5 Contoh Ceramah Singkat Tentang Ikhlas, Mudah Dipahami dan Diamalkan

5 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Ikhlas merupakan fondasi utama dalam setiap ibadah seorang Muslim. Tanpa ikhlas, amal kebaikan yang dilakukan bisa kehilangan nilainya di sisi Allah SWT. Dalam konteks dakwah dan pembinaan akhlak, banyak yang mencari ceramah singkat tentang ikhlas yang mudah dipahami serta dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, ikhlas bukan hanya urusan niat, tetapi juga ujian hati dalam menghadapi pujian, kritik, maupun godaan riya’. 

Dalam Buku Induk Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali yang disadur oleh KH. M. Luqman Hakim, dijelaskan bahwa ikhlas adalah memurnikan niat dalam segala amal agar hanya karena Allah, bukan karena makhluk. Pernyataan ini menegaskan bahwa keikhlasan bukan sekadar ucapan, tetapi usaha hati yang terus-menerus diperjuangkan. Oleh karena itu, penting bagi para dai atau guru untuk menyampaikan ceramah singkat tentang ikhlas yang bisa menyentuh hati pendengar, terutama dalam konteks sederhana namun mendalam. 

Sementara itu, dalam buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah karya Syaikh Mahmud Al-Mishri, juga dijelaskan bahwa Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam keikhlasan, baik dalam ibadah maupun amal sosial. Beliau tidak pernah mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia. Inilah yang menjadikan setiap perkataan dan perbuatan beliau penuh pengaruh dan keberkahan. Dengan meneladani sifat ini, ceramah singkat tentang ikhlas dapat dijadikan sarana memperbaiki niat dalam bekerja, menolong orang lain, hingga beribadah secara tersembunyi tanpa ingin dilihat atau dibalas manusia. 

Berikut ini Liputan6.com ulas selengkapnya, Rabu (9/7/2025). 

Momen unik dialami oleh Ustaz Mohd Nazrul alias Syeikh Nazrul Nasir, guru agama asal Kedah. Saat sedang ceramah, Syeikh Nazrul diganggu oleh kucing yang coba naik ke atas pundaknya.

Ceramah Singkat 1: Ikhlas dalam Ibadah, Kunci Diterimanya Amal 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji hanya milik Allah SWT, Dzat yang mengetahui isi hati setiap hamba. Salawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, teladan utama dalam keikhlasan dan penghambaan. 

Jamaah yang dirahmati Allah, hari ini mari kita renungi tentang pentingnya ikhlas dalam beribadah. Ikhlas artinya melakukan semua amal semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji, disanjung, atau terlihat hebat. Dalam Al-Qur’an surat Al-Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman: 

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama..." 

Rasulullah SAW bersabda, 

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Artinya, ibadah kita hanya akan diterima jika niatnya tulus karena Allah. Maka, salat kita, puasa kita, sedekah kita, semuanya harus dilandasi niat yang murni untuk mendapatkan ridha Allah. 

Saudaraku, mari kita jaga niat dalam setiap amal. Jangan sampai amal yang kelihatannya besar justru gugur karena tercampur dengan riya’. Semoga Allah membersihkan hati kita, menjadikan amal-amal kita penuh keikhlasan, dan menerima semua ibadah kita. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Ceramah Singkat 2: Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menanamkan dalam Islam nilai luhur berupa keikhlasan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa ikhlas dalam dakwah dan amalnya, bahkan di tengah ujian yang berat. 

Saudaraku, ikhlas tidak hanya terbatas dalam ibadah formal seperti salat dan puasa. Ikhlas harus mewarnai setiap aktivitas kita: saat bekerja, belajar, menolong orang lain, bahkan tersenyum pun bisa menjadi ibadah, jika diniatkan karena Allah. Rasulullah SAW bersabda: 

"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim) 

Ikhlas menjadikan hidup lebih tenang, karena kita tidak menggantungkan diri pada pujian manusia. Kita tetap berbuat baik, meski tak dilihat orang. Kita tetap menolong, meski tak dibalas. Karena kita yakin, balasan terbaik berasal dari Allah. Inilah ketulusan sejati yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sepanjang hidupnya. 

Mari kita latih diri untuk selalu ikhlas. Niatkan setiap langkah karena Allah. Jika kita ikhlas, insya Allah setiap amal, sekecil apa pun, akan bernilai besar di sisi-Nya. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Ceramah Singkat 3: Ikhlas dalam Menghadapi Musibah 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Bijaksana dalam setiap takdir-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang hidupnya penuh ujian namun tetap ikhlas dan sabar dalam menghadapinya. 

Jamaah yang dirahmati Allah, salah satu bentuk keikhlasan yang paling berat adalah ikhlas saat menerima musibah. Ketika kita kehilangan sesuatu, tertimpa ujian, atau dilanda kesedihan, saat itulah hati kita diuji, apakah kita tetap bersandar pada Allah atau justru mengeluh dan menyalahkan takdir. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155: 

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." 

Orang yang ikhlas akan berkata seperti dalam lanjutan ayat 156, yang berbunyi: 

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun 

Artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.” 

Ini adalah ucapan keimanan, bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah, dan sewaktu-waktu bisa kembali kepada-Nya. Rasulullah SAW pun bersabda: 

"Besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka." (HR. Tirmidzi) 

Maka saudaraku, mari belajar ikhlas saat tertimpa musibah. Jangan biarkan hati kita memberontak pada takdir. Yakinlah, bahwa setiap air mata yang jatuh karena sabar dan ikhlas, akan diganti Allah dengan pahala yang tak terhingga. Semoga Allah meneguhkan hati kita dalam menghadapi ujian hidup dengan lapang dada dan ketulusan niat. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Ceramah Singkat 4: Hakikat Ikhlas 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan kita beribu-ribu kenikmatan, baik nikmat iman dan Islam ataupun nikmat sehat walafiat, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul tanpa satu halangan apa pun dan tidak kurang satu pun untuk hadir di acara yang insyaallah dimuliakan oleh Allah SWT. 

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang telah yang telah banyak mengajarkan kepada kita tentang keikhlasan. Ikhlas merupakan salah satu sunnahnya. Oleh sebab itu, kita diharuskan untuk senantiasa mengikutinya. 

Ikhlas adalah amaliah hati yang tingkatannya sangat tinggi. Ikhlas berbeda dengan sabar, yang merupakan penerimaan atas suatu ketetapan, ketentuan dan sesuatu yang mengenai diri seseorang. Ikhlas justru sebaliknya, di mana baru akan terlihat setelah terjadinya suatu amal. Orang yang ikhlas dalam beramal adalah mereka yang merasa seakan-akan tidak melakukan amal itu. Kita biasa menganalogikan ikhlas seperti halnya bekerja tanpa minta upah. 

Saking tingginya amalan ini, ibadah yang mengharapkan surga belum terhitung ikhlas sebab masih mengharapkan upah dari Allah SWT. Akan tetapi, tingkatan ini sudah sangat tinggi, tidak untuk orang awam seperti saya dan Anda. Kita ini tingkatannya masih rendah. 

Tapi, bukan berarti beramal karena mengharap surga dan takut neraka itu tidak baik. Menurut Imam Al-Ghazali, beramal karena mengharap surga itu hukumnya sah dan bagus serta berfaedah untuk diterimanya suatu amal. 

Menurut Imam Al-Ghazali, hakikat ikhlas adalah kemurnian niat dari kotoran-kotoran yang mencampurinya. Mau sholat, ya sholat aja. Makan ya makan aja. Pergi ya pergi aja. Tanpa memikirkan hal-hal lain. 

Allah SWT berfirman melalui Al-Qur'an pada Surat Al-Bayyinah ayat 5: 

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ – 5 

Artinya: "Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqomah), melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)." (QS Al-Bayyinah: 5) 

Ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa tingginya derajat sifat ikhlas. Dengan ikhlas, semua orang dengan profesinya masing-masing telah menjadi seorang sufi (orang yang bersih hatinya). Dengan didasari rasa ikhlas ini, seorang pedagang akan menjadi pedagang yang baik dan jujur, seorang petani menjadi petani yang baik, seorang pejabat menjadi pejabat yang baik, dan seterusnya. 

Menurut Imam Al-Ghazali, "Semua manusia akan rusak, kecuali manusia yang berilmu. Semua manusia berilmu akan rusak, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Semua manusia berilmu yang mengamalkan ilmunya akan rusak, kecuali yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas pun masih dalam keadaan kekhawatiran yang besar." 

Dari ungkapan Imam Al-Ghazali tersebut, semua ilmu dan amal akan sia-sia jika di dalamnya tidak ada sifat ikhlas. Ilmu dan amal itu tidak dapat dibanggakan. Bagaimana mau dibanggakan, sedangkan yang ikhlas saja masih dalam keadaan khawatir yang besar. 

Maka, bapak ibu dan sahabatku sekalian. Mari, mulai saat ini kita tanamkan rasa ikhlas. Ke mana pun kita pergi, jangan lupa kita kantongi tuh ikhlas. Seperti saat ini, kalau kita sedang membawa uang, mari sisihkan ke kotak amal. Syukur-syukur yang jumlahnya besar. 

Sebab menurut Imam Al-Ghazali, sifat ikhlas mempunyai prinsip dan hakikat. Kalau kita sudah mencari-cari alasan, prinsip dan hakikat itu akan hilang. Demikian yang bisa saya sampaikan semoga ada manfaat yang bisa kita ambil untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Ceramah Singkat 5: Ikhlas dalam Memberi dan Bersedekah 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Segala puji hanya milik Allah SWT, Dzat yang Maha Memberi dan Maha Mengetahui setiap niat hamba-Nya, yang menciptakan hati dan menguji keikhlasan dalam setiap amal. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan dalam semua aspek kehidupan, yang tak pernah mengharapkan balasan kecuali dari Allah saja. 

