9 Tradisi Menyambut Bulan Puasa di Indonesia yang Paling Populer

3 weeks ago 22

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam memiliki berbagai tradisi unik dalam menyambut bulan puasa atau Ramadan. Tradisi menyambut bulan puasa di Indonesia ini dilakukan secara turun-temurun di berbagai daerah dengan ciri khasnya masing-masing. Keragaman tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya Indonesia yang berpadu dengan nilai-nilai religius.

Mengenal tradisi menyambut bulan puasa di Indonesia penting untuk memperkaya wawasan sekaligus melestarikan warisan budaya bangsa. Tradisi-tradisi ini mengandung makna mendalam sebagai wujud syukur, pembersihan diri, dan penguatan silaturahmi jelang menjalankan ibadah puasa.

Apa saja tradisi menyambut bulan puasa di Indonesia yang paling populer? Mulai dari tradisi yang penuh kuliner seperti Meugang di Aceh dan Malamang di Sumatera Barat, hingga ritual penyucian diri seperti Padusan di Jawa, beragam tradisi ini menarik untuk disimak. Yuk, explore lebih jauh 9 tradisi menyambut Ramadan yang paling populer di Nusantara!

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Sabtu (18/1/2025).

Tradisi tahunan itu dilakukan warga untuk membersihkan diri dari segala kotoran di badan.

1. Meugang (Aceh)

Meugang merupakan tradisi menyambut bulan puasa yang sangat populer di Aceh. Tradisi ini sudah ada sejak masuknya Islam ke Aceh pada abad ke-14. Meugang dilakukan dua hari sebelum Ramadan dengan menyembelih hewan kurban, umumnya sapi atau kerbau.

Daging hewan kurban ini kemudian diolah menjadi berbagai hidangan lezat yang disantap bersama keluarga, kerabat, hingga anak yatim. Meugang menjadi simbol rasa syukur sekaligus penanda dimulainya bulan yang penuh berkah. Selain sebelum Ramadan, tradisi Meugang juga dilakukan jelang Idul Fitri dan Idul Adha.

2. Padusan (Jawa)

Padusan adalah tradisi menyambut bulan puasa yang berasal dari masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kata Padusan berasal dari 'adus' yang berarti mandi. Tradisi ini dilakukan dengan mandi atau berendam di sumber mata air yang dianggap suci atau keramat.

Padusan memiliki makna penyucian diri lahir dan batin jelang menjalankan ibadah puasa. Dengan membersihkan diri, diharapkan umat Muslim dapat menjalankan puasa dengan hati yang bersih dan ikhlas. Padusan juga menjadi momen untuk intropeksi diri dari kesalahan yang telah diperbuat.

3. Munggahan (Jawa Barat)

Munggahan adalah tradisi menyambut Ramadan yang populer di kalangan masyarakat Sunda, Jawa Barat. Nama Munggahan sendiri berasal dari kata "unggah" yang bermakna naik, yaitu naik ke bulan yang suci dan penuh keberkahan. Tradisi ini umumnya dilakukan satu atau dua hari sebelum puasa.

Dalam tradisi Munggahan, masyarakat berkumpul bersama keluarga besar untuk makan bersama hidangan khas Sunda. Ini menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi sekaligus saling memaafkan sebelum memasuki bulan Ramadan. Munggahan juga diisi dengan doa dan permohonan ampunan atas segala kesalahan.

4. Dugderan (Semarang)

Dugderan adalah tradisi khas masyarakat Semarang dalam menyambut bulan puasa. Nama Dugderan berasal dari bunyi beduk (dug) dan meriam (der) yang menandakan dimulainya tradisi ini. Dugderan biasanya diselenggarakan seminggu sebelum Ramadan di sekitar Masjid Agung Semarang.

Prosesi Dugderan dipenuhi dengan kemeriahan karnaval budaya dan bazaar kuliner. Berbagai makanan khas Semarang seperti wingko babat, bandeng presto, hingga jajanan pasar dijajakan dalam festival ini. Puncak acara Dugderan adalah pemukulan beduk dan penyalaan meriam sebagai tanda dimulainya bulan Ramadan.

5. Malamang (Sumatera Barat)

Malamang merupakan tradisi menyambut Ramadan yang tidak terpisahkan dari masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Malamang berarti membuat lemang, makanan tradisional dari beras ketan yang dimasak dalam bambu dengan campuran santan dan rempah-rempah.

Tradisi Malamang konon dibawa oleh Syekh Burhanuddin, ulama penyebar Islam di Minangkabau. Lemang menjadi hidangan khas yang wajib ada dalam setiap jamuan di bulan Ramadan. Selain itu, tradisi Malamang juga menjadi ajang silaturahmi dan kekompakan warga dalam bergotong-royong membuat lemang.

6. Tanggal (Bali)

Tanggal adalah tradisi menyambut bulan puasa dari masyarakat Muslim di Bali. Tradisi ini mirip dengan Meugang di Aceh, yaitu dengan menyembelih hewan kurban beberapa hari menjelang Ramadan. Hewan yang biasa disembelih adalah sapi atau kerbau.

Daging dari hasil Tanggal kemudian dibagikan ke sanak keluarga, kerabat, dan tetangga sebagai wujud berbagi keberkahan. Sebagian daging juga dimasak untuk hidangan berbuka puasa bersama. Tradisi Tanggal mencerminkan kuatnya nilai persaudaraan dan kepedulian di tengah keberagaman masyarakat Bali.

7. Malam Selawe (Gorontalo)

Malam Selawe adalah tradisi menyambut Ramadan dari masyarakat Gorontalo, Sulawesi. Tradisi ini dilakukan pada malam ke-25 bulan Syaban atau seminggu sebelum puasa. Pada Malam Selawe, masyarakat berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan salat sunah dan berdoa bersama.

Usai beribadah, masyarakat melanjutkan tradisi dengan menyantap hidangan khas Gorontalo seperti binte biluhuta (milu siram), kola-kola, ilabulo, dan aneka kue tradisional. Malam Selawe menjadi momen istimewa untuk menguatkan iman dan mempererat persaudaraan jelang Ramadan.

8. Dandangan (Jawa Timur & Jawa Tengah)

Dandangan merupakan tradisi khas masyarakat pesisir utara Jawa, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dalam menyambut bulan puasa. Tradisi ini mirip dengan Dugderan di Semarang, yaitu ditandai dengan bunyi beduk dan petasan yang diarak keliling kampung.

Dandangan juga dimeriahkan dengan bazar kuliner yang menampilkan aneka jajanan pasar dan hidangan khas daerah setempat. Satu hal unik dalam Dandangan adalah tradisi bersih-bersih benda pusaka seperti keris, tombak, dan gamelan yang dilakukan oleh keraton-keraton di Solo dan Yogyakarta.

9. Malam Pasang Lampu (Nusa Tenggara Barat)

Malam Pasang Lampu adalah tradisi menyambut bulan Ramadan dari masyarakat Sasak di Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini dilakukan pada malam menjelang 1 Ramadan dengan memasang lampu minyak atau obor di setiap rumah, masjid, dan tempat-tempat strategis di kampung.

Malam Pasang Lampu menjadi simbol cahaya yang menyinari umat Muslim dalam menyambut bulan yang suci. Tradisi ini juga dimaknai sebagai pengingat agar selalu menjaga ibadah dan menerangi diri dengan amal kebaikan selama Ramadan. Selain memasang lampu, masyarakat juga membaca Surat Yasin dan berdoa bersama.

Itulah 9 tradisi menyambut bulan puasa di Indonesia yang paling populer. Setiap tradisi memiliki keunikan dan makna tersendiri sebagai warisan budaya yang patut dilestarikan. Mengenal ragam tradisi ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan rasa bangga terhadap keragaman budaya Indonesia.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |