Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal sebagai negara yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik. Tak heran jika gempa bumi kerap terjadi dan menjadi ancaman bagi keselamatan warga, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk membangun rumah yang aman dan tahan terhadap guncangan gempa.
Tepat pada tanggal 27 Mei menjadi refleksi akan gempa yang sempat mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta 19 tahun silam. Saat itu lebih dari 5.700 jiwa meninggal. Bangunan porak-poranda jadi bukti kekuatan dan kualitas untuk mendirikan rumah harus sesuai pedoman.
Lewat panduan yang dikeluarkan PMI berjudul “Pedoman Membangun Rumah Sederhana Tahan Gempa” punya rumah yang tahan gempa meski sederhana tetap bisa dibuat bagi masyarakat, khususnya yang berada di daerah rawan gempa tektonik, vulkanik, atau gempa tanah runtuh.
Dengan mengikuti panduan ini, masyarakat dapat membangun rumah sederhana yang tidak hanya nyaman, tetapi juga aman saat gempa terjadi. Membangun rumah tahan gempa bukanlah pilihan, tetapi kebutuhan di negara seperti Indonesia yang rawan bencana.
Berikut panduan membangun rumah sederhana tahan gempa dirangkum Liputan6.com dari Palang Merah Indonesia & International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies Yogya-Jateng Earthquake Response, Selasa (27/5/2025).
1. Bangunan Harus Ringan dan Simetris
Prinsip utama dalam bangunan tahan gempa adalah bobot yang ringan. Semakin berat suatu bangunan, semakin besar gaya inersia yang ditimbulkan saat terjadi guncangan. Oleh karena itu, pemilihan material bangunan seperti batako atau bata ringan sangat dianjurkan karena memiliki berat jenis yang rendah namun tetap kuat secara struktural.
Selain ringan, bentuk rumah juga harus simetris. Desain yang seimbang memungkinkan distribusi beban ke seluruh struktur secara merata, sehingga mengurangi risiko kerusakan saat gempa mengguncang. Bentuk rumah yang tidak beraturan dapat menyebabkan konsentrasi beban di satu sisi, yang justru memperbesar risiko runtuh.
2. Pilih Lokasi yang Aman
Lokasi menjadi faktor krusial dalam membangun rumah tahan gempa. Rumah sebaiknya tidak dibangun di dekat tebing atau lereng curam karena rawan longsor saat gempa terjadi. Rumah di dasar lereng juga berisiko tertimbun material longsoran jika tanah tidak stabil atau terkikis oleh air hujan.
Selain itu, rumah sebaiknya tidak dibangun terlalu dekat dengan sungai. Wilayah sekitar sungai sangat rentan terkena banjir saat musim hujan tiba. Pilihlah tanah yang datar, stabil, dan berada pada ketinggian yang aman agar rumah tetap terlindungi dari risiko bencana alam lain seperti banjir dan tanah longsor.
3. Struktur Pondasi yang Kuat
Pondasi merupakan dasar dari seluruh kekuatan bangunan. Gunakan batu kali atau batu putih keras dengan komposisi campuran mortar 1 bagian semen dan 4 bagian pasir. Kedalaman minimal pondasi adalah 60–70 cm dengan lebar dasar setidaknya 60 cm, agar mampu menopang beban bangunan secara merata.
Sebelum memasang pondasi, dasar galian harus diratakan dan dipadatkan menggunakan pasir setebal 10 cm. Proses pemadatan ini sangat penting untuk memastikan pondasi tidak bergeser saat gempa terjadi. Pondasi yang baik akan memperkuat keseluruhan struktur rumah dan mencegah keruntuhan dari bawah.
4. Dimensi Sloof dan Kolom
Balok sloof adalah elemen horizontal yang terletak di atas pondasi dan berfungsi menyebarkan beban ke seluruh bagian bawah bangunan. Ukuran ideal sloof adalah 15 x 20 cm dengan 4 batang tulangan besi Ø10 mm dan begel Ø8 mm yang dipasang setiap 15 cm, atau begel Ø6 mm setiap 12,5 cm.
Kolom berfungsi menahan beban vertikal dan menyalurkannya ke pondasi. Kolom sebaiknya berukuran 15 x 15 cm dengan tulangan utama Ø10 mm dan begel yang terpasang sesuai jarak standar. Setiap enam lapis bata, dipasang angkur Ø8 mm untuk mengikat dinding ke kolom, sehingga memperkuat ikatan antara struktur vertikal dan dinding.
5. Balok Ring sebagai Pengikat Atas
Balok ring (ringbalk) adalah balok beton bertulang yang terletak di atas dinding. Fungsi utamanya adalah mengikat seluruh elemen bangunan agar menjadi satu kesatuan yang stabil. Ukurannya 12 x 15 cm, dengan tulangan Ø10 mm (empat batang) dan begel Ø8 mm yang dipasang setiap 15 cm atau Ø6 mm setiap 12,5 cm.
Balok ring sangat efektif dalam mencegah kerusakan akibat gempa karena mampu mengurangi getaran yang menjalar dari atap ke dinding. Selain itu, keberadaan balok ini memastikan dinding tidak terlepas dari struktur utama saat terjadi guncangan, sehingga risiko keruntuhan dapat diminimalkan.
6. Gunakan Campuran Beton Sesuai Standar
Campuran beton yang baik terdiri dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir, dan 3 bagian kerikil. Tambahkan air secukupnya, idealnya setengah ember per adukan. Terlalu banyak air akan menyebabkan adukan menjadi encer dan mengurangi kekuatan beton hingga 30–40 persen, membuatnya mudah keropos.
Pengecoran dilakukan dengan tinggi jatuh maksimal 1 meter agar kerikil tidak mengendap di bawah. Pastikan seluruh tulangan tertutup oleh beton minimal 2,5 cm untuk mencegah karat akibat paparan udara dan air. Pemadatan dilakukan dengan tusuk-tusuk agar tidak ada rongga udara dalam adukan beton.
7. Dua Metode Membangun: Bata Dulu atau Kolom Dulu
Terdapat dua metode umum dalam membangun rumah tahan gempa, yakni metode "Bata Dulu" dan "Kolom Dulu".
Bata Dulu: Dinding bata dibangun dulu, kemudian kolom dicor bertahap setiap 1 meter. Cocok untuk tukang dengan kemampuan terbatas.
Kolom Dulu: Kolom dibangun terlebih dahulu hingga selesai, baru kemudian dinding dipasang. Lebih cepat dan struktur lebih kokoh, namun memerlukan pengawasan yang ketat.
Teknik pengecoran beton yangkurang baik menyebabkan terjadinya terjadinya segregasi segregasi (pemisahan antara keriki danpasta semen)
8. Struktur Atap dan Sambungan
Atap harus terpasang kuat dan terikat dengan struktur kolom. Gunakan kuda-kuda dari kayu berukuran 6/12 cm, gording 6/12 cm, usuk 5/7 cm, dan reng 2/3 cm. Setiap sambungan harus diperkuat dengan pelat besi dan baut tanam agar tidak mudah terlepas saat gempa mengguncang.
Pasang juga balok angin untuk mengurangi gaya horizontal akibat angin atau gempa. Balok ini sangat membantu menjaga stabilitas rangka atap dan menghindari risiko ambruk. Jangan lupa pasang terpal sebelum genteng untuk mencegah kebocoran air saat hujan.
9. Cek Kualitas Pembangunan
Gunakan daftar pengecekan atau checklist untuk menilai apakah rumah telah dibangun sesuai standar tahan gempa. Poin-poin yang harus diperiksa mencakup ukuran pondasi, mutu beton, penulangan kolom dan sloof, serta penguatan sambungan antar struktur. Evaluasi ini penting untuk memastikan tidak ada kesalahan fatal dalam konstruksi.
Beberapa kesalahan umum yang harus dihindari antara lain penggunaan beton yang terlalu encer, jarak begel terlalu lebar, dan tidak adanya selimut beton pada tulangan. Selain itu, hindari membiarkan struktur rumah tanpa tembok dalam waktu lama karena akan meningkatkan kerentanan terhadap gempa.