Liputan6.com, Jakarta Dalam berkomunikasi sehari-hari, kita sering tanpa sadar menggunakan kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata-kata ini dikenal sebagai kata tidak baku, yang meskipun umum digunakan dalam percakapan informal, sebaiknya dihindari dalam situasi formal atau penulisan resmi.
Penggunaan kata tidak baku sebenarnya adalah hal yang wajar dalam konteks tertentu, namun pemahaman tentang perbedaan antara kata baku dan tidak baku tetap penting untuk meningkatkan kualitas berbahasa kita. Terutama ketika kita perlu menulis dokumen resmi, makalah akademik, atau berkomunikasi dalam situasi formal.
Menariknya, banyak orang masih kesulitan membedakan mana kata yang termasuk baku dan mana yang tidak baku. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kata tidak baku, mulai dari pengertian, ciri-ciri, hingga contoh-contoh yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (4/11/2024).
Dengan kemampuan bahasa Inggris yang minim, Armaya Doremi bertekad untuk melanjutkan kuliah S2 di AS dengan beasiswa yang diperolehnya. Dengan kerja keras dan determinasi tinggi, ia berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik, bahkan terpilih untuk m...
Pengertian Kata Tidak Baku
Kata tidak baku adalah kata-kata yang penulisan atau pengucapannya tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah dibakukan. Ketidakbakuan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti pengaruh bahasa daerah, bahasa asing, atau penyederhanaan dalam pengucapan sehari-hari.
Karakteristik Utama Kata Tidak Baku
1. Tidak sesuai dengan KBBI atau PUEBI
Kata tidak baku sering kali memiliki penulisan atau pengucapan yang menyimpang dari ketentuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Misalnya, penulisan "praktek" yang tidak sesuai dengan bentuk baku "praktik", atau "apotik" yang seharusnya ditulis "apotek".
2. Dipengaruhi dialek atau logat daerah
Pengaruh bahasa daerah sering kali membuat kata-kata mengalami perubahan bentuk atau pengucapan. Contohnya, kata "udah" yang berasal dari pengaruh dialek Jakarta untuk kata "sudah", atau "arek" dalam dialek Jawa Timur untuk kata "anak". Kata-kata seperti ini, meskipun umum digunakan di daerah tertentu, tetap termasuk dalam kategori tidak baku.
3. Mengandung unsur bahasa asing yang belum diserap secara resmi
Banyak kata tidak baku berasal dari adopsi langsung bahasa asing tanpa melalui proses pembakuan. Misalnya, penggunaan kata "download" yang belum diserap secara resmi, di mana bentuk bakunya adalah "unduh", atau kata "sharing" yang bentuk bakunya adalah "berbagi". Kata-kata seperti ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari tetapi belum diakui sebagai kata baku dalam bahasa Indonesia.
4. Merupakan bentuk penyederhanaan dari kata baku
Kata tidak baku sering muncul sebagai hasil penyederhanaan atau pemendekan dari kata baku. Contohnya, "lab" sebagai bentuk singkat dari "laboratorium", atau "perpus" dari kata "perpustakaan". Meskipun lebih praktis dalam penggunaan sehari-hari, bentuk-bentuk singkat ini tetap dikategorikan sebagai kata tidak baku.
5. Umumnya digunakan dalam percakapan informal
Kata tidak baku lebih sering muncul dalam situasi santai atau informal, seperti percakapan dengan teman, chatting, atau media sosial. Kata-kata seperti "gue" (saya), "gimana" (bagaimana), atau "nggak" (tidak) adalah contoh kata tidak baku yang sangat umum dalam percakapan sehari-hari tetapi tidak tepat digunakan dalam situasi formal.
Ciri-Ciri Kata Tidak Baku
Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari, kita perlu memahami ciri-ciri kata tidak baku untuk dapat membedakannya dengan kata baku. Pemahaman ini penting agar kita bisa memilih penggunaan kata yang tepat sesuai dengan konteks dan situasi. Berikut adalah ciri-ciri utama yang dapat membantu kita mengidentifikasi kata tidak baku:
1. Penyimpangan dari Aturan Baku
Ciri paling mendasar dari kata tidak baku adalah adanya penyimpangan dari kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam KBBI dan PUEBI. Penyimpangan ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kesalahan ejaan hingga penggunaan struktur kata yang tidak sesuai. Misalnya, penulisan "sistim" yang tidak sesuai dengan bentuk baku "sistem", atau penggunaan "dirubah" yang seharusnya "diubah". Kata-kata seperti ini sering muncul karena kebiasaan pengucapan yang tidak tepat atau kurangnya pemahaman tentang aturan baku bahasa Indonesia.
2. Pengaruh Bahasa Lain
Kata tidak baku sering kali muncul akibat pengaruh kuat dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Dalam penggunaan sehari-hari, banyak kata yang tercampur dengan unsur bahasa daerah atau merupakan adopsi langsung dari bahasa asing tanpa penyesuaian yang tepat. Contohnya, penggunaan kata "ngopi" yang berasal dari bahasa Jawa, atau "feeling" yang diambil langsung dari bahasa Inggris. Meskipun kata-kata ini mudah dipahami dalam komunikasi informal, penggunaannya dalam konteks formal tetap dianggap tidak baku.
3. Bentuk Penyederhanaan
Karakteristik lain yang umum ditemui pada kata tidak baku adalah kecenderungan untuk menyederhanakan kata-kata baku menjadi bentuk yang lebih ringkas atau mudah diucapkan. Proses penyederhanaan ini bisa berupa penghilangan huruf, pengurangan suku kata, atau pemendekan kata. Sebagai contoh, kata "laboratorium" sering disingkat menjadi "lab", "perpustakaan" menjadi "perpus", atau "bagaimana" menjadi "gimana". Penyederhanaan seperti ini, meskipun praktis dalam komunikasi sehari-hari, tetap dikategorikan sebagai bentuk tidak baku dan sebaiknya dihindari dalam situasi formal.
Penggunaan Kata Tidak Baku
Meskipun kata tidak baku dianggap menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang standard, keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja dalam dinamika berbahasa. Kata tidak baku memiliki peran dan fungsinya sendiri dalam komunikasi, terutama dalam konteks-konteks tertentu yang tidak menuntut penggunaan bahasa formal. Berikut adalah beberapa situasi di mana kata tidak baku umum digunakan:
1. Komunikasi Informal
Dalam interaksi sehari-hari, penggunaan kata tidak baku justru bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab. Ketika berbicara dengan teman, keluarga, atau dalam situasi kasual, penggunaan kata tidak baku dapat membuat komunikasi terasa lebih natural dan tidak kaku. Misalnya, penggunaan kata "nggak" alih-alih "tidak", atau "makasih" sebagai pengganti "terima kasih" bisa membuat percakapan mengalir lebih alami. Bahkan dalam konteks media sosial dan aplikasi chat, penggunaan kata tidak baku telah menjadi semacam norma yang diterima secara luas.
2. Konteks Tertentu
Ada kalanya kata tidak baku menjadi pilihan yang tepat dalam konteks-konteks khusus yang membutuhkan pendekatan bahasa yang lebih fleksibel. Dalam dunia periklanan misalnya, penggunaan kata tidak baku bisa menjadi strategi efektif untuk menjangkau target audiens tertentu atau menciptakan kesan yang lebih dekat dengan konsumen. Demikian juga dalam konteks humor atau hiburan, di mana kata tidak baku sering digunakan untuk menciptakan efek komedi atau membangun karakter tertentu. Penggunaan bahasa gaul atau slang yang termasuk dalam kategori tidak baku juga bisa menjadi penanda identitas dalam komunitas atau kelompok sosial tertentu.
3. Kreativitas Berbahasa
Kata tidak baku juga memiliki peran penting dalam pengembangan kreativitas berbahasa. Dalam karya sastra, puisi, atau bentuk-bentuk ekspresi kreatif lainnya, penggunaan kata tidak baku bisa menjadi alat untuk mencapai efek artistik tertentu atau menyampaikan pesan dengan cara yang unik. Penulis atau seniman sering memanfaatkan kata tidak baku untuk membangun suasana, menggambarkan karakter, atau menciptakan gaya bahasa yang khas. Dalam konten-konten kreatif di media sosial atau platform digital lainnya, penggunaan kata tidak baku juga bisa menjadi bagian dari strategi untuk membangun engagement dengan audiens atau menciptakan konten yang lebih menarik dan relatable.
Contoh Kata Tidak Baku yang Sering Digunakan
Berikut adalah beberapa contoh kata tidak baku yang sering kita temui beserta bentuk bakunya:
1 | abjat | abjad |
2 | absorsi | absorpsi |
3 | adap | adab |
4 | adesi | adhesi |
5 | adi busana | adibusana |
6 | adi daya | adidaya |
7 | ajektif | adjektif |
8 | admin | administrator |
9 | adpokat | advokat |
10 | afdol | afdal |
11 | agamis | agamais |
12 | ajeg | ajek |
13 | akherat | akhirat |
14 | aksesoris | aksesori |
15 | aktip | aktif |
16 | aktifitas | aktivitas |
17 | aktuil | aktual |
18 | aquarium | akuarium |
19 | almunium | aluminium |
20 | ambulan | ambulans |
21 | analisa | analisis |
22 | handal | andal |
23 | antene | antena |
24 | antri | antre |
25 | anugrah | anugerah |
26 | aparatur | aparat |
27 | opostrop | apostrof |
28 | apotik | apotek |
29 | azas | asas |
30 | azasi | asasi |
31 | atlit | atlet |
32 | atmosfir | atmosfer |
33 | aditorium | auditorium |
34 | otentik | autentik |
35 | otopsi | autopsi |
36 | adzan | azan |
37 | baqa | baka |
38 | baligh | balig |
39 | balsem | balsam |
40 | bandrol | banderol |
41 | barzah | barzakh |
42 | batalyon | batalion |
43 | batere | baterai |
44 | bathil | batil |
45 | bhayangkara | bayangkara |
46 | bazaar | bazar |
47 | bercermin | becermin |
48 | bengkoang | bengkuang |
49 | bensol | benzol |
50 | esok | besok |
51 | berterbangan | beterbangan |
52 | bisep | biseps |
53 | blangko | blanko |
54 | belender | blender |
55 | bok | boks |
56 | bolpen | bolpoin |
57 | bosen | bosan |
58 | bemper | bumper |
59 | bangker | bungker |
60 | bis | bus |
61 | cabe | cabai |
62 | cape, capek | capai |
63 | cap cai | capcai |
64 | cidera | cedera |
65 | cendikia | cendekia |
66 | cendikiawan | cendekiawan |
67 | cengkram | cengkeram |
68 | cengkrama | cengkerama |
69 | cengkeh | cengkih |
70 | cenderamata | cinderamata |
71 | coklat | cokelat |
72 | daptar | daftar |
73 | da'i | dai |
74 | da'wah | dakwah |
75 | dharma | darma |
76 | debet | debit |
77 | debitur | debitor |
78 | dekrit | dekret |
79 | deodorant | deodoran |
80 | depo | depot |
81 | deputy | deputi |
82 | derajad | derajat |
83 | design | desain |
84 | detil | detail |
85 | deterjen | detergen |
86 | defiasi | deviasi |
87 | diagnosa | diagnosis |
88 | despenser | dispenser |
89 | destilasi | distilasi |
90 | deviden | dividen |
91 | donator | donatur |
92 | duren | durian |
93 | efektip | efektif |
94 | efektifitas | efektivitas |
95 | ekosistim | ekosistem |
96 | eksim | eksem |
97 | eksibisi | ekshibisi |
98 | eksport | ekspor |
99 | extra | ekstra |
100 | ekstrakulikuler | ekstrakurikuler |
101 | ekstrim | ekstrem |
102 | ekwivalen, equivalen | ekuivalen |
103 | elektroda | elektrode |
104 | elip | elips |
105 | elit | elite |
106 | mas | emas |
107 | hembus | embus |
108 | hempas | empas |
109 | engine | enjin |
110 | ensiklopedi | ensiklopedia |
111 | episod | episode |
112 | ephos | epos |
113 | essai | esai |
114 | esen | esens |
115 | sekuadron | eskadron |
116 | ethanol | etanol |
117 | faqih | fakih |
118 | faksimil | faksimili |
119 | familiar | familier |
120 | farmakop | farmakope |
121 | pavorit | favorit |
122 | pebruari | februari |
123 | peri | feri |
124 | philipina | filipina |
125 | filem | film |
126 | filosof | filsuf |
127 | finish | finis |
128 | plat | flat |
129 | polio | folio |
130 | formil | formal |
131 | photo | foto |
132 | foto copy | fotokopi |
133 | fotosintesa | fotosintesis |
134 | frekwensi | frekuensi |
135 | ghaib | gaib |
136 | galaktose | galaktosa |
137 | galery | galeri |
138 | gep | gap |
139 | geyser | geiser |
140 | geladi resik | geladi bersih |
141 | glondong | gelondong |
142 | geneologi | genealogi |
143 | genteng | genting |
144 | grebek | gerebek |
145 | greget | gereget |
146 | grendel | gerendel |
147 | gip | gips |
148 | glamour | glamor |
149 | glukoma | glaukoma |
150 | glosary | glosarium |
151 | glukose | glukosa |
152 | ongseng | gongseng |
153 | gria | griya |
154 | group | grup |
155 | goa | gua |
156 | gubug | gubuk |
157 | gudek | gudeg |
158 | goncang | guncang |
159 | hadist | hadis |
160 | hapal | hafal |
161 | hakekat | hakikat |
162 | hal-ihwal | hal-hal |
163 | hektar | hektare |
164 | hetrogen | heterogen |
165 | hidrolis | hidraulis |
166 | hirarki | hierarki |
167 | hiroglif | hieroglif |
168 | higenis | higienis |
169 | hymne | himne |
170 | hipermetri | hipermetropia |
171 | hipotik | hipotek |
172 | hipotesa | hipotesis |
173 | hipovitaminose | hipovitaminosis |
174 | ibtidaiyah | ibtidaiah |
175 | iddah | idah |
176 | idial | ideal |
177 | idiologi | ideologi |
178 | ikhwal | ihwal |
179 | ijasah | ijazah |
180 | iket | ikat |
181 | ihlas | ikhlas |
182 | itibar | iktibar |
183 | itikaf | iktikaf |
184 | illusi | ilusi |
185 | himbau | imbau |
186 | himpit | impit |
187 | import | impor |
188 | indera | indra |
189 | influensa | influenza |
190 | infra merah | inframerah |
191 | inpus | infus |
192 | hingar-bingar | ingar-bingar |
193 | income | inkam |
194 | incognito | inkognito |
195 | instink | insting |
196 | inteligen | intelijen |
197 | inten | intens |
198 | interograsi | interogasi |
199 | interopeksi | introspeksi |
200 | hisap | isap |
Kata tidak baku memang memiliki tempat dalam komunikasi sehari-hari, namun penting bagi kita untuk memahami penggunaannya yang tepat. Dengan mengenali ciri-ciri dan contoh kata tidak baku, kita dapat lebih bijak dalam memilih kata sesuai konteks dan situasi. Yang terpenting adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan, baik dalam situasi formal maupun informal.