Angka Romawi Bukan Sekedar Simbol, Sistem Klasik yang Masih Bertahan Hingga Kini

5 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta Peran sistem numerasi sangat krusial dalam perkembangan peradaban manusia, terutama untuk kebutuhan pencatatan dan penghitungan. Salah satu sistem yang paling berpengaruh sepanjang sejarah adalah Angka Romawi, yang pertama kali dipakai oleh bangsa Romawi kuno sejak ribuan tahun lalu.

Meskipun sistem angka Arab telah mendominasi penggunaannya secara global, Angka Romawi masih mempertahankan tempatnya dalam budaya dan kehidupan masa kini. Simbol-simbolnya yang khas bukan hanya unik, tetapi juga merefleksikan sejarah kejayaan peradaban Romawi. Dalam konteks tertentu, penggunaan sistem ini juga dinilai lebih efisien.

Karena nilai sejarah dan fungsinya yang tetap relevan, tidak heran jika Angka Romawi terus menjadi materi penting yang dipelajari di sekolah. Ulasan lebih lanjut telah dirangkum oleh Liputan6.com, Kamis(9 /10/2025).

Asal-usul Angka Romawi

Menurut laman History Learning Site (“The History of Roman Numerals”), sejarah angka Romawi dimulai sekitar abad ke-8 hingga ke-9 SM, bertepatan dengan berdirinya kota Roma di sekitar Bukit Palatine. Sistem angka ini dipercaya merupakan turunan dari angka bangsa Etruscan, yang diadaptasi dari simbol-simbol Yunani Attic. Meskipun sistem ini tidak mengenal angka nol (0) dan memiliki keterbatasan untuk menghitung angka besar, angka Romawi terbukti efektif untuk berbagai keperluan administratif dan arsitektur di masa kejayaan Romawi.

Bangsa Romawi menggunakan angka-angka ini untuk mengatur perdagangan, pajak, serta pembangunan infrastruktur besar seperti Colosseum dan Lengkung Konstantinus. Angka Romawi memang memiliki kekurangan secara matematis, namun sistem ini menjadi bukti mutakhirnya peradaban Romawi di masa lampau.

Ada dua versi cerita mengenai asal-usul bentuk angka Romawi. Ada yang mengatakan bahwa bentuk angka romawi terinspirasi goresan berupa garis-garis (tally stick) yang digunakan gembala untuk menghitung ternak. Versi lain mengaitkan simbol angka Romawi dengan isyarat tangan, I sampai III melambangkan jari-jari yang diangkat, V menggambarkan ibu jari yang terbuka, dan X melambangkan dua tangan yang disilangkan.

Berkenalan dengan Simbo Angka Romawi

Dilansir dari laman Britanica, sistem numerasi Romawi terdiri dari tujuh simbol dasar, berikut diantaranya.

I mewakili nilai 1

V mewakili nilai 5

X mewakili nilai 10

L mewakili nilai 50

C mewakili nilai 100

D mewakili nilai 500

M mewakili nilai 1.000

Untuk membentuk angka selain tujuh simbol dasar, sistem numerasi Romawi mengkombinasikannya, contohnya:

II = 2 (1 + 1)

VIII = 8 (5 + 3)

IX = 9 (10 − 1)

XL = 40 (50 − 10)

LXXV = 75 (50 + 10 + 10 + 5)

Aturan Penggunaan Angka Romawi

Masih dari laman Britannica, terdapat beberapa aturan dalam penggunaan angka Romawi yang perlu diketahui.

1. Apabila sebuah simbol yang lebih kecil berada di sebelah kanan atau setelah simbol yang nilainya lebih besar, maka nilainya ditambahkan. Contoh:  V (5) dan I (1) menjadi VI yang melambangkan angka enam.

2. Sebaliknya, jika sebuah simbol yang lebih kecil berada di sebelah kiri simbol yang lebih besar, maka nilainya dikurangi. Contoh: I (1) dan V (5) menjadi IV yang melambangkan angka empat.

3. Simbol yang sama hanya boleh ditulis tigakali berturut-turut. Contoh:dilulis III, tetapi angka 4 tidak ditulis sebagai IIII, melainkan IV .

4. Simbol angka Romawi ditulis dari nilai terbesar ke terkecil, kecuali untuk kombinasi pengurangan.

Kapan Angka Romawi Digantikan Sistem Numerasi Arab?

Setelah dominan selama berabad-abad, sistem Angka Romawi perlahan mulai ditinggalkan. Sekitar abad ke-11 Masehi, numerasi romawi  mulai tergantikan oleh sistem angka Arab, atau dikenal juga sebagai sistem Hindu-Arab. Sistem baru yang revolusioner ini masuk ke Eropa berkat karya para ilmuwan Muslim dan kemudian dipopulerkan oleh matematikawan Italia, Leonardo Fibonacci, melalui bukunya yang terkenal, Liber Abaci.

Meskipun Angka Arab sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 900-an, penggunaan sistem ini baru benar-benar meluas dan diterima secara publik antara abad ke-14 hingga ke-17. Ekspansi ini didorong oleh perkembangan mesin cetak dan sistem ekonomi modern. Alasan utamanya adalah sistem angka Arab jauh lebih efisien karena mencakup simbol nol (0), yang memungkinkan perhitungan kompleks menjadi lebih mudah. Konsekuensinya, Angka Romawi bergeser perannya, dari alat hitung utama menjadi simbol budaya saja.

Meski demikian, Angka Romawi tetap lestari hingga hari ini dan masih sering digunakan dalam berbagai konteks formal atau seremonial, contohnya:

Penomoran ajang Super Bowl (misalnya Super Bowl LX).Penomoran perhelatan Olimpiade (misalnya Olimpiade XXXIV Los Angeles 2028).Nama raja dan paus (misalnya Charles III, Leo XIII)

Penanda bab buku, prasasti, film klasik, dan jam dinding

Mengapa Angka Romawi Masih Relevan

Meskipun sistem numerasi modern telah sepenuhnya mengambil alih fungsi hitungan sehari-hari, Angka Romawi masih memegang peranan vital, baik dari aspek budaya maupun pendidikan. Dalam konteks sekolah, mempelajari Angka Romawi membekali siswa dengan pemahaman tentang akar sejarah peradaban Barat dan evolusi kompleks sistem perhitungan manusia. Lebih dari itu, tampilannya yang unik dan penuh karakter membuatnya menjadi simbol tradisi dan keanggunan yang kerap digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari desain hingga karya seni dan arsitektur.

FAQ tentang Angka Romawi

1. Apa itu angka Romawi?

Angka Romawi adalah sistem penulisan angka yang berasal dari Roma kuno, menggunakan huruf I, V, X, L, C, D, dan M untuk mewakili nilai tertentu.

2. Mengapa angka Romawi tidak memiliki simbol nol?

Sistem ini berkembang dari praktik penghitungan konkret (seperti ternak dan barang dagangan), sehingga tidak memerlukan konsep “nol” seperti dalam sistem modern.

3. Apakah angka Romawi masih digunakan saat ini?

Ya, angka Romawi masih digunakan untuk penomoran bab buku, jam, nama penguasa, dan acara olahraga besar seperti Olimpiade dan Super Bowl.

Angka 2025 ditulis sebagai MMXXV.

5. Mengapa angka 4 di jam dinding sering ditulis IIII bukan IV?

Hal ini dilakukan demi keseimbangan visual dan simetri pada tampilan jam, bukan karena aturan matematis.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |