Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan kebijakan kontroversial yang melarang mahasiswa internasional melanjutkan studi di Harvard University, Massachusetts, jika semua kelas hanya dilakukan secara daring.
Kebijakan Trump ini tidak hanya berdampak pada calon mahasiswa, tapi juga mahasiswa asing yang sudah terdaftar. Intinya, mereka harus pindah kampus atau kehilangan status hukum mereka di AS.
Menanggapi kebijakan tersebut, Harvard University segera mengambil langkah hukum. Mereka mengajukan gugatan serta permohonan penundaan kebijakan, yang akhirnya dikabulkan oleh Pengadilan Federal di Boston.
Ini berarti larangan tersebut saat ini belum berlaku sambil menunggu proses hukum lebih lanjut. Namun, situasi ini menciptakan ketidakpastian bagi ribuan mahasiswa asing di Harvard. Banyak dari mereka kini mencari alternatif untuk melanjutkan pendidikan mereka tanpa terganggu oleh kebijakan politik.
Di tengah kekacauan ini, sebuah universitas ternama dari Asia mengambil langkah mengejutkan. Yaitu Hong Kong University of Science and Technology (HKUST), yang menawarkan penerimaan tanpa syarat bagi seluruh mahasiswa internasional Harvard yang terdampak.
Dilansir Liputan6.com dari World of Buzz, Senin (26/5/2025), langkah ini bukan hanya solidaritas akademik, tapi juga strategi cerdas untuk menarik talenta global.
Lagi, kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump jadi sorotan, dan kali ini terkait hak Universitas Harvard menerima mahasiswa asing dicabut. Lalu bagaimana proses pendidikan para mahasiswa asing yang masih berlangsung? Kita Diskusi.
HKUST Sambut Mahasiswa Harvard yang Terdampak
Dalam pernyataannya, HKUST menyampaikan undangan terbuka kepada seluruh mahasiswa internasional Harvard, baik yang sedang terdaftar maupun yang sudah menerima tawaran masuk, untuk melanjutkan studi mereka di Hong Kong.
Universitas ini menjamin proses masuk yang cepat dan tanpa syarat, serta memberikan dukungan akademik penuh agar transisi berjalan lancar.
HKUST menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk respons terhadap perubahan lanskap akademik global, sekaligus menegaskan komitmen mereka untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan bertaraf internasional.
Dengan pendekatan ini, mahasiswa Harvard yang terdampak kebijakan AS memiliki jalan keluar yang meyakinkan. Sebagai salah satu institusi pendidikan terbaik di dunia, HKUST berupaya menjaga agar para mahasiswa berbakat tidak kehilangan kesempatan meraih pendidikan tinggi hanya karena ketidakstabilan kebijakan suatu negara.
Hal ini memperlihatkan bagaimana pendidikan lintas negara dapat bekerja sama dan saling mendukung. Tak hanya itu, proses penerimaan akan dipermudah dan disesuaikan agar mahasiswa bisa tetap fokus pada tujuan akademis mereka tanpa hambatan administratif yang rumit.
Kenapa HKUST? Ini Alasannya
HKUST bukan hanya sekadar pelarian alternatif. Universitas ini berada di peringkat Top 50 dunia versi QS World University Rankings 2025. Dalam daftar Most International Universities oleh Times Higher Education 2025, HKUST berada di posisi 2 dunia. Artinya, mereka benar-benar menjunjung tinggi keberagaman dan koneksi global.
Dalam bidang teknologi dan data, HKUST juga tak kalah unggul. Program Data Science dan Kecerdasan Buatan-nya berada di peringkat 20 dunia dan nomor 1 di Hong Kong. Mereka juga menawarkan program lintas disiplin di bidang sains, teknik, bisnis, humaniora, dan ilmu sosial.
Kampus HKUST yang dinamis terletak di pusat inovasi Asia, menjadikan Hong Kong sebagai gerbang strategis ke dunia internasional. Bagi mahasiswa Harvard yang kehilangan tempat akibat kebijakan Trump, HKUST bukan hanya solusi sementara, tetapi juga pintu ke masa depan akademik yang cerah dan terhubung secara global.
Kebijakan Kontroversial Trump dan Dampaknya pada Harvard
Kebijakan Trump terhadap Harvard menuai kecaman luas dari berbagai pihak. Banyak yang menilai kebijakan ini sebagai bentuk diskriminasi terhadap mahasiswa asing. Kebijakan ini juga dianggap merusak reputasi AS sebagai negara yang terbuka dan ramah terhadap pelajar internasional.
Harvard sendiri telah mengajukan gugatan terhadap kebijakan ini. Universitas berpendapat bahwa kebijakan tersebut melanggar hak-hak konstitusional mahasiswa dan merusak misi akademik universitas. Harvard juga menegaskan komitmennya terhadap keragaman dan inklusi.
Terlepas dari gugatan hukum, dampak kebijakan Trump sudah terasa. Ribuan mahasiswa asing di Harvard merasa cemas dan tidak pasti tentang masa depan mereka. Banyak yang mempertimbangkan untuk pindah ke universitas lain di luar AS.