7 Mitos dan Pantangan Malam 1 Suro yang Masih Dipercaya hingga Sekarang

6 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta Malam 1 Suro selalu menjadi momen yang sarat makna dalam budaya Jawa. Bertepatan dengan pergantian Tahun Baru Jawa dan Tahun Baru Islam (1 Muharram), malam ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang besar. Banyak orang memanfaatkannya untuk melakukan tirakat, menyepi, atau sekadar merenungi hidup.

Namun di balik kesakralannya, Malam 1 Suro juga dibalut dengan berbagai mitos dan pantangan yang masih dipercayai sebagian masyarakat hingga kini. Tak sedikit yang memilih menghindari aktivitas penting seperti pindah rumah atau menikah pada malam ini karena dianggap "pamali".

Meski sebagian anggapan bersifat turun-temurun, mitos-mitos ini tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang hidup dan dihormati oleh masyarakat Jawa. Tidak hanya mengandung larangan, tapi juga mengajarkan makna kehati-hatian dan spiritualitas yang mendalam.

Berikut adalah 7 mitos dan pantangan Malam 1 Suro yang populer di kalangan masyarakat dan masih dijaga hingga hari ini.

1. Tidak Boleh Menggelar Pesta atau Hajatan

Salah satu pantangan paling dikenal adalah larangan mengadakan pesta, pernikahan, atau hajatan besar pada malam 1 Suro. Banyak orang percaya bahwa malam ini adalah waktu untuk menyepi, bukan untuk merayakan.

Menurut tradisi Jawa, menggelar pesta di malam ini bisa mendatangkan energi buruk atau gangguan tak terlihat. Masyarakat percaya bahwa para makhluk gaib lebih aktif di malam ini dan tidak suka keramaian.

Oleh sebab itu, banyak yang menunda acara penting hingga malam 1 Suro berlalu agar terhindar dari gangguan atau kesialan yang tidak diinginkan.

2. Tidak Dianjurkan Keluar Rumah di Malam Hari

Mitos berikutnya adalah larangan keluar rumah saat malam 1 Suro, terutama setelah Maghrib. Diyakini bahwa pada malam ini banyak makhluk halus berkeliaran.

Jika keluar rumah tanpa alasan penting, seseorang bisa saja "terkena" gangguan gaib atau mengalami hal-hal di luar nalar. Oleh karena itu, malam ini dianggap sebagai waktu terbaik untuk berada di dalam rumah, berzikir, atau melakukan tirakat.

Kepercayaan ini juga mengajarkan pentingnya kehati-hatian dan menghindari risiko yang tidak perlu di waktu-waktu yang dianggap sensitif.

3. Pindah Rumah atau Bangun Rumah Dilarang

Dalam budaya Jawa, pindah rumah atau memulai pembangunan rumah pada malam 1 Suro dianggap tidak baik. Aktivitas ini dipercaya bisa membawa sial atau rezeki yang tidak lancar.

Banyak orang tua zaman dulu menunda proses pindahan meskipun sudah dijadwalkan, hanya karena bertepatan dengan malam Suro. Bahkan, hari baik dalam kalender Jawa akan dihitung ulang demi menghindari tanggal ini.

Secara spiritual, malam ini dianggap sebagai waktu untuk berhenti sejenak, bukan memulai sesuatu yang besar.

4. Tidak Boleh Mengucapkan Ucapan Buruk atau Kasar

Malam 1 Suro dipercaya sebagai malam yang "bertuah", sehingga ucapan memiliki kekuatan lebih. Mengatakan hal buruk atau berucap sembarangan dikhawatirkan akan menjadi kenyataan.

Masyarakat diajarkan untuk menjaga lisan dan lebih banyak diam atau berdzikir. Dalam beberapa tradisi, bahkan ada yang menjalani tirakat tapa bisu alias tidak berbicara semalaman.

Makna dari larangan ini bukan hanya soal mitos, tetapi juga pelajaran untuk berhati-hati dalam berbicara, terutama saat suasana sedang sakral.

5. Larangan Bepergian Jauh atau Menginap di Luar Kota

Bepergian di malam 1 Suro juga termasuk pantangan yang cukup populer. Jika tidak dalam kondisi mendesak, masyarakat biasanya menunda perjalanan jauh.

Mitosnya, malam ini memiliki energi spiritual yang tidak stabil, dan perjalanan di waktu ini dianggap bisa membawa kesialan atau celaka. Terutama jika melewati tempat-tempat yang angker atau sepi.

Sebagai gantinya, malam ini lebih banyak dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga atau melakukan kegiatan spiritual di rumah.

6. Mitos Turunnya Nyi Roro Kidul dan Makhluk Halus

Malam 1 Suro sering dikaitkan dengan kepercayaan bahwa Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan, turun ke daratan. Banyak orang percaya bahwa energi gaib di malam ini sangat kuat.

Oleh karena itu, orang-orang dihimbau untuk tidak mandi malam, tidak berdandan berlebihan, atau bersikap sembrono. Mitos ini dimaksudkan agar manusia menghormati dunia spiritual.

Meski tidak semua mempercayai hal ini secara harfiah, pesan moralnya adalah menjaga sikap dan menghormati malam yang dianggap sakral.

7. Harus Melakukan Tirakat atau Penyucian Diri

Bukan hanya larangan, malam 1 Suro juga diyakini sebagai waktu terbaik untuk bertirakat, menyendiri, atau membersihkan batin. Beberapa orang juga melakukan penyucian benda pusaka.

Masyarakat percaya bahwa energi malam ini mendukung kegiatan spiritual seperti meditasi, doa bersama, hingga mandi kembang. Bahkan, keraton-keraton di Jawa kerap mengadakan prosesi kirab pusaka.

Tradisi ini menunjukkan bahwa meski penuh pantangan, malam 1 Suro juga menyimpan banyak makna positif jika dimaknai secara bijak.

Seputar Mitos Malam 1 Suro

1. Apakah benar menikah di malam 1 Suro bisa membawa sial?

Kepercayaan ini masih kuat di masyarakat Jawa. Banyak yang memilih menghindari pernikahan di malam 1 Suro untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan, meski tidak semua percaya.

2. Apa yang harus dilakukan saat malam 1 Suro menurut adat Jawa?

Biasanya masyarakat melakukan tirakat, tapa bisu, zikir bersama, atau menyucikan benda pusaka. Intinya adalah menyucikan batin dan menjauh dari hura-hura.

3. Bolehkah bepergian saat malam 1 Suro?

Secara budaya, tidak dianjurkan kecuali mendesak. Bepergian pada malam ini dipercaya rawan gangguan gaib atau sial secara spiritual.

4. Apakah malam 1 Suro sama dengan malam 1 Muharram?

Ya, malam 1 Suro dalam kalender Jawa biasanya bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, namun makna dan praktik budayanya bisa berbeda.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |