Festival "Oullim" 2025 Meriahkan Korean Day 20th di Yogyakarta, Rayakan Harmoni Dua Budaya

Liputan6.com, Jakarta Festival "Oullim" (어울림) Korea Yogyakarta dalam rangka perayaan 20th Korean Day digelar meriah pada Sabtu (15/11/2025). Acara ini digelar di Student Center, Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Yogyakarta.

Dikutip dari laman resmi Korean Cultural Center Indonesia (KCCI), Oullim sendiri dalam bahasa Korea berarti kebersamaan yang serasi, berbaur dengan harmonis, atau saling menyatu dalam keharmonisan.

Pembukaan festival berlangsung meriah dengan berbagai rangkaian kegiatan budaya. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah penampilan kolaborasi budaya Korea–Indonesia, yang menampilkan perpaduan seni dari kedua negara.

Didampingi oleh seruan gamelan, penari-penari dari SMK Negeri 1 Kasihan Bantul tampil indah dengan tarian Bukchum dan Buchaechum, yang merupakan tarian tradisional Korea yang anggun dan penuh harmoni sebagai dialog budaya antara pelajar Indonesia dan tradisi Korea.

Maura, pembawa acara yang tampil anggun mengenakan hanbok, busana tradisional Korea, menuturkan bahwa para penari hanya berlatih sekitar 4 hari. Mereka dilatih langsung oleh pelatih tari asal Korea Selatan.

Tahun ini, Korean Day UGM mengusung tema "Oullim" Korean Seonlight Carnival: Welcome to The 20th Korean Dayyang. Tema ini dipilih untuk menekankan pesan harmoni dan persatuan antar budaya. Konsepnya adalah karnaval yang cerah, ceria, dan meriah.

Seiring waktu, festival ini berkembang menjadi ajang budaya tahunan yang dinantikan, dengan tujuan utama mempererat hubungan Indonesia–Korea melalui seni, musik, tari, dan kuliner. Acara ini turut mendapat dukungan dari Kedutaan Besar Korea dan Korean Cultural Center Indonesia.

Dalam sambutannya, Imam Pratanadi, Kepala Dinas Pariwisata DIY mengatakan bahwa semangat kebudayaan menjadi pengikat hubungan Indonesia dan Korea Selatan.

"Hari ini kita semua adalah bagian dari semangat itu. Kita hadir sebagai rakyat yang bersatu dalam kebudayaan, seni, musik, dan persahabatan," ujarnya.

Imam Pratanadi menekankan bahwa diplomasi budaya memiliki peran penting dalam memperkuat hubungan kedua negara.

"Inilah esensi dari diplomasi budaya, membangun jembatan hati dan memperkuat rasa saling menghargai," katanya.

Ia berharap kerja sama antara Yogyakarta dan Korea Selatan dapat terus berkembang di berbagai bidang, mulai dari kebudayaan, pendidikan, pariwisata, hingga bisnis.

"Kami yakin, sebagaimana filosofi Jawa, kebudayaan dan kesempatan itu tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas," tambahnya.

Menutup sambutannya, Kepala Dinas Pariwisata DIY yang juga merangkap sebagai Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DIY, menyampaikan pesan simbolis mengenai persahabatan kedua bangsa.

"Yogyakarta dan Korea Selatan akan terus bersinar bersama, mewarnai dunia yang semakin nyata," ucapnya, sembari menutup sambutan.

Sebagai penutupan dari Opening Ceremony, yaitu 'Hanbok Fashion Show and Parade' dengan penampilan manawan dari model berpasangan mengenakan hanbok. Mereka tampil dengan beragam model Hanbok, salah satunya kolaborasi antara hanbok dan batik.

"Penampilan kolaborasi budaya Korea–Indonesia ini sebagai simbol keharmonisan sesuai makna Oullim (어울림), yakni kebersamaan yang menyatu secara serasi." ujar pembawa acara menerangkan.