Liputan6.com, Jakarta Konsumsi daging kurban menjadi tradisi umum saat Idul Adha, namun ada risiko besar yang sering tidak disadari masyarakat yakni keracunan akibat daging yang tidak segar atau salah penanganan. Fenomena ini terjadi karena sebagian besar masyarakat tidak dibekali pengetahuan dasar dalam mengenali daging yang sudah tidak layak konsumsi meskipun tampak normal dari luar. Apalagi saat momen pembagian daging kurban, kualitas penyimpanan kerap luput dari perhatian.
Setidaknya ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, mulai dari kondisi warna, bau, serta tekstur daging yang diterima dari hewan kurban. Daging yang tampak menghitam, berlendir, dan berbau busuk bisa menjadi pertanda bahwa bahan makanan tersebut sudah mengalami pembusukan yang tidak layak untuk dikonsumsi. Apabila daging yang tidak segar ini tetap dikonsumsi, risiko diare, muntah, atau gejala keracunan akut dapat meningkat tajam.
Agar lebih waspada dan bisa membedakan daging segar serta tidak, Liputan6 menginformasikan tentang langkah-langkah mengenali ciri-cirinya berikut. Simak informasinya, dirangkum Liputan6, Jumat (30/5).
1. Periksa Warna Daging dengan Teliti Sebelum Disimpan
Menurut U.S. Department of Agriculture (USDA), dilansir dari ANTARA, langkah pertama yang sering terlewat adalah mengecek warna daging secara menyeluruh sebelum menyimpannya di kulkas atau freezer. Daging yang masih segar umumnya memiliki warna merah cerah dan tidak tampak menghitam atau kehijauan. Perubahan warna menjadi cokelat tua, abu-abu, atau kehijauan menandakan terjadinya oksidasi dan pembusukan yang telah berkembang di jaringan daging tersebut.
Warna yang tidak wajar juga bisa menjadi indikasi kontaminasi mikroorganisme yang berbahaya. Saat daging telah dipotong-potong dan dibiarkan di suhu ruang terlalu lama, bakteri dapat berkembang cepat dan mengubah warna permukaan. Meski dalam beberapa kasus warna bisa tampak normal, namun jika disertai aroma menyengat, sebaiknya waspadai dan jangan konsumsi.
Pastikan untuk tidak menyimpan daging yang sudah berubah warna dalam freezer, sebab proses pendinginan tidak akan membunuh bakteri yang telah berkembang. Pemeriksaan visual ini penting dilakukan segera setelah menerima daging kurban, terutama jika distribusi dilakukan di luar ruangan dan berpotensi terkena paparan sinar matahari langsung.
2. Kenali Aroma Menyengat sebagai Tanda Bahaya
Bau adalah salah satu indikator paling cepat dalam mengenali kesegaran daging. Daging yang masih layak konsumsi memiliki aroma segar khas protein hewani dan tidak menimbulkan reaksi mual. Bila Anda mencium bau asam, busuk, atau amis yang menyengat dari daging yang baru diterima, segera curigai bahwa daging tersebut tidak lagi layak konsumsi.
Aroma menyengat berasal dari senyawa kimia hasil pembusukan jaringan hewan yang menghasilkan zat-zat seperti amonia, sulfida, atau komponen volatil lainnya. Proses ini bisa dimulai bahkan hanya dalam hitungan jam, terutama jika daging dibiarkan terbuka tanpa pendingin. Oleh sebab itu, sangat penting mengandalkan penciuman sebelum mencuci atau mengolah daging.
Bau menyengat adalah sinyal penting yang tidak boleh diabaikan. Jika Anda ragu, buang daging tersebut meskipun tampaknya tidak ada perubahan mencolok dari warna atau tekstur, karena konsumsi daging busuk bisa menyebabkan keracunan berat.
3. Cek Tekstur Daging, Jangan Konsumsi Jika Berlendir
Daging yang berlendir menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme yang sudah masif. Permukaan daging yang seharusnya padat dan agak kasar akan terasa licin dan basah bila mengalami pembusukan. Lendir ini merupakan tanda terjadinya dekomposisi oleh bakteri pembusuk, yang membuat daging tidak hanya berbahaya jika dimakan, tapi juga bisa mencemari bahan makanan lain di sekitarnya.
Tekstur daging segar idealnya kenyal saat ditekan dan tidak meninggalkan bekas jari. Bila daging terasa lembek, berair, atau mengeluarkan lendir saat disentuh, itu berarti telah terjadi penurunan kualitas. Hal ini bisa dipicu oleh waktu penyimpanan terlalu lama atau ketidaktepatan suhu penyimpanan saat distribusi daging kurban.
Lendir pada daging juga menjadi tempat ideal berkembangnya bakteri patogen seperti Salmonella atau E.coli yang dapat menyebabkan gejala keracunan berat. Maka dari itu, sangat disarankan untuk selalu menyentuh permukaan daging sebelum menyimpannya ke dalam plastik atau freezer. Bila terasa licin atau berlendir, sebaiknya segera buang.
4. Hindari Menyimpan Daging di Suhu Ruang Lebih dari Dua Jam
Kesalahan umum yang sering terjadi saat momen Idul Adha adalah membiarkan daging berada di suhu ruang terlalu lama sebelum disimpan di tempat dingin. Daging segar sebaiknya langsung dibekukan dalam dua jam setelah pemotongan atau penerimaan, agar menghambat perkembangan bakteri yang bisa menyebabkan kerusakan dan penyakit.
Penyimpanan daging di suhu ruang, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, sangat rentan mempercepat proses pembusukan. Apalagi jika daging dibiarkan dalam kantong plastik tertutup tanpa sirkulasi udara, suhu dalam kemasan akan meningkat dan menciptakan lingkungan ideal bagi bakteri anaerob untuk berkembang.
Kementerian Pertanian menganjurkan agar setiap keluarga segera memasukkan daging kurban ke lemari pendingin dengan suhu di bawah 4°C atau ke freezer jika ingin disimpan dalam jangka panjang. Pastikan juga tidak menumpuk daging terlalu banyak dalam satu wadah, agar suhu dingin bisa menyentuh seluruh permukaan daging secara merata.
5. Olah Daging dengan Suhu Masak Minimal 70 Derajat Celsius
Langkah terakhir untuk mencegah keracunan adalah memastikan daging kurban dimasak hingga matang sempurna. Bakteri yang berkembang selama penyimpanan mungkin tidak terlihat atau tercium, tapi bisa tetap aktif jika daging tidak dimasak dengan suhu tinggi minimal 70°C. Suhu ini dianggap efektif membunuh sebagian besar bakteri patogen penyebab keracunan makanan.
Mengolah daging yang belum sepenuhnya mencair dari freezer juga bisa menyebabkan bagian dalam tidak matang sempurna, yang meningkatkan risiko kontaminasi silang di dalam tubuh. Gunakan termometer makanan bila perlu, dan hindari mengonsumsi daging yang masih berwarna merah muda di bagian dalam, terutama untuk anak-anak dan lansia.
Jangan gunakan sisa air rendaman daging untuk memasak kuah atau sup, karena cairan tersebut bisa mengandung bakteri yang berasal dari proses pembekuan sebelumnya. Selalu pastikan peralatan masak juga bersih sebelum digunakan untuk menghindari kontaminasi silang.
Pertanyaan dan Jawaban Seputar Topik (People Also Ask)
1. Apa saja ciri-ciri daging kurban yang tidak segar?
Ciri utamanya adalah warna yang menghitam atau kehijauan, aroma menyengat, dan tekstur yang berlendir.
2. Berapa lama daging kurban boleh disimpan di suhu ruang?
Maksimal dua jam. Setelah itu harus segera didinginkan atau dibekukan.
3. Apakah daging berlendir bisa diselamatkan dengan dimasak?
Tidak. Lendir menandakan pembusukan yang tidak bisa dihilangkan hanya dengan proses masak.
4. Bagaimana cara menyimpan daging kurban yang benar?
Pisahkan dalam porsi kecil, simpan di suhu di bawah 4°C atau freezer, dan jangan ditumpuk berlebihan.
5. Apakah daging beku bisa langsung dimasak?
Sebaiknya dicairkan dulu dengan aman agar matang merata dan mencegah bagian dalam tetap mentah.