa.

Risiko Penyebaran:

  • Gula Kering: Risiko penyebaran rendah, tapi bisa berkembang jika tidak dirawat.
  • Gula Basah: Risiko penyebaran tinggi ke jaringan sehat.

Tingkat Bahaya:

  • Gula Kering: Relatif lebih stabil, tapi tetap perlu penanganan medis.
  • Gula Basah: Lebih berbahaya, berpotensi menyebabkan amputasi.

Kadar Gula Darah:

  • Gula Kering: Bisa terjadi meski kadar gula mulai terkontrol.
  • Gula Basah: Umumnya terjadi saat gula darah sangat tidak terkontrol.

Penanganan:

  • Gula Kering: Perlu pemantauan dan perawatan luka rutin.
  • Gula Basah: Harus segera ditangani oleh tenaga medis profesional.

4. Pengobatan Medis untuk Gula Kering dan Gula Basah

Langkah pertama dalam pengobatan adalah menjaga kebersihan kaki secara menyeluruh. Penderita harus mencuci kaki dengan air hangat, mengeringkannya dengan lembut, dan mengoleskan krim pelembap untuk mencegah kekeringan berlebih yang bisa memicu luka baru.

Jika sudah terdapat luka, dokter akan melakukan debridemen, yaitu tindakan medis untuk mengangkat jaringan mati guna mencegah penyebaran gangren. Penggunaan antibiotik juga diperlukan jika terdapat tanda-tanda infeksi, baik dengan salep topikal maupun melalui infus.

Pada beberapa kasus berat, terapi oksigen hiperbarik digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Terapi ini akan membantu meningkatkan oksigenasi jaringan dan mempercepat proses regenerasi kulit yang rusak. Dalam kondisi ekstrem, amputasi mungkin menjadi pilihan terakhir untuk menyelamatkan bagian tubuh lainnya.

5. Langkah Pencegahan Gula Kering dan Basah

Pencegahan dimulai dari pengendalian kadar gula darah melalui pola makan sehat, olahraga teratur, dan konsumsi obat sesuai anjuran dokter. Konsumsi makanan tinggi serat dan rendah gula sederhana sangat dianjurkan untuk menjaga kestabilan glukosa darah.

Rutin memeriksa kaki setiap hari penting dilakukan, terutama bagi penderita diabetes. Perhatikan tanda-tanda perubahan warna kulit, luka kecil, atau bengkak. Penggunaan sepatu yang nyaman, tidak sempit, dan kaus kaki yang menyerap keringat dapat mencegah gesekan atau tekanan berlebih pada kulit kaki.

Pemeriksaan rutin ke dokter, terutama spesialis penyakit kaki (podiatrist), dapat membantu mendeteksi potensi komplikasi sejak dini. Edukasi tentang perawatan kaki bagi penderita diabetes juga penting untuk mencegah kejadian yang membahayakan seperti amputasi.

6. Faktor Risiko dan Komplikasi yang Perlu Diwaspadai

Beberapa faktor risiko seperti pola makan tinggi gula, kurang olahraga, dan gaya hidup sedentari berkontribusi besar terhadap berkembangnya diabetes tipe 2 dan komplikasinya. Obesitas dan riwayat keluarga juga memperbesar risiko mengalami gula kering atau basah.

Komplikasi dari gula kering dan basah tidak terbatas hanya pada kaki. Retinopati (kerusakan retina), nefropati (kerusakan ginjal), dan kerusakan saraf permanen merupakan komplikasi lanjut yang sering dijumpai pada penderita diabetes tidak terkontrol.

Data menunjukkan bahwa satu dari tiga penderita diabetes mengalami komplikasi serius jika tidak melakukan pengelolaan penyakit secara disiplin. Pencegahan yang tepat dapat menurunkan risiko tersebut secara signifikan dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Pertanyaan Populer (PAA)

Apa perbedaan gula kering dan gula basah pada diabetes?

Gula kering ditandai dengan luka yang kering, tidak bernanah, dan biasanya tidak terinfeksi, sedangkan gula basah berupa luka terbuka, bernanah, dan sering terinfeksi parah.

Apakah gula kering bisa menyebabkan amputasi?

Ya, jika tidak ditangani, gangren kering akibat gula kering bisa berkembang menjadi luka parah yang memerlukan tindakan amputasi.

Bagaimana cara mengobati luka gula kering di kaki?

Pengobatan mencakup perawatan luka, penggunaan antibiotik jika diperlukan, terapi oksigen hiperbarik, dan pengendalian kadar gula darah secara ketat.

Apakah gula basah lebih berbahaya dari gula kering?

Gula basah cenderung lebih berbahaya karena risiko infeksinya lebih tinggi dan proses penyembuhannya lebih sulit, yang bisa berujung amputasi.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |