Liputan6.com, Jakarta Dunia ritel kembali diguncang dengan kabar kurang menyenangkan dari industri pakaian dan perlengkapan olahraga ekstrem. Tiga merek ternama yang telah lama menjadi favorit kalangan peselancar dan skater, yakni Billabong, Quiksilver, dan Volcom, akan menutup seluruh toko fisiknya di Amerika Serikat. Keputusan ini diambil setelah operator merek-merek tersebut, Liberated Brands, mengajukan kebangkrutan di Pengadilan Distrik Delaware, AS.
Liberated Brands, yang berbasis di Costa Mesa, California, mengelola lebih dari 100 toko di AS untuk berbagai merek, termasuk Billabong, Quiksilver, Volcom, RVCA, Roxy, Spyder, dan Honolua. Menurut laporan pengadilan, perusahaan ini memiliki utang yang mencapai ratusan juta dolar, yang tidak mampu mereka lunasi akibat berbagai tekanan ekonomi. CEO Liberated Brands, Todd Hymel, menyebut bahwa kenaikan suku bunga yang cepat, inflasi yang berkepanjangan, serta perubahan kebiasaan belanja konsumen menjadi faktor utama yang mendorong perusahaan menuju kebangkrutan.
Sebuah pop-up di situs web resmi Billabong, Quiksilver, dan Volcom mengonfirmasi bahwa mereka tidak lagi menerima kartu hadiah sebagai metode pembayaran mulai 16 Februari 2025. Meskipun tanggal pasti penutupan seluruh toko belum diumumkan, laporan menyebutkan bahwa operasi bisnis mereka hanya memiliki dana untuk bertahan dalam satu minggu ke depan. Berikut fakta-faktanya, dirangkum Liputan6, Selasa (11/2).
Faktor Penyebab Kebangkrutan Liberated Brands
Kondisi ekonomi global yang tidak stabil menjadi salah satu faktor utama di balik kebangkrutan Liberated Brands. CEO Todd Hymel menjelaskan bahwa selama satu tahun terakhir, perusahaan telah berupaya keras untuk mempertahankan eksistensinya. Namun, lonjakan suku bunga yang drastis, tekanan inflasi, dan keterlambatan dalam rantai pasokan menyebabkan lonjakan biaya operasional, sementara daya beli konsumen justru mengalami penurunan signifikan.
Selain faktor ekonomi, persaingan ketat di industri fashion juga menjadi tantangan berat bagi Billabong, Quiksilver, dan Volcom. Merek-merek ini menghadapi tekanan besar dari maraknya tren fast fashion yang menawarkan produk dengan harga lebih murah dan lebih mudah diakses melalui e-commerce. Perubahan pola konsumsi ini membuat merek-merek ritel tradisional semakin sulit bersaing, terutama di tengah perubahan selera konsumen yang bergerak cepat.
Upaya untuk mengurangi dampak krisis juga telah dilakukan oleh Liberated Brands. Beberapa langkah yang diambil termasuk mencari investor baru, menegosiasikan ulang sewa dengan pemilik properti, serta melakukan pemangkasan tenaga kerja. Sayangnya, semua strategi ini tidak cukup untuk menyelamatkan bisnis mereka, dan pada akhirnya perusahaan memutuskan untuk mengajukan kebangkrutan.
"Masalah-masalah ekonomi makro, termasuk kenaikan suku bunga yang cepat dan dramatis, inflasi yang terus-menerus, keterlambatan rantai pasokan, penurunan permintaan pelanggan jauh di bawah garis tren historis, pergeseran preferensi konsumen, dan biaya tetap yang substansial memberikan tekanan yang signifikan pada pendapatan dan struktur biaya Liberated," kata CEO Liberated Brands, Todd Hymel, mengutip usatoday.com.
Nasib Merek Quiksilver, Billabong, dan Volcom
Meskipun toko-toko fisik ditutup, merek Quiksilver, Billabong, dan Volcom sendiri tidak akan hilang dari pasar. Authentic Brands Groups, perusahaan induk dari ketiga merek tersebut, berencana untuk mencari lisensi ke operator lain. Strategi ini memungkinkan ketiga merek tersebut untuk tetap memproduksi dan menjual produknya melalui berbagai saluran distribusi, termasuk pengecer khusus, department store, dan penjualan daring.
Authentic Brands Groups juga sedang mencari pembeli untuk mengambil alih pemasaran merek-merek ini di Australia, Eropa, Jepang, dan Kanada. Langkah ini menunjukkan upaya untuk mempertahankan eksistensi ketiga merek tersebut di pasar internasional.
"Meskipun menghadapi perubahan yang sulit ini, kami gembira karena banyak rekan berbakat kami telah menemukan peluang baru dengan pemegang lisensi lain yang akan membawa merek-merek hebat ini ke masa depan," tulis pernyataan Liberated Brands.
Tren Penutupan Toko Ritel di AS
Penutupan toko-toko Quiksilver, Billabong, dan Volcom menambah panjang daftar penutupan toko ritel di Amerika Serikat pada tahun 2025. Tren penurunan di sektor ritel AS semakin jelas terlihat, dengan lebih dari 15.000 toko diperkirakan akan tutup di tahun 2025, lebih dari dua kali lipat jumlah penutupan tahun sebelumnya.
Quiksilver, Billabong, dan Volcom dulunya menjadi merek favorit bagi generasi milenial yang terinspirasi oleh budaya selancar dan skateboarding. Penutupan gerai-gerai fisik ini menandai berakhirnya satu era bagi para penggemar merek tersebut di Amerika Serikat. Gerai-gerai di lebih dari 100 lokasi di Amerika Serikat akan tutup dalam beberapa minggu mendatang.
Dampak Penutupan Toko Terhadap Industri Ritel
Keputusan untuk menutup lebih dari 100 toko Billabong, Quiksilver, dan Volcom di AS menambah daftar panjang pengecer yang mengalami kesulitan finansial dalam beberapa tahun terakhir. Selain ketiga merek ini, beberapa ritel besar lainnya seperti Kohl’s dan Macy’s juga telah mengumumkan penutupan sejumlah gerai mereka akibat tekanan ekonomi dan perubahan pola belanja konsumen.
Menurut laporan Coresight Research, diperkirakan lebih dari 15.000 toko akan ditutup pada tahun 2025, lebih dari dua kali lipat jumlah penutupan toko pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa industri ritel terus mengalami tantangan besar di tengah meningkatnya persaingan dari platform online dan perubahan preferensi konsumen.
Selain faktor persaingan, meningkatnya biaya operasional dan ketidakpastian ekonomi global menjadi penyebab utama banyaknya bisnis yang gulung tikar. Dengan tekanan yang semakin besar, banyak perusahaan ritel tradisional kini dipaksa untuk melakukan inovasi atau beradaptasi dengan model bisnis baru agar tetap bertahan di pasar.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Meskipun toko-toko Billabong, Quiksilver, dan Volcom di AS akan segera tutup, merek-merek ini tetap akan hadir melalui kanal distribusi yang berbeda. Authentic Brands Group berencana memperkuat eksistensi produk mereka melalui penjualan online, pengecer khusus, dan department store.
Bagi para pelanggan yang masih setia dengan produk-produk dari merek ini, mereka masih bisa mendapatkan koleksi terbaru melalui platform digital serta jaringan ritel yang masih beroperasi di luar AS. Sementara itu, bagi industri ritel secara keseluruhan, kasus kebangkrutan Liberated Brands menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya inovasi dan adaptasi dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berubah.
Mengapa Liberated Brands mengajukan kebangkrutan?
Mengapa Liberated Brands mengajukan kebangkrutan?
Liberated Brands mengalami kesulitan finansial akibat inflasi, kenaikan suku bunga, dan persaingan dari fast fashion.
Apakah Billabong, Quiksilver, dan Volcom akan benar-benar hilang?
Tidak, merek-merek ini masih akan beroperasi melalui pemegang lisensi baru yang ditunjuk Authentic Brands Group.
Kapan semua toko Billabong, Quiksilver, dan Volcom di AS akan tutup?
Belum ada tanggal pasti, tetapi sebagian besar toko akan tutup dalam beberapa minggu setelah pengajuan kebangkrutan.
Apakah produk Billabong, Quiksilver, dan Volcom masih bisa dibeli?
Ya, produk mereka akan tetap tersedia di toko online, pengecer khusus, dan department store.
Apakah ada kemungkinan toko-toko ini dibuka kembali di masa depan?
Meskipun toko fisik tutup, ada kemungkinan model bisnis berubah dan merek-merek ini kembali dengan strategi ritel baru.