Mengenal Baju Adat Maluku Utara dan Keunikannya

Liputan6.com, Jakarta - Keanekaragaman budaya di Indonesia tidak pernah berhenti membuat takjub, salah satunya terlihat dari ragam baju adat Maluku Utara yang memiliki ciri khas, fungsi, dan filosofi mendalam. Setiap busana tradisional yang lahir dari daerah ini bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga menjadi simbol status sosial sekaligus identitas sejarah masyarakatnya. Keunikan inilah yang membuat baju adat Maluku Utara memiliki daya tarik yang kuat di mata wisatawan maupun pecinta budaya Nusantara.

Selain bentuknya yang indah, baju adat Maluku Utara juga memuat aturan tertentu dalam penggunaannya. Dalam tradisi masa lalu, pakaian ini dikenakan berdasarkan kedudukan seseorang dalam lingkungan kerajaan, seperti sultan, permaisuri, bangsawan, hingga masyarakat biasa. Perbedaan warna, bahan, dan model turut menunjukkan kelas sosial pemakainya. Tak heran jika baju adat Maluku Utara menjadi salah satu busana tradisional yang kaya makna dan penuh simbolisme.

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum secara lengkap jenis-jenis baju adat Maluku Utara, mulai dari Manteren Lamo, Kimun Gia, Baju Bangsawan, Baju Koja, hingga pakaian adat rakyat biasa, pada Kamis (11/12).

Manteren Lamo merupakan baju adat Maluku Utara yang sangat identik dengan kekuasaan dan wibawa. Pakaian adat ini dahulu dipakai oleh Sultan dari kerajaan-kerajaan besar di Maluku Utara.

Manteren Lamo berbentuk jas panjang tertutup yang didominasi warna merah mencolok. Warna ini melambangkan keberanian, kekuatan, serta keperkasaan seorang pemimpin. Pada bagian depan terdapat sembilan kancing besar berbahan perak, yang masing-masing memiliki nilai simbolik sebagai lambang kejayaan serta keteguhan seorang Sultan dalam memimpin.

Bordiran emas tampak menghiasi bagian lengan, leher, saku, hingga tepi luar pakaian. Motif bordir yang mirip payet memberikan kesan mewah tanpa terlihat berlebihan. Busana ini biasanya dipadukan dengan celana panjang kain warna hitam dan destar atau ikat kepala khusus yang menandai kedudukan seorang Sultan.

Sebagai pakaian kebesaran, Manteren Lamo bukan hanya mencerminkan estetika tetapi juga menunjukkan bagaimana masyarakat Maluku Utara sangat menghormati struktur kerajaan. Manteren Lamo menjadi simbol utama kerajaan yang masih dikenang hingga kini dan tetap dipakai dalam berbagai prosesi adat atau perayaan budaya.

Jika Manteren Lamo digunakan oleh Sultan, maka pendampingnya, yakni Permaisuri atau Ratu, mengenakan pakaian adat khusus bernama Kimun Gia.

Baju adat Maluku Utara Kimun Gia menampilkan kesan anggun dengan kebaya berbahan satin putih sebagai atasan. Bahan satin dipilih karena memberi efek berkilau yang elegan, menampilkan sisi kewibawaan seorang permaisuri. Bagian bawahnya berupa kain songket yang dililit rapi dengan ikat pinggang emas yang menambah nuansa kemewahan.

Aksesori menjadi bagian penting dari Kimun Gia. Permaisuri mengenakan selendang merah dengan bordiran emas, yang melambangkan kemegahan dan kehormatan. Selain itu, perhiasan seperti emas, berlian, hingga intan menghiasi tubuh sang permaisuri sebagai lambang kemuliaan.

Pada bagian kepala, permaisuri memakai sanggul rapi yang menjadi identitas perempuan kerajaan. Kimun Gia sangat menggambarkan kehalusan, keanggunan, serta martabat tinggi seorang pendamping sultan dalam kehidupan istana tradisional Maluku Utara.

Tidak hanya Sultan dan Permaisuri yang memiliki baju adat, terdapat pula busana khusus untuk kalangan bangsawan. Pakaian ini dipakai dalam kehidupan sehari-hari bangsawan pada masanya.

Baju bangsawan untuk pria memiliki bentuk jubah putih yang panjangnya sekitar lutut. Warna putih melambangkan kesucian dan kehormatan. Bordiran emas yang menghiasi bagian depan pakaian memberikan sentuhan kemewahan namun tetap lebih sederhana dibanding pakaian Sultan.

Jubah tersebut dipadukan dengan celana kain panjang berwarna putih. Aksesoris yang biasa digunakan berupa penutup kepala seperti peci berwarna emas. Keseluruhan penampilannya memberi kesan sopan, terhormat, dan elegan.

Sementara itu, kaum perempuan bangsawan mengenakan kebaya putih dengan bawahan kain songket senada. Look-nya sekilas mirip dengan busana permaisuri, namun dengan hiasan yang lebih sederhana. Di masa kini, baju bangsawan sering dikenakan oleh tamu kehormatan atau pejabat negara saat menghadiri acara adat di Maluku Utara.

Baju Koja merupakan pakaian khusus bagi pemuda dan pemudi dari kalangan bangsawan, dengan ciri warna-warna cerah yang menunjukkan semangat jiwa muda.

Baju Koja untuk pria berbentuk jubah panjang warna hijau yang harus melebihi lutut. Warna hijau dipilih sebagai simbol kesegaran dan semangat muda. Di bagian dalam, terdapat lapisan baju bensan dari kain songket kuning yang melambangkan kebijaksanaan.

Bagian bawah busana dipadukan dengan celana panjang berbahan kain warna hitam atau putih. Aksesori yang digunakan pria antara lain penutup kepala Toala Pololu dan selendang merah panjang di bahu yang menciptakan kesan gagah.

Untuk perempuan bangsawan muda, Baju Koja berwujud kebaya dan kain songket warna hijau dan kuning. Mereka juga menggunakan selendang merah layaknya pemuda bangsawan, namun memberikan kesan lebih feminin. Perhiasan seperti anting susun dua, kalung taksuma, serta alas kaki Tarupa melengkapi busana ini.

Penataan rambut tetap menggunakan sanggul, dan di atasnya disisipkan mahkota kecil berwarna emas sebagai simbol keanggunan.

Selain busana untuk kalangan kerajaan, terdapat pula pakaian adat khusus rakyat biasa yang mencerminkan kesederhanaan tetapi tetap memiliki ciri khas.

Untuk pria, baju adat rakyat biasa berbentuk blazer sederhana yang digunakan bersama dalaman berwarna kuning tanpa kerah. Celana panjang berwarna senada menjadi bawahan, sementara aksesori berupa ikat pinggang merah menambah sedikit aksen pada busana mereka.

Sementara itu, perempuan mengenakan kebaya bersuji dan berkanji, dipadukan dengan kain songket berwarna senada. Meskipun hiasannya tidak semewah kalangan bangsawan, perempuan dari rakyat biasa tetap memakai sanggul dan anting sederhana untuk mempercantik tampilan.

Baju adat Maluku Utara yang dikenakan oleh rakyat biasa ini menampilkan bahwa kesederhanaan pun dapat memiliki nilai budaya tinggi dan mencerminkan identitas khas masyarakat tradisional Maluku Utara.

QnA: Pertanyaan Seputar Baju Adat Maluku Utara

1. Apa fungsi utama baju adat Maluku Utara?

Baju adat ini berfungsi sebagai simbol status sosial, identitas budaya, dan digunakan dalam upacara adat serta acara resmi daerah.

2. Mengapa warna hijau dan kuning identik dengan Baju Koja?

Karena keduanya melambangkan jiwa muda, kebijaksanaan, serta membedakan status pemakainya sebagai pemuda bangsawan.

3. Apakah baju adat Maluku Utara masih digunakan hingga sekarang?

Ya, baju adat ini masih digunakan dalam acara adat, pernikahan, penyambutan tamu kehormatan, dan kegiatan kebudayaan lainnya.