Plafon Runtuh saat Nonton Final Destination, Ultah Wanita Ini Bikin Trauma

Liputan6.com, Jakarta Seorang ibu muda bernama Fiamma Villaverde mengalami hari ulang tahun yang tak akan pernah ia lupakan. Bukan karena kejutan indah, melainkan sebuah insiden mengerikan yang terjadi di tengah pemutaran film horor Final Destination: Bloodlines.

Wanita berusia 29 tahun itu datang ke bioskop Cinema Ocho di La Plata, Argentina, bersama putrinya yang berusia 11 tahun dan seorang teman untuk merayakan ulang tahunnya. Mereka tidak merencanakan menonton film tersebut, tetapi tergoda karena harga tiket lebih murah dari biasanya.

"Awalnya kami hanya berjalan-jalan dan melihat bioskop itu. Karena tiketnya murah, kami spontan memutuskan masuk, beli popcorn, dan menonton," cerita Villaverde kepada media lokal Infobae, seperti dilansir Liputan6.com dari Daily Mail, Senin (26/5/2025).

Saat film hampir selesai, suasana tegang berubah menjadi nyata ketika tiba-tiba terdengar dentuman keras dari atas kepala mereka. Villaverde mengira suara tersebut berasal dari efek film yang mereka tonton. Namun dalam hitungan detik, sebuah potongan besar plafon teater runtuh dan menimpanya.

Ia tertimpa di bagian lutut dan langsung dilarikan ke rumah sakit setempat untuk pemeriksaan dan pengobatan. "Untungnya saya sedang bersandar ke sandaran tangan, jadi kepala saya tidak tertimpa," ujarnya lega.

Mulai dari postingan Tsania Marwa setelah rumah Atalarik dibongkar hingga Final Destination Bloodline 1 juta penonton di News Flash Showbiz Liputan6.com.

Namun, ketakutan besar bukan hanya soal cedera fisik. Bayangan terburuk justru muncul ketika ia membayangkan kemungkinan jika plafon itu menimpa kepala anaknya. Apa yang seharusnya menjadi momen seru di hari ultah, berubah menjadi trauma yang mengganggu fisik dan mentalnya.

Pasca kejadian, Villaverde mencoba meminta pertanggungjawaban dari pihak manajemen bioskop, namun respons yang ia terima justru memperburuk keadaan. Merasa diremehkan, Villaverde pun geram dan bertekad akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

Sikap acuh dari pihak pengelola pun menuai sorotan publik, terutama soal kurangnya perhatian terhadap keselamatan pengunjung. Tidak adanya prosedur evakuasi atau penanganan darurat setelah insiden semakin menambah daftar kelalaian dari pihak bioskop.

Saat ini, Villaverde telah menghubungi pengacara dan tengah mempersiapkan laporan resmi. Ia ingin ada keadilan dan tanggung jawab yang nyata dari pihak bioskop agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Lebih dari sekadar luka fisik, insiden itu juga membangkitkan kembali gangguan kecemasan dan serangan panik yang pernah diderita Villaverde. Ia mengaku selama bertahun-tahun menghindari tempat ramai, termasuk bioskop.

Namun karena hari itu adalah ulang tahunnya, ia mencoba keluar dari zona nyamannya, tapi justru mengalami kejadian paling menakutkan dalam hidupnya. Kini, ia menjalani terapi lanjutan akibat gangguan psikologis yang kambuh pasca-insiden tersebut.

Selain itu, ia juga harus mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai petugas kebersihan di sebuah bar lokal. Cedera fisik dan trauma emosional yang dialami membuatnya tidak bisa bekerja dalam beberapa hari terakhir.

Meskipun tidak ada bukti yang secara langsung menghubungkan runtuhnya plafon dengan film Final Destination, namun kejadian ini bisa menjadi semacam pengingat bahwa kecelakaan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.

Film Final Destination mungkin hanya sebuah film fiksi, namun adegan-adegan kecelakaan yang ditampilkan di dalamnya bisa saja terjadi di dunia nyata. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.

Kejadian runtuhnya plafon saat pemutaran film Final Destination ini adalah sebuah ironi yang tragis. Di satu sisi, film ini menghibur dan memacu adrenalin. Namun, di sisi lain, kejadian ini mengingatkan kita akan bahaya yang selalu mengintai di sekitar kita.