Jamaah yang dirahmati Allah, hari ini kita akan membahas tentang ikhlas dalam memberi dan bersedekah. Kita semua tahu bahwa bersedekah adalah perbuatan yang mulia. Namun, sedekah tidak hanya diukur dari jumlah dan bentuknya, melainkan dari apa yang tersembunyi dalam hati saat memberikannya. Jika kita memberi dengan niat agar dipuji, dihormati, atau disebut dermawan, maka amal itu tidak bernilai di sisi Allah. Tapi jika kita memberi dengan niat semata-mata karena Allah, maka sekecil apa pun sedekah itu akan dilipatgandakan pahalanya. 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Insan ayat 9, yang artinya: 

"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharap wajah Allah. Kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih dari kamu." 

Ayat ini menggambarkan sifat orang-orang saleh yang bersedekah dengan hati bersih, tanpa menginginkan balasan apa pun dari manusia. Mereka hanya mengharap ridha Allah dan balasan dari-Nya di akhirat. 

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menyumbang ke masjid, membantu tetangga, atau mentraktir teman, namun dalam hati muncul harapan agar orang lain memuji atau membalas kebaikan kita. Inilah bentuk ikhlas yang masih tercemar. Rasulullah SAW bersabda: 

"Barang siapa bersedekah seberat satu biji kurma dari hasil yang halal, dan Allah hanya menerima yang halal, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia memeliharanya untuk pelakunya sebagaimana seseorang dari kalian memelihara anak kuda, sampai akhirnya sedekah itu menjadi seperti gunung." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Sedekah yang ikhlas tidak hanya menyelamatkan kita dari siksa api neraka, tetapi juga menjadi sumber keberkahan hidup. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: 

"Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi) 

Namun ingat, hanya sedekah yang dilakukan dengan ikhlas yang memiliki kekuatan seperti itu. Sedekah yang dicampur dengan riya (pamer) tidak hanya tidak bernilai, tapi bisa menjadi dosa. Oleh karena itu, marilah kita periksa kembali niat kita saat memberi. Apakah kita berharap pujian? Atau kita benar-benar ingin meringankan beban orang lain karena cinta kepada Allah? Bersedekahlah dengan hati yang bersih, bahkan jika hanya bisa memberi sedikit. Ingat, keikhlasan adalah jiwa dari sedekah itu sendiri. Jangan sampai amal yang besar di mata manusia, justru ringan di sisi Allah karena tidak dilandasi niat yang benar. 

Jangan pula kita menunda-nunda bersedekah menunggu kaya, karena ikhlas itu tidak bergantung pada jumlah. Rasulullah SAW bersabda: 

"Takutlah kalian kepada neraka, walaupun hanya dengan bersedekah sebiji kurma." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Jamaah sekalian, semoga setiap sedekah yang kita keluarkan, baik harta, tenaga, ilmu, maupun waktu, menjadi amal yang diterima dan diridhai oleh Allah SWT. Marilah kita terus melatih hati agar ikhlas dalam memberi, tidak menuntut balasan, dan hanya mengharap wajah-Nya yang mulia. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

QnA Seputar Ceramah Singkat Tentang Ikhlas 

Q: Apa pengertian ikhlas dalam Islam? 

A: Ikhlas adalah memurnikan niat dalam setiap amal perbuatan hanya untuk mencari ridha Allah SWT, tanpa mengharap pujian, balasan, atau pengakuan dari manusia. 

Q: Mengapa ikhlas itu penting dalam amal ibadah? 

A: Karena tanpa ikhlas, amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah ﷻ. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: 

"Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Q: Apa contoh sederhana dari sikap ikhlas dalam kehidupan sehari-hari? 

A: Contohnya adalah membantu teman tanpa mengharap imbalan, membersihkan masjid tanpa diketahui orang lain, atau memberi sedekah tanpa memamerkan kepada siapa pun. 

Q: Apakah seseorang boleh senang jika dipuji atas amalnya? Apakah itu mengurangi keikhlasan? 

A: Jika pujian datang tanpa diminta dan tidak mengubah niat dalam beramal, maka hal itu tidak mengurangi keikhlasan. Tapi jika seseorang sengaja beramal agar dipuji, maka amalnya tercampur riya dan tidak diterima oleh Allah. 

Q: Apa bahaya jika amal dilakukan tanpa keikhlasan? 

A: Amalnya tidak diterima oleh Allah dan bisa menjadi bentuk riya (pamer), yang termasuk dosa besar. Riya dapat menghapus pahala dan menjadikan amal sia-sia di akhirat. 

Q: Apa hubungan antara ikhlas dan sabar dalam musibah? 

A: Orang yang ikhlas menerima takdir Allah akan lebih mudah bersabar saat diuji. Ia percaya bahwa semua datang dari Allah dan yakin ada hikmah serta pahala di balik musibah. 

Q: Apa keutamaan orang yang ikhlas dalam memberi atau bersedekah? 

A: Allah akan lipatgandakan pahalanya, bahkan amal yang kecil bisa menjadi besar. Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya Allah hanya menerima sedekah dari yang halal, dan Dia memeliharanya sampai menjadi seperti gunung." (HR. Bukhari dan Muslim) 

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |