Mengenal Pakaian Adat Jawa Timur yang Menyimpan Makna Filosofis

2 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Tak cuma makanan khas, pakaian adat Jawa Timur juga ta kalah menarik. Kalau bicara tentang pakaian adat di Jawa Timur, sebenarnya banyak sekali dan semuanya punya makna tersendiri. Tidak cuma soal kain atau warna, tapi pakaian adat Jawa Timur ini juga menyimbolkan tentang cara orang hidup, cara berpikir, dan bagaimana mereka menjaga warisan lama. Pakaian adat ini bisa dibilang sebagai cerminan dari masyarakatnya yang beragam, ada yang dari Madura, dari Surabaya, dari Ponorogo dan daerah pedalaman lain.

Setiap tempat punya gaya pakaian adat Jawa Timur yang beda-beda. Ada yang sederhana sampai terlihat seperti pakaian kerja biasa, tapi ternyata penuh makna. Ada juga yang megah dan penuh hiasan, biasanya dipakai waktu acara penting seperti pernikahan. Warna hitam, merah, dan putih sering muncul, sampai warna-warna itu dianggap ikon yang menggambarkan sifat orang Jawa Timur, keras, tegas, tapi juga setia dan jujur.

1. Baju Pesa’an

Yang paling sering disebut ketika membahas soal pakaian adat Jawa Timur adalah Baju Pesa’an. Pakaian adat ini berasal dari Madura. Kalau kamu lihat orang Madura pakai baju longgar warna hitam dengan kaos belang merah putih di dalamnya, itulah Baju Pesa’an. Biasanya dipakai oleh laki-laki, terutama yang bekerja di ladang, di laut, atau di pasar.

Baju ini tampak sederhana. Warna merah putih di kaosnya bukan asal pilih atau agar tampak keren, tapi melambangkan keberanian dan semangat yang tinggi. Kemudian warna hitam di bajunya menunjukkan kesederhanaan dan ketegasan. Orang Madura memang dikenal punya karakter yang keras tapi jujur dan setia, dan itu semua tercermin dari pakaian ini.

Sekarang Baju Pesa’an tak cuma dipakai buat kerja atau upacara adat, tapi juga sering dipakai di acara budaya, parade, bahkan pertunjukan musik tradisional. Kadang juga dikombinasikan dengan pakaian modern agar terlihat unik. Jadi meskipun sederhana, Baju Pesa’an tetap hidup sampai sekarang.

2. Baju Mantenan

Kalau Baju Pesa’an untuk sehari-hari, Baju Mantenan ini dipakai di waktu yang istimewa, ketika pernikahan adat Jawa Timur. Biasanya dipakai oleh pengantin, laki-laki dan perempuan. Bentuknya rapi dan warna umumnya hitam atau merah tua, ditambah hiasan emas, bunga melati, dan aksesoris lainnya. Kalau pengantin perempuannya, biasanya mengenakan kebaya hitam atau merah, lalu rambutnya disanggul dan dihiasi bunga melati yang menjuntai.

Warna hitam dianggap lambang dari keteguhan dan wibawa, sedangkan merah itu simbol cinta dan keberanian. Jadi dua warna ini kalau digabung, maknanya akan terasa kuat. Bayangkan saja perpaduan antara cinta dan kekuatan buat menghadapi kehidupan baru dalam rumah tangga.

Walau sekarang banyak orang pakai gaun modern, tapi di beberapa daerah di Jawa Timur masih banyak yang mengenakan Baju Mantenan, terlebih ketika melangsungkan acara adat penuh. Karena selain indah, pakaian adat Jawa Timur ini juga punya nilai tradisi dan makna yang dalam buat masyarakatnya.

3. Baju Gothil

Baju Gothil ini sedikit berbeda. Asalnya dari Ponorogo dan sering dikaitkan dengan kesenian Reog. Bentuknya mungkin terlihat biasa saja, kaos hitam polos lengan panjang, celana longgar, dan ikat kepala. Tapi jangan salah, maknanya besar dan luar biasa. Warna hitamnya dianggap melambangkan kekuatan batin dan ketenangan.

Biasanya Baju Gothil dipakai oleh para pemain Reog, terutama yang berperan sebagai warok. Warok sendiri merupakan tokoh yang dihormati, dikenal sakti dan berani. Jadi baju ini bukan cuma pakaian pertunjukan, tapi juga simbol keberanian dan kewibawaan.

Kalau dilihat dari luar mungkin tampak sederhana, tapi justru di situlah nilai khasnya. Masyarakat Ponorogo memang terkenal sederhana, tapi di dalamnya mereka kuat dan punya semangat tinggi untuk menjaga tradisi. Jadi tak heran Baju Gothil tetap jadi kebanggaan orang Ponorogo.

4. Kebaya Rancongan

Untuk yang perempuan ada Kebaya Rancongan yang berasal dari Madura, dan bisa dibilang pakaian adat Jawa Timur yang paling anggun di antara busana adat Jawa Timur lainnya. Kebaya ini punya model yang agak ketat di badan, dihiasi renda dan bordir warna-warni yang cantik. Biasanya dipadukan dengan sarung batik Madura yang warnanya tegas, seperti merah, hijau, atau ungu.

Kebaya Rancongan ini tak cuma cantik, tapi juga punya makna. Kebaya ini melambangkan perempuan Madura yang kuat, percaya diri, tapi tetap lembut dan sopan. Mereka bisa bekerja keras tapi tetap menjaga penampilan. Jadi, meskipun tampak sederhana, sebenarnya punya filosofi yang dalam tentang jati diri perempuan.

Sekarang banyak desainer yang terinspirasi dari Kebaya Rancongan. Di acara-acara budaya atau lomba fashion etnik, kebaya ini sering muncul dalam versi modern. Itu artinya kebanggaan terhadap warisan budaya ini masih kuat dan tidak hilang dimakan waktu.

5. Celana Kombor

Celana Kombor ini masih berhubungan dengan Baju Pesa’an tadi, karena biasanya dipakai bersama. Bentuknya longgar dan warnanya hitam. Orang dulu menggunakannya karena nyaman untuk beraktivitas, entah buat kerja di sawah, jalan jauh, atau naik perahu. Celana ini dari bahan katun atau tenun yang ringan, jadi nyaman dipakai meski panas.

Makna dari celana ini lebih ke kesederhanaan dan kepraktisan. Orang Madura dan Jawa Timur pada umumnya tak suka mengenakan sesuatu yang rumit. Dan celana ini menyediakan pilihan yang kuat, dan fungsional.

Saat ini, Celana Kombor juga dijadikan inspirasi buat busana etnik modern. Banyak juga yang memakainya untuk pertunjukan atau acara adat karena bentuknya unik dan punya nilai budaya tinggi. Jadi walau bentuknya seperti celana longgar, maknanya begitu dalam.

6. Baju Sakera

Baju Sakera ini muncul karena cerita rakyat tentang tokoh bernama Sakera dari Madura. Sakera ini dikenal pemberani dan melawan penjajahan Belanda zaman dulu. Dari cerita inilah muncul gaya pakaian khas yang disebut Baju Sakera. Bentuknya hampir sama seperti Baju Pesa’an, tapi dengan sabuk besar, ikat kepala, dan nuansa merah putih yang kuat.

Warna merah putih memiliki makna yang sangat jelas: semangat dan keberanian. Baju ini jadi semacam simbol perjuangan dan ketegasan. Orang Madura yang memakai Baju Sakera seolah ingin menunjukkan kebanggaan akan jati diri dan sejarahnya yang panjang.

Dalam festival budaya atau acara rakyat, Baju Sakera hampir selalu muncul. Kadang dipakai saat tarian, atau ketika mengikuti pawai. Jadi meskipun tokoh Sakera itu legenda, semangatnya masih hidup lewat busana ini.

7. Sarung Bahan

Sarung Bahan mungkin yang paling umum di antara semuanya. Hampir semua orang di Jawa Timur punya sarung. Fungsinya banyak, bisa buat sembahyang, tidur, acara adat, atau bahkan dipakai sehari-hari. Bahannya dari kain batik atau tenun, motifnya beragam tergantung daerahnya.

Sarung ini punya makna sopan santun dan kesederhanaan. Orang yang pakai sarung dianggap berperilaku tenang dan menghormati orang lain. Di kampung-kampung, sarung juga jadi simbol kedekatan sosial, karena dipakai semua kalangan, dari petani sampai tokoh agama.

Menariknya, meski zaman sudah modern, sarung tetap bertahan. Sekarang banyak merek sarung terkenal, dan dipakai bukan cuma di rumah tapi juga di acara formal. Jadi bisa dibilang, sarung ini pakaian adat yang paling fleksibel dan tidak pernah ketinggalan zaman.

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa pakaian adat khas Jawa Timur yang paling terkenal?

Baju Pesa’an dari Madura adalah yang paling dikenal dan sering dianggap mewakili pakaian adat Jawa Timur.

2. Apa perbedaan antara Baju Pesa’an dan Baju Mantenan?

Baju Pesa’an digunakan sehari-hari oleh masyarakat Madura, sedangkan Baju Mantenan khusus untuk upacara pernikahan adat.

3. Apa makna warna hitam pada pakaian adat Jawa Timur?

Warna hitam melambangkan keteguhan, kesederhanaan, dan kewibawaan.

4. Apakah Kebaya Rancongan masih digunakan saat ini?

Ya, masih sering digunakan dalam acara adat dan telah banyak diadaptasi dalam mode modern.

5. Dari bahan apa pakaian adat Jawa Timur dibuat?

Biasanya terbuat dari katun, tenun, batik, songket, atau sutra, tergantung jenis dan fungsinya.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |