Zakat Fitrah Lebih Baik Disalurkan Sendiri atau Lewat Amil? Ini Aturan dalam Islam

2 weeks ago 19

Liputan6.com, Jakarta Menjelang Idulfitri, umat Islam diwajibkan untuk menunaikan zakat fitrah sebagai penyucian diri setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Zakat ini memiliki peran penting dalam membantu kaum fakir miskin agar mereka dapat merayakan Idulfitri dengan layak. Zakat juga membantu menopang ekonomi mereka di tengah berbagai kekurangan untuk bertahan hidup.

Namun, sering muncul pertanyaan di kalangan masyarakat, mana yang lebih baik: menyerahkan zakat fitrah langsung kepada mustahiq (penerima) atau melalui amil (pengelola zakat)? Ada yang memilih menyalurkannya langsung agar penerima mendapatkan lebih banyak, sementara ada pula yang lebih percaya kepada lembaga zakat resmi karena distribusinya lebih merata dan sesuai syariat.

Lalu, bagaimana sebenarnya aturan dalam agama Islam mengenai tata cara penyaluran zakat fitrah yang paling dianjurkan? Simak penjelasannya berikut ini, dirangkum Liputan6, Minggu (2/3).

Kewajiban Zakat Fitrah dan Tujuan Penyalurannya

Zakat fitrah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak hingga orang dewasa, selama mereka memiliki makanan yang cukup untuk diri dan keluarganya pada hari raya Idulfitri. Zakat ini wajib ditunaikan sebelum pelaksanaan shalat Idulfitri, agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh para penerima.

Tujuan utama zakat fitrah adalah mensucikan jiwa dari kesalahan selama Ramadan serta memastikan bahwa tidak ada orang miskin yang kelaparan pada hari raya. Rasulullah SAW bersabda:

"Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai makanan bagi orang miskin." (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah) dirujuk dari uinjkt.ac.id.

Karena itulah, zakat fitrah harus sampai ke tangan orang yang berhak menerimanya tepat waktu, baik disalurkan sendiri maupun melalui lembaga amil zakat.

Menyalurkan Zakat Fitrah Langsung ke Mustahiq: Keunggulan dan Tantangan

Sebagian orang lebih memilih untuk memberikan zakat fitrah secara langsung kepada mustahiq atau orang yang berhak menerimanya, seperti fakir miskin di sekitar mereka. Cara ini dianggap lebih efektif karena mereka bisa memastikan bahwa penerima mendapatkan manfaat secara utuh.

Beberapa keunggulan menyalurkan zakat secara langsung:

  • Lebih personal dan tepat sasaran, terutama jika muzaki (pemberi zakat) mengenal mustahiq dengan baik.
  • Dapat memberikan jumlah lebih besar kepada individu tertentu, dibandingkan jika zakat dibagi rata oleh lembaga.
  • Menumbuhkan rasa empati langsung, karena muzaki bisa melihat kondisi penerima secara nyata.

Namun, ada juga tantangan dalam penyaluran langsung, seperti:

  • Kurangnya pemerataan distribusi, karena hanya diberikan kepada orang-orang yang dikenal.
  • Potensi munculnya rasa tidak enak atau ketidakadilan, terutama jika ada banyak mustahiq di satu wilayah tetapi hanya sebagian yang mendapat bantuan.
  • Risiko salah sasaran, karena tidak semua orang yang tampak miskin benar-benar memenuhi kriteria penerima zakat menurut syariat Islam.

Menyalurkan Zakat Fitrah melalui Amil: Manfaat dan Mekanisme

Pilihan lainnya adalah menyalurkan zakat fitrah melalui amil zakat resmi, seperti BAZNAS atau lembaga pengelola zakat yang terpercaya. Cara ini memiliki banyak keunggulan, di antaranya:

  • Distribusi yang lebih adil, karena dana yang terkumpul akan dibagi kepada mustahiq sesuai ketentuan Islam.
  • Mengurangi potensi kesalahan dalam penyaluran, karena amil sudah memiliki data penerima yang berhak.
  • Menjaga perasaan mustahiq, terutama mereka yang merasa malu jika menerima bantuan secara langsung dari perorangan.
  • Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW tidak membagikan zakat fitrah secara langsung, melainkan menunjuk amil zakat untuk mengumpulkannya dan menyalurkannya kepada delapan golongan penerima zakat (asnaf).

Ini menunjukkan bahwa pengelolaan zakat melalui lembaga sudah menjadi praktik yang dianjurkan sejak zaman Nabi.

Pendapat Ulama: Mana yang Lebih Utama?

Para ulama memiliki pandangan berbeda terkait cara terbaik menyalurkan zakat fitrah:

Pendapat yang lebih menganjurkan lewat amil

  • Pendekatan ini lebih dekat dengan sejarah Islam, di mana Rasulullah SAW selalu menunjuk amil untuk mengelola zakat.
  • Zakat yang dikelola lembaga dapat dialokasikan untuk program produktif, bukan sekadar bantuan konsumtif.
  • Membantu mewujudkan keadilan sosial karena zakat disebarkan lebih luas kepada yang membutuhkan.

Pendapat yang lebih memilih menyalurkan langsung

  • Menyalurkan langsung memungkinkan penerima mendapatkan manfaat lebih besar dibandingkan jika dibagi rata oleh lembaga.
  • Muzaki bisa memastikan bahwa penerima benar-benar dalam kondisi membutuhkan.
  • Jika ada keluarga atau tetangga yang sangat membutuhkan, memberikan zakat langsung bisa lebih bermanfaat.

Gus Baha, dalam salah satu ceramahnya, menyebutkan bahwa memberikan zakat langsung kepada kerabat yang berhak bisa lebih menguntungkan bagi mereka dibandingkan jika diberikan ke lembaga. Namun, ia juga menegaskan bahwa tidak ada salahnya menyalurkan zakat melalui amil, karena keduanya sama-sama sah menurut Islam.

“Misalnya saya punya uang satu juta. Kebetulan yang miskin itu keponakan saya atau orang yang tidak wajib saya tanggung. Saya tahu kalau saya kasih ke masjid satu juta nanti dibagi satu kampung itu nanti keponakan saya cuma dapat 25 ribu, itu tidak bisa beli beras. Tapi kalau saya sendiri yang memberikan bisa kebagian 300 ribuan atau kebagian satu jutaan,” kata Gus Baha, dalam ceramah tentang zakat secara umum.

Kesimpulan: Pilih yang Paling Tepat dan Sesuai Kondisi

Dari berbagai pendapat ulama dan pertimbangan praktis, baik menyalurkan zakat fitrah langsung maupun melalui amil memiliki keutamaan masing-masing. Tidak ada cara yang lebih benar secara mutlak, karena keduanya tetap sesuai dengan syariat Islam.

Sebagai panduan, berikut beberapa pertimbangan dalam memilih cara menyalurkan zakat fitrah:

  • Jika ingin penerima mendapatkan manfaat lebih besar, terutama jika mustahiq adalah kerabat sendiri, maka zakat bisa diberikan langsung.
  • Jika ingin distribusi zakat lebih luas dan merata, maka menyalurkan melalui amil lebih dianjurkan.
  • Jika ada kekhawatiran zakat tidak tepat sasaran, lembaga zakat terpercaya seperti BAZNAS lebih bisa diandalkan.

Dalam kondisi demikian, yang terpenting adalah zakat fitrah disalurkan kepada mereka yang berhak sebelum shalat Idulfitri, agar manfaatnya bisa dirasakan tepat waktu sesuai tuntunan Rasulullah SAW.

FAQ: Pertanyaan Seputar Zakat Fitrah

1. Apakah zakat fitrah harus disalurkan melalui amil?

Tidak wajib, tetapi disunnahkan karena lebih mendekati cara Rasulullah SAW.

2. Jika diberikan langsung, apakah tetap sah?

Ya, selama diberikan kepada mustahiq yang sesuai syariat.

3. Kapan batas waktu membayar zakat fitrah?

Sebelum shalat Idulfitri, tetapi lebih baik ditunaikan beberapa hari sebelum Lebaran agar bisa segera dimanfaatkan oleh penerima.

4. Apakah zakat fitrah bisa diberikan dalam bentuk uang?

Mayoritas ulama menyarankan dalam bentuk makanan pokok, tetapi ada yang memperbolehkan dalam bentuk uang jika lebih bermanfaat bagi penerima.

5. Siapa saja yang berhak menerima zakat fitrah?

Delapan golongan mustahiq, terutama fakir dan miskin, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |