Kamus Bahasa Padang Lengkap, Praktis untuk Memahami Bahasa Minang

Liputan6.com, Jakarta Salah satu kekayaan bahasa daerah di Indonesia adalah bahasa Padang atau yang juga dikenal dengan bahasa Minang. Berasal dari Sumatera Barat, bahasa Padang telah menyebar luas ke seluruh Indonesia berkat mobilitas tinggi masyarakatnya. Keunikan bahasa Padang terletak pada ekspresi dan kosakata yang kaya akan makna filosofi serta nilai-nilai budaya yang mendalam.

Tidak hanya itu, popularitas bahasa Padang juga tidak bisa dipisahkan dari keberadaan masyarakat Minang yang telah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke, kita dapat dengan mudah menemukan rumah makan padang, yang juga menjadi tempat berinteraksi menggunakan bahasa Padang. Ini jadi salah satu alasan bahasa Padang dikenal oleh banyak orang.

Memahami dan mempelajari bahasa Padang tidak hanya berguna untuk komunikasi dengan masyarakat Minang, tapi juga membantu kita memahami kekayaan budaya Nusantara. Untuk itu, berikut ini telah Liputan6 rangkum informasi lengkapnya, pada Selasa (18/11).

Dalam bahasa Padang, terdapat sistem sapaan yang memiliki peran yang sangat krusial dalam komunikasi sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa kosakata yang berkaitan dengan panggilan keluarga dan sapaan dalam bahasa Padang:

1. Ajo : Sapaan untuk saudara laki-laki yang lebih tua, khususnya digunakan di daerah Pariaman. (Panggilan ini juga digunakan sebagai sapaan umum kepada laki-laki yang dianggap lebih tua dan dihormati).
2. Amai : Panggilan untuk ibu atau panggilan kepada istri mamak dalam sistem kekerabatan matrilineal Minangkabau.
3. Amak : Bentuk lain dari panggilan untuk ibu yang lebih sederhana dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
4. Angku : Panggilan untuk paman dari pihak ibu, juga digunakan sebagai kata sapaan kepada orang yang patut dihormati atau kepada kakek.
5.  Apak : Panggilan untuk bapak atau ayah dalam bahasa Padang yang informal dan akrab.
6. Da : Kata sapaan singkat dari "Uda" untuk kakak laki-laki, sering digunakan oleh adik kepada kakak laki-laki.
7. Den : Kata ganti orang pertama yang berarti "saya" dalam situasi yang lebih formal atau sopan.
8. Engku : Panggilan untuk paman atau mamak dari pihak ibu, juga digunakan untuk menyapa kakek atau laki-laki dewasa sebaya yang tidak dikenal.
9. Etek : Panggilan untuk bibi atau adik perempuan ayah maupun ibu, setara dengan "makcik" dalam bahasa Melayu.
10. Indu : Sebutan untuk nenek moyang atau induk dalam konteks keturunan dan silsilah keluarga.
11. Inyik : Panggilan untuk nenek atau kakek yang lebih akrab dan informal.
12. Mamak : Saudara ibu yang laki-laki, memiliki peran penting dalam sistem matrilineal Minangkabau sebagai pelindung dan pembimbing keponakannya.
13. Mandeh : Panggilan sayang untuk ibu, equivalent dengan "mak" dalam bahasa Indonesia.
14. Ni : Bentuk singkat dari "Uni" untuk menyapa kakak perempuan.
15. Ninik : Panggilan untuk nenek, sering dikombinasikan dengan "mamak" menjadi "ninik mamak" yang merujuk pada penghulu adat dan orang tua-tua yang dihormati.
16. Uda : Panggilan untuk kakak laki-laki atau abang, sangat umum digunakan dalam pergaulan sehari-hari.
17. Uni : Panggilan untuk kakak perempuan yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia informal.
18. Uniang : Panggilan khusus untuk kakak perempuan yang digunakan spesifik di daerah Pariaman.
19. Upik : Kata sapaan kepada anak perempuan, biasanya digunakan untuk memanggil anak kecil dengan penuh kasih sayang.

Bahasa Padang memiliki kekayaan ungkapan dan kata sifat yang sangat ekspresif untuk menggambarkan berbagai karakter, kondisi dan situasi. Kosakata ini juga mencerminkan kemampuan mengekspresikan nuansa perasaan dan kondisi dengan detail:

1. Bagak : Sifat yang menggambarkan seseorang yang berani, gagah, dan tidak takut menghadapi tantangan atau bahaya.
2. Bansat : Kata yang menggambarkan kondisi seseorang yang miskin atau dalam keadaan tidak mampu secara finansial.
3. Bingit : Ungkapan untuk perasaan iri hati atau dengki terhadap keberuntungan atau kesuksesan orang lain.
4. Burakah : Sifat sombong atau angkuh yang tidak disukai dalam budaya Minangkabau yang menghargai kerendahan hati.
5. Gapuk : Kata sifat yang menggambarkan bentuk tubuh yang tambun atau gemuk.
6. Gabir : Kondisi seseorang yang kikuk, canggung, tidak tangkas, atau belum terbiasa dengan suatu hal.
7. Jombang : Kata sifat yang berarti elok, cantik, atau tampan, sering digunakan untuk memuji penampilan seseorang.
8. Kuyu : Sifat penakut atau tidak berani menghadapi situasi yang menantang.
9. Langsir : Kondisi fisik yang kurus atau tidak berisi.
10. Loloh : Kondisi pakaian atau aksesori yang longgar, tidak pas dengan ukuran tubuh.
11. Ongok : Kata untuk menggambarkan seseorang yang bodoh atau kurang cerdas, biasanya digunakan dalam konteks mengejek.
12. Porah : Sifat yang menggambarkan seseorang yang suka memboroskan uang atau royal dalam pengeluaran.
13. Rancak : Kata sifat serbaguna yang bisa berarti bagus, elok, cantik, atau dalam konteks lain berarti giat, cepat, dan dinamis.
14. Santing : Tingkat kecantikan atau kebaikan yang sangat tinggi, berarti bagus sekali atau amat elok.
15. Saring : Bentuk tubuh yang ramping atau langsing, sering digunakan untuk menggambarkan postur yang ideal.
16. Takah : Sifat yang menggambarkan seseorang yang tampan, gagah, dan cakap dalam berbagai hal.
17. Ancak-ancak : Ungkapan untuk perilaku yang tidak mempedulikan konsekuensi, baik buruk, untung rugi, atau bisa juga berarti bermain-main tanpa serius.
18. Bundak : Situasi yang kacau, rusuh, atau penuh huru-hara yang mengganggu ketertiban.
19. Cabuh : Keadaan kacau, rusuh, atau heboh yang terjadi secara mendadak.
20. Gabak : Kondisi cuaca yang redup atau mendung dengan awan yang mengandung hujan.
21. Nyanyang : Perasaan tidak tenang hati, gelisah, atau resah karena sesuatu hal.
22. Pakau : Kondisi pikiran yang bingung, pusing, atau kacau dalam menghadapi situasi tertentu.
23. Panar : Keadaan tercengang, termangu-mangu, atau terheran-heran melihat sesuatu yang tidak biasa.
24. Sabak : Suasana yang muram, suram, redup, atau mendung, juga bisa berarti berlinang air mata.
25. Sansai : Kondisi hidup yang penuh derita, sengsara, atau sedih sekali.
26. Tengak : Perasaan bingung atau tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi tertentu.
27. Terangah : Kondisi yang payah atau tercengang tidak bisa berkata-kata karena shock.

Terdapat berbagai kata kerja dan konsep budaya yang mencerminkan aktivitas sehari-hari dan nilai-nilai budaya masyarakat Minangkabau. Kosakata ini digunakan untuk berbagai aktivitas dan tradisi yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat:

1. Bercura-cura : Aktivitas mengeluarkan kata-kata kasar atau keji karena marah atau kesal terhadap sesuatu.
2. Bersitungkin : Bekerja dengan sangat keras dan bersungguh-sungguh tanpa mengenal lelah untuk mencapai tujuan.
3. Bertalah-talah : Melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa atau terburu-buru tanpa perencanaan matang.
4. Carah : Aktivitas memotong-motong atau mencencang, juga bisa berarti menjual secara eceran.
5. Cecak : Tindakan mencubit dengan menggunakan jari untuk memberikan peringatan atau hukuman ringan.
6. Melesang : Cara mengendarai kerbau, sepeda, atau kendaraan lain dengan posisi mengangkangi.
7. Memalun : Tindakan memeluk atau membelit dengan tangan sebagai ungkapan kasih sayang.
8. Mencilok : Aktivitas mengambil milik orang lain secara tidak sah, mencuri, atau mencopet.
9. Mendingin : Kondisi kesehatan yang agak kurang baik atau meriang, belum sakit parah tetapi sudah tidak fit.
10. Memugar : Melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi.
11. Ucok : Aktivitas berunding atau bernegosiasi dengan cara yang damai untuk mencapai kesepakatan.
12. Aluang : Peti besar yang dijaga ketat sebagai tempat menyimpan pusaka atau dokumen berharga, juga sebutan untuk orang yang paling memahami adat istiadat.
13. Arai pinang : Makanan tradisional Minangkabau yang digoreng, terbuat dari tepung terigu dengan air dan garam, dicetak menggunakan mayang pinang.
14. Balapak : Kain songket khas Minangkabau yang dibuat dari benang katun dan emas, ditenun dengan tangan dan dipakai dalam upacara adat.
15. Balubua : Tempat penyimpanan padi yang ditempatkan di tengah rumah tradisional, sekaligus berfungsi sebagai tempat tidur.
16. Bailau : Tradisi sastra lisan berupa pantun yang dilagukan oleh perempuan untuk mengusir harimau yang masuk kampung.
17. Batombe : Kesenian tradisional berupa berbalas pantun yang diiringi alat musik rebab, khas dari daerah Nagari Abai.
18. Dadih jalang : Istilah untuk air susu yang encer atau tidak kental.
19. Gatang : Pemberian atau hadiah berupa kain dari keluarga orang yang meninggal dunia sebagai bentuk penghormatan.
20. Kebaji : Ilmu guna-guna yang dipercaya dapat membuat suami istri saling bertengkar hingga bercerai.
21. Korong : Wilayah atau bagian yang termasuk dalam lingkungan kampung, unit administratif tradisional.
22. Nagari : Wilayah administratif tradisional yang terdiri dari sekumpulan kampung yang dipimpin oleh penghulu.
23. Petitih : Peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat dan nilai-nilai moral.
24. Pitawat : Nasihat atau petuah yang diberikan oleh orang tua atau yang lebih berpengalaman.
25. Rasian : Mimpi yang dipercaya mengandung arti khusus atau pertanda untuk masa depan.
26. Manjujai : Tradisi mendendangkan petuah, nasihat, dan cerita yang mendidik sebelum anak tidur sebagai bentuk pendidikan karakter.
27. Marapulai : Sebutan untuk mempelai laki-laki dalam pernikahan adat Minangkabau.
28. Pasumandan : Semua perempuan yang menjadi istri dari laki-laki yang sekaum, juga pengiring pengantin yang terdiri dari beberapa perempuan muda.
29. Dansanak : Istilah untuk menyebut sanak saudara atau kerabat dalam sistem kekerabatan Minangkabau.
30. Datu : Sebutan untuk orang yang pandai tentang ramuan obat tradisional atau dukun yang dipercaya masyarakat.
31. Datuk : Gelar untuk penghulu adat, juga bisa merujuk pada jin atau hantu penunggu suatu tempat.
32. Besan mendaki : Istilah kekerabatan untuk ibu atau ayah dari menantu laki-laki.
33. Besan menurun : Istilah kekerabatan untuk ibu atau ayah dari menantu perempuan.
34. Pembayan : Sebutan untuk saudara ipar atau biras dalam hubungan kekerabatan.
35. Bako : Keluarga dari pihak ayah dalam sistem matrilineal Minangkabau.
36. Belahan : Sanak saudara atau kaum keluarga yang masih satu keturunan.
37. Andan : Hubungan kekerabat dekat karena perkawinan, bukan karena hubungan darah.

Pertanyaan dan Jawaban (Q&A)

Q: Apa perbedaan antara bahasa Padang dan bahasa Minang?

A: Bahasa Padang dan bahasa Minang sebenarnya merujuk pada bahasa yang sama, yaitu bahasa Minangkabau. Penyebutan "bahasa Padang" lebih populer karena Padang adalah ibu kota Sumatra Barat dan menjadi pusat penyebaran budaya Minang, terutama melalui rumah makan Padang.

Q: Apakah bahasa Padang sulit dipelajari?

A: Bahasa Padang relatif mudah dipelajari bagi penutur bahasa Indonesia karena memiliki beberapa kesamaan struktur. Namun, untuk menguasainya dengan baik, perlu memahami konteks budaya dan sistem kekerabatan Minangkabau yang unik, terutama dalam penggunaan kata sapaan.

Q: Berapa banyak kata bahasa Padang yang sudah masuk KBBI?

A: Menurut data terbaru, sekitar 1.030 kosakata bahasa Minang telah resmi dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjadikannya bahasa daerah dengan kontribusi terbanyak kedua setelah bahasa Jawa.

Q: Bagaimana cara belajar bahasa Padang dengan efektif?

A: Cara terbaik adalah dengan praktik langsung bersama penutur asli, menonton film atau video berbahasa Minang, mendengarkan musik Minang, sering berkunjung ke rumah makan Padang untuk berinteraksi, dan mempelajari kosakata dasar seperti yang disajikan dalam artikel ini.