Keunikan Rumah Adat Suku Bugis dari Arsitekturnya, Struktur dan Tata Ruang Penuh Makna

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu arsitektur rumah adat yang sarat makna ialah rumah adat suku Bugis dari Sulawesi Selatan. Keunikan rumah adat Suku Bugis terletak pada bentuk panggungnya yang megah bernama Saoraja. Desain ini merupakan mitigasi terhadap kondisi lingkungan tropis yang lembab dan risiko banjir. 

Merujuk pada buku Persamaan di dalam Perbedaan Budaya karya Retno Widyastuti (2020: hlm. 23), Suku Bugis merupakan penduduk asli yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan. Kelompok etnis ini telah lama tersohor hingga ke mancanegara sebagai pelaut yang handal dan pemberani.

Keahlian mereka dalam menaklukkan samudra tercermin pada kemasyhuran perahu Phinisi sekaligus membuat mahakarya rumah adat suku Bugis Saoraja. Setiap tiang yang ditegakkan, setiap bilah papan yang disusun, hingga pembagian ruang di dalamnya, semuanya mengikuti aturan adat yang ketat. Bagi masyarakat Bugis, rumah adalah mikrokosmos (dunia kecil) yang harus selaras dengan makrokosmos (alam semesta).

Salah satu ciri khas utama yang membedakan rumah adat suku bugis dengan rumah tradisional lainnya adalah pembagian struktur vertikalnya. Berdasarkan buku Rumah Panggung Amphibi untuk Mitigasi Bencana Banjir oleh Naidah Naing dan Asdar Djamereng (2024), arsitektur rumah Bugis merefleksikan pandangan kosmologi kuno alam semesta yang terbagi jadi tiga tingkatan.

1. Rakkeang (Dunia Atas)

Rakkeang berada di bawah atap atau bisa disebut loteng. Bagi masyarakat bugis, Rakkeang dianggap sebagai area yang suci dan dihormati. Area ini tidak digunakan untuk aktivitas sehari-hari. 

Secara fungsional, tempat ini dimafaatkan untuk menyimpan benad-benda pusaka keluara hingga lumbung padi dan jagung. Penyimpanan bahan makanan di tempat tertinggi adalah simbol penghormatan terhadap rezeki yang diberikan Tuhan.

2. Alebola (Dunia Tengah)

Bagian Alebola adalah badan rumah tempat aktivitas manusia. Masyarkat Bugis uakin bahwa bagian jadi cerminan kehidupan manusia yang nyata (dunia tengah). Di sinilah segala interaksi sosial terjadi, mulai dari tidur, makan, menerima tamu, hingga musyawarah keluarga.

Alebola dibuat dengan sirkulasi udara yang baik melalui jendela-jendela (tettong) yang ada di sisi kiri dan kanan. Fungsinya agar penghuni tetap merasa sejuk meski di tengah cuaca Sulawesi yang terik.

3. Yawa Bola (Dunia Bawah)

Pada Bagian terbawah adalah Yawa Bola berupa kolong dari rumah panggung. Berdasarkan mitologi Bugis, area ini diasosiasikan dengan dunia bawah dan dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Dewa Uwae' (Dewa Air). Pada zaman dulu, area ini dianggap sebagai tempat segala sesuatu yang kurang suci.

Kini kolong rumah ini memiliki fungsi vital untuk menyimpan alat pertanian, kandang ternak, atau tempat anak-anak bermain di siang hari agar terhindar dari panas matahari.

Menurut buku Rumah Mengapung Suku Bugis Oleh Naidah Naing ( 2023: hlm. 62), interior rumah adat suku Bugis punya aturan pembagian ruang secara horizontal yang spesifik. Sebuah rumah Bugis baru dianggap sempurna jika mampu menyediakan ruang yang proporsional untuk tamu, kepala keluarga, anak gadis, hingga para abdi.

1. Lontang Risaliweng (Ruang Depan)

Area ini merupakan area umum berfungsi sebagai ruang tamu, tempat tidur, bagi tamu yang menginap. Selain itu jadi tempat musyawarah, hingga tempat membaringkan jenazah keluarga sebelum dimakamkan. Keterbukaan ini menunjukkan sifat orang Bugis yang ramah dan memuliakan tamu.

2. Lontang Ritengngah (Ruang Tengah)

Masuk lebih dalam, kita menemukan area semi-privat yang menjadi pusat kehidupan rumah tangga. Di sinilah kepala keluarga (ayah dan ibu) tidur. Ruangan ini juga menjadi tempat makan bersama dan area khusus bagi ibu yang sedang melahirkan. Posisi di tengah menyimbolkan peran orang tua sebagai penyeimbang dan pelindung keluarga.

3. Lontang Rilaleng (Ruang Belakang)

Ini adalah area paling privat dan dijaga ketat. Ruangan ini berfungsi sebagai kamar tidur anak gadis (bilik) serta tempat istirahat bagi orang tua yang sudah lanjut usia (kakek-nenek). Penempatan anak gadis di bagian paling belakang bukan untuk mengasingkan, melainkan bentuk perlindungan (siri') atau kehormatan keluarga agar mereka aman dari pandangan orang luar.

4. Ruang Tambahan: Tamping dan Lego-Lego

Tamping adalah tambahan bangunan di samping rumah Bugis. Menurut sejarah, tamping awalnya hanya ada di rumah raja sebagai akses lalu lintas pelayan. Kini fitur rumah ini lazim ditemui di rumah masyarakat. 

Sedangkan Lego-lego atau teras berfungsi sebagai area bersantai. Pada bagian paling belakang terdapat Jongke atau dapur untuk aktivitas masak.

Saoraja 

Rumah ini menjadi ikon rumah bangsawan. Rumah ini berukuran luas dengan ciri terlihat pada Timpa Laja (tutup gevel pada segitiga atap) yang memiliki susunan bertingkat-tingkat, biasanya tiga hingga lima susun. 

Jika banyak susunannya, semakin tinggi derajat kebangsawanan penghuninya. Tiang penyangganya pun biasanya berbentuk persegi empat.

Bola (Rumah Rakyat)

Rumah ini diperuntukkan bagi masyarakat biasa. Sama seperti rumah panggung Saoraja, Timpa Laja pada rumah Bola biasanya polos atau hanya punya satu hingga dua susunan saja. Dengan tiang penyangga yang umumnya berbentuk bulat.

Keunikan budaya Bugis dalam konteks arsitektur ialah tradisi pindah rumah bernama Mappalette Bola atau Menre' Bola Baru. Menurut buku Budaya: Eksplorasi Nilai-Nilai Budaya Prosesi Pindah Rumah (Boyongan Omah) Pada Masyarakat Jawa Oleh YUNIAR MUJIWATI · 2024: hlm. 22) tradisi tersebut memiliki keunikan tersendiri dari nama maupun prosesi yang dilakukan untuk menempati rumah baru.

Ada 5 tata cara urutan yang wajib dilakukan dalam prosesi ini:

1. Menentukan Hari Baik: Masyarakat Bugis sangat mempercayai perhitungan hari baik (kutika) untuk menghindari nasib buruk.

2. Mengelilingi Rumah: Pemilik rumah akan berjalan berputar mengelilingi rumah sebagai bentuk pengenalan diri dengan lingkungan baru.

3. Menre' Bola (Naik Tangga): Merupakan prosesi inti saat tuan rumah menaiki tangga. Biasanya mereka membawa barang simbolis seperti air, beras, dan gula, yang melambangkan kehidupan yang sejuk, makmur, dan manis.

4. Barazanji: Pembacaan doa dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW di dalam rumah untuk memohon keselamatan dunia dan akhirat.

5. Maccera' Bola: Tahap terakhir adalah penyucian rumah, biasanya ditandai dengan penyembelihan ayam yang darahnya dioleskan sedikit ke tiang rumah sebagai tolak bala.

QNA

Apa saja pembagian ruang horizontal (lontang) pada rumah adat Bugis?

Terdapat Lontang Risaliweng (depan), Lontang Ritengngah (tengah), dan Lontang Rilaleng (belakang).

Apa yang membedakan rumah Bola dan Saoraja?

Perbedaannya terletak pada status sosial dan jumlah lapisan Timpa Laja (tutup gevel) di atap. Saoraja untuk bangsawan (lebih banyak lapisan), Bola untuk rakyat biasa.

Apa nama tradisi pindah rumah suku Bugis?

Prosesi ritual memasuki rumah baru disebut Menre' Bola Baru (naik rumah baru), sementara memindahkan fisik rumah disebut Mappalette Bola.

Mengapa rumah adat Bugis berbentuk panggung?

Bentuk panggung berfungsi sebagai mitigasi terhadap banjir dan kelembapan, serta perlindungan dari binatang buas pada masa lampau.

Apa makna filosofis dari penempatan anak gadis di Lontang Rilaleng?

Penempatan di bagian paling belakang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan menjaga kehormatan (siri') keluarga.

Apa fungsi Tamping pada arsitektur rumah Bugis?

Tamping adalah ruang tambahan di samping rumah yang berfungsi sebagai lalu lintas penghubung dari ruang depan ke dapur